“Berita Positif, Yes, Corona Positif, No” (Imunisasi Negeri Dengan Berita Positif)

Dr. Aris Try Andreas Putra
Dr. Aris Try Andreas Putra

Beberapa pekan ini masyarakat katulistiwa disuguhkan dengan berita tentang corona (covid-19). Mulai dari informasi identitas virus, cara penyebarannya, cepat sebarannya, wilayah sebarannya, korban serangannya, cara penanggulangannya, dan masih banyak lainnya. Bebarapa term akibat virus ini bermunculan,  seperti ODP/Orang Dalam Pemantauan, PDP/Pasien Dalam Pemantauan, Suspect, Pasien Positif, Social Distancing, Isolasi, Karantina, Work From Home (WFH), Imported Case, Local Transmission, Epidemi, Pandemi, dan istilah lainnya.

Dalam proses penyuguhan berita, masyarakat “bhineka tuggal ika” disajikan dengan ragam bentuk dan model hidangan berita. Terdapat hidangan yang memuat pesan konstruktif, optimis untuk mendeskripsikan “berita positif”, dan juga terdapat hidangan yang destruktif, pesimis untuk mendeskripsikan “berita negatif”. Jelas namanya hidangan yang telah tersaji akan disantap sesuai dengan selera penyantapnya masing-masing.

Diamati bahwa penyebaran virus corona (covid-19) berlangsung dengan begitu sporadis. Linear dengan hal tersebut, kecepatan penyebaran berita tentang virus corona juga berlangsung secara sangat cepat, bahkan lebih cepat dari penyebaran virus itu sendiri. Penyebaran berita mengenai virus corona yang secara cepat dan massif tersebut melahirkan dua kutub sosial. Pertama, kutub masyarakat kritis (dapat memfilter informasi yang diterima), dan kedua kutub masyarakat yang krisis (mudah terprovokasi, percaya begitu saja terhadap setiap informasi yang diterima).

Kelompok pertama disebut sebagai masyarakat yang cerdas, optimis, dan solutif. Sedangkan kelompok kedua disebut dengan masyarakat yang pesimis dan “baper” (bawa perasaan). Dalam kurva kehidupan, kelompok kedua ini mendominasi wilayah kehidupan umat secara kuantitatif. Akibatnya kekhawatiran, kecemasan, kepanikan dan ketakutan secara berlebihan tercipta.

Karena kuantitas kelompok kedua ini melimpah, maka mereka mendominasi ruang dan waktu. Akibatnya, jika mereka disuguhkan dengan berita positif, maka kurva kehidupan menuju positif akan tercipta, begitu pula sebaliknya, jika yang disajikan adalah berita palsu, dusta, bohong, hoaks, dhaif, lemah dalil, dan sejenisnya, maka ruang dan waktu terhiasi aura negatif. Dunia serasa makin gelap, hitam, kelam, tidak ada kesenangan, penuh tekanan, ketakutan, sehingga lahir kelompok depresif.

Kelompok kedua inilah yang telah tercipta dalam beberapa pekan ini. Menjamur dimana-mana, tidak dapat dibendung, menghiasi ruang baca dan waktu baca kita. Mereka adalah kelompok penyaji informasi dan memediasi penyebaran berita negatif. Kelompok ini meresahkan negeri, memutasi konsentrasi Negara dan masyarakat yang sedang fokus pada penanggulangan dan pengendalian wabah virus corona. Mereka menghipnotis masyarakat untuk hidup dalam kepanikan dan ketakutan yang sangat berlebihan. Sehingga kini muncul berbagai Layanan Konsultasi Psikologi Online Covid-19, untuk membantu meminimalisir kecemasan bukan hanya karena akibat fenomena virus corona, namun pada edukasi menanggapi berita tentang virus corona.

Berita positif dapat menjadi bagian dari sistem imun masyarakat. Imunisasi dalam istilah medis merupakan proses untuk membuat seseorang imun/kebal terhadap suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang merangsang sistem kekebalan tubuh agar kebal terhadap penyakit. Sedangkan imunisasi negeri dalam term tulisan ini adalah proses untuk membuat sistem imun seseorang, kelompok orang, masyarakat, kebal dengan memberikan berita positif, berita yang memberi harapan, yang membangkitkan optimis, menyambung urat yang telah terburai putus, ditengah berita negatif yang menjamur, agar negeri semakin kuat. Proses imuniasi negeri dapat dilakukan dengan menyebarkan informasi atau berita positif.

Sudah tidak ada pilihan lain, putuskan rantai kelompok kedua ini sekarang, mulai dari diri sendiri, keluarga, masyarakat. Jangan sampai kita menjadi bagian dari kelompok negatif. Pemutusan rantai tersebut dapat dimulai dengan cara memberikan pesan positif, menyebarkan berita positif, berita yang baik akan mensugesti tubuh untuk mengeluarkan hormone serotonin (hormone kebahagiaan). Serotonin dapat mengatur suasana hati, mencegah depresi, dan kecemasan. Untuk memproduksi hormone ini, selain dengan kegiatan olahraga dan mengkonsumsi makanan seperti susu, jagung,dll, memikirkan sesuatu hal yang bahagia, senang, positif otak akan memproduksi hormone ini.

Perintah untuk menyampaikan berita atau perkataan yang baik telah dilegitimasi oleh pesan keagamaan, misalnya kalimat “Man kana yu’minu billahi wal yaumil akhir, fal yaqul khairan au liyasmut” Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah berkata yang baik atau sebaiknya diam. Legitimasi agama ini, menginginkan manusia untuk selalu menebarkan pesan kebaikan agar memicu lahirnya hormone kebahagiaan.

Akhirnya penulis, meminjam kalimat bijaksana “jika anda tidak bisa menjadi hidangan yang lezat di atas meja, janganlah engkau jadi lalat yang dapat merusak hidangan”. Sebar pesan, berita, informasi positif agar masyarakat Indonesia lebih bersemangat dan aktif, itulah cara kita membantu Negara menjadi kuat, dan jangan memberi pesan, informasi atau berita negative. Juga kita tidak lupa untuk selalu menabur doa, agar Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa selalu melindungi kita dari berbagai wabah, penyakit, khusunya virus corona (covid-19). Selamatkan negeri dari berita palsu/hoaks, “Karena Berita Positif” itu Lebih Indah (*)

 

Oleh : Dr. Aris Try Andreas Putra
Penulis Merupakan Dosen IAIN Kendari

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini