ZONASULTRA.COM, RUMBIA – Petani kopra di Bombana saat ini galau. Harga komoditi berbahan utama kelapa itu turun drastis. Jika selama ini produksi mereka dibeli dengan harga Rp 12 ribuan untuk kopra hitam, dan Rp 15 ribuan untuk kopra putih, kini usaha mereka hanya ditebus setengah harga itu.
Sebagai pembanding, harga kopra hitam tahun 2013 lalu nencapai Rp12.000 per kilogram dan Kopra putih mencapai Rp. 15.000 per kilogram. Kini, hanya Rp.6.700 per kilogram untuk kopra hitam dan Rp10.000 per kilogram untuk kopra putih.
“Tidak bisa dipungkiri, Ini karena hukum ekonomi dagang,” cetus Man Arfa salah seorang pengusaha Kopra di Poleang, Bombana, Minggu (3/9/2018). Katanya, penurunan harga hingga dua kali lipat tersebut karena melimpahnya hasil produksi kopra saat ini. Belum lagi tarik menarik harga kelapa sawit dan kopra yang terus bersaing.
“Selama ini saya mengepul kopra hitam di Poleang dengan harga Rp.6.700 dan dikirim ke Surabaya hingga mencapai 35 unit Container dan ketika melihat sejarahnya Kopra di Bombana sudah begini mi, memang pernah naik dua kali lipat dari harga sekarang tapi kala itu terjadi kemarau panjang beberapa tahun lalu,” ucapnya.
Dikatakan Man Arfa bahwa penurunan harga Kopra ini telah dialami sejak Januari 2018. Sehingga, atas kendala tersebut masyarakat kerap mengalami kerugian atas ketidak sepadanan harga dengan proses produksi Kopra. Sebab, ketika hasil produksi kopra meningkat bahkan melimpah maka harga pun turun. Begitupula dengan kurangnya hasil produksi tentu akan terjadi kenaikan harga.
Arfa membeberkan, kala itu di Tahun 2013-2015 silam terjadi kemarau panjang hingga pengepul dari Negara lain seperti India, Vietnam dan lainnya berkunjung di Indonesia dan membuka keran impor kopra bahkan biji kelapa. Sehingga terjadi kenaikan harga kopra.
“Kan beda, ketika musim kemarau panjang pohon kelapa akan mengalami pengurangan buah. Makanya tingkat permintaan hasil produksi dari kami dan pengepul lainnya akan meningkat, begitu juga sebaliknya,” kata Man Arfa.
Meningkatnya hasil produksi kopra dipengaruhi oleh cuaca. Belum lagi adanya peningkatan produksi sawit yang kerap tarik menarik harga dengan kopra. Hal ini tentunya berkaitan erat dengan penghasilan warga dan masyarakat lebih cenderung membeli minyak sawit atas harga jualnya yang relatif murah ketimbang minyak kepala hasil kopra.(B)
Reporter : Muhamad Jamil
Editor : Abdi MR