Adam yang ditemui awak zonasultra.id, di rumah sakit Abunawas Kendari, Provinsi Sultra, Minggu (3/5/2015), menceritakan kejadian tersebut bermula saat aparat kepolisian Polres Kendari menangkap dua
Adam yang ditemui awak zonasultra.id, di rumah sakit Abunawas Kendari, Provinsi Sultra, Minggu (3/5/2015), menceritakan kejadian tersebut bermula saat aparat kepolisian Polres Kendari menangkap dua orang warga Kelurahan Polara, Kecamatan Wawonii Tenggara, Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), yang diduga sebagai pelaku pambakaran tersebut.
“Setelah Minggu shubuh (3/5/2015) sekitar jam 05.00 Wita, kita lihat polisi berseragam hitam-hitam, membawa dua orang warga Polara, dan kita mendengar ada suara tembakan. Karena penasaran, kami pergi melihat penangkapan itu,” katanya.
Saat masyarakat berkumpul untuk menyaksikan penangkapan itu, tiba-tiba polisi menembakan gas air mata ke arah masyarakat. Masyarakat pun berlarian menuju tanjung.
“Mungkin polisi kiranya akan dikepung. Waktu itu polisi berada di bagian atas dan masyarakat dibawah. Saat berlarian, masyrakat duluan sampai ke tanjung, di situ ditembaki lagi dengan gas air mata,” ungkapnya.
Saat itu juga korban berusaha melarikan diri, namun polisi berseragam hitam-hitam yang diduga korps Brimob memukul dan menembak korban di bagian punggung belakang.
“Saya dipukuli sebanyak empat kali pukulan. Dua kali tendangan dan dua kali tembakan. Selain saya, ada dua korban lagi yang kena tembak di bagian bahu kiri dan satunya di telapak tangan,” ujar korban.
Petugas jaga Unit Gawat Darurat (UGD), Dr Sofyan mengatakan berdasarkan hasil ronsen tidak ditemukan adanya proyektil peluru. “Peluru yang digunakan peluru karet, karena tidak ada proyektil di tubuh korban. Kedalaman luka 2 cm,” katanya.
Pantauan awak zonasultra.id, korban mengalami luka memar akibat hantaman tongkat di bagian belakang dan dada kanan, selain itu mengalami luka tembak di punggung belakang dan punggung bawah sebelah kiri.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada pihak kepolisian yang bisa dikonfirmasi.
Untuk diketahui, pembakaran sejumlah fasilitas tambang milik PT.DBM dilakukan oleh ratusan warga 8 Maret lalu karena menolak perusahaan tersebut beroperasi di wawonii yang dinilai akan mengancam lingkungan dan mata pencaharian warga. Disamping itu, warga juga kecewa terhadap janji-janji manis perusahaan yang tak kunjung direalisasikan. (Azwirman)