ZONASULTRA.ID, KENDARI – Selama tahun 2022, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sulawesi Tenggara (Sultra) fokus menjalankan 5 program sebagai upaya untuk menurunkan angka stunting di Sultra.
Kepala BKKBN Sultra, Asmar mengatakan bahwa meskipun data update angka stunting SSGI tahun 2022 akan keluar di akhir tahun ini, pihaknya optimis wilayah Sultra akan kembali mengalami penurunan minimal 2 persen. Ia mengakui keyakinannya tersebut atas kinerja BKKBN dan stakeholder terkait dalam menjalankan 5 program yang telah dicanangkan.
“Saat ini angka pravelensi stunting di Sultra sebesar 32,5 persen. Dengan angka tersebut, Sultra masuk dalam wilayah provinsi kelima tertinggi angka stuntingnya. Tapi kami optimis tahun ini bisa turun minimal 2 persen,” ucap Asmar saat ditemui di kantornya pada Senin (26/12/2022).
Ia menjelaskan 5 program yang dimaksud yaitu pertama program DASHAT. Program tersebut diterapkan di kampung keluarga berkualitas tersebar merata pada kabupaten kota di Sultra.
Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman serta pembelajaran kepada masyarakat yang berada di kampung KB tentang menu masak dengan gizi seimbang kepada balita dan ibu hamil. Dalam gizi seimbang tersebut minimal masyarakat mengkonsumsi protein, karbohidrat, vitamin dan beberapa gizi lainnya.
Selanjutnya, program pencegahan stunting melalui upaya dari hilir ke hulu dengan membentuk Tim Pendamping Keluarga (TPK) terdiri dari bidan, PKK, dan penyuluh KB mulai dari tingkat desa. Tim tersebut berkolaborasi mendampingi usia remaja.
“Karena kebanyakan kondisinya saat ini remaja mengalami anemia atau kurang zat besi sering menyebabkan kadar sel darah rendah (anemia),” tambahnya.
Program ini penting terkhusus bagi remaja putri karena tiap bulannya mereka memiliki periode menstruasi. Pasalnya, banyak darah yang keluar tiap bulannya sehingga untuk mengembalikan darah yang keluar membutuhkan gizi yang cukup.
Program selanjutnya yaitu pendampingan bagi calon pengantin. Dalam program ini, BKKBN berkolaborasi dengan Kemenag untuk melakukan screening tiga bulan sebelum melangsungkan pernikahan.
Calon pengantin harus memiliki hemoglobin (HB) minimal 11,5, lingkar lengan atas minimal 23,5 serta harus siap nikah dan siap hamil yang disiapkan melalui aplikasi Elsimil. Apabila melebihi batas yang disyaratkan, akan diberi waktu untuk memperbaiki kondisinya agar bisa siap nikah dan hamil.
Jika 3 bulan waktu yang diberikan masih belum sesuai persyaratan, maka calon pengantin tetap bisa melangsungkan pernikahan namun harus menunda kehamilan sampai syarat yang dimaksud terpenuhi sehingga anaknya lahir dalam keadaan sehat atau bebas stunting.
Program selanjutnya yaitu fokus kepada ibu hamil. Menurut Asmar, pencegahan stunting paling efektif dilakukan 1.000 hari pertama dengan memastikan kehamilannya sehat. Ibu hamil akan diberi pendampingan terkait konsumsi makanan bergizi karena 70 persen pertumbuhan otak bayi itu pada saat kondisi ibu hamil.
Setelahnya akan fokus pada balita pasca melahirkan dengan melihat anak tersebut lahir dengan tidak kurang dari 48 cm dan bobot di bawah 2,5 kg. Karena jika kurang maka bayi tersebut berisiko tinggi mengalami stunting.
BKKBN Sultra juga melakukan pendampingan yaitu diberikan ASI selama 6 bulan. Hal tersebut dilakukan karena gizi bayi masih bisa diperbaiki hingga umur 2 tahun, jika sudah memasuki usia 2 tahun namun tetap stunting maka sulit untuk diatasi.
Hingga saat ini, Asmar mengaku tidak ada kendala dalam menjalankan program-program tersebut. Stunting juga bisa disebabkan oleh faktor eksternal seperti kondisi lingkungan tempat tinggal, air bersih dan sebagainya. Untuk itu, pihaknya terus berkoordinasi dengan stakeholder yang tergabung dalam tim percepatan penurunan stunting yang dipimpin langsung oleh Wagub Sultra, Lukman Abunawas selaku ketua tim. (B)
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Muhamad Taslim Dalma