Heboh, Mancing di Mata Kail Batam Boat Fishing Tournament

Sore Ini, Buku The Magnificent Seven: Indonesia’s Marine National Parks Diluncurkan
Ilustrasi

ZONASULTRA.COM, BATAM – Diam-diam, Batam yang ada di border area mulai memanaskan potensi wisata mancing. Cerminannya bisa dilihat dari Mata Kail Batam Boat Fishing Tournament, Sabtu (11/11). Even itu diserbu 300 peserta asal Palembang, Padang, Karimun, Batam, Jepang, Malaysia serta Singapura.

Sore Ini, Buku The Magnificent Seven: Indonesia’s Marine National Parks Diluncurkan
Ilustrasi

“Acara mancingnya heboh banget. Semua happy dan mengakui Batam harus cepat dikembangkan sebagai destinasi bahari yang potensial,” kata Kadispar Kota Batam Pebrialin, Minggu (12/11).

Spot mancingnya juga sangat bagus. Lokasinya ada di Pulau Abang dan Pulau Petong yang kaya akan keberagaman ikannya. Dari yang kecil sampai ikan ukuran jumbo, bisa dengan mudah dijumpai di spot ini. Jenis ikan seperti kerapu, kakap merah, pasir merah dan tenggiri banyak hidup di sana.

“Kita bawa para peserta ke spot mancing yang akan membuat mereka ketagihan mancing di Batam. Kita ajak peserta membawa pulang cerita menarik ke kolega dan komunitas mancing,” tambahnya.

Hasilnya? Banyak yang exciting. Banyak yang happy lantaran peserta diwajibkan mancing dengan perahu pompong. Inilah perahu kayu yang biasa digunakan nelayan setempat mencari ikan.

“Panitia sampai harus membatasi jumlah peserta karena pelabuhan galang over kapasitas. Ini yang kita harapkan. Masyarakat melalui komunitasnya berperan aktif mengembangkan pariwisata di Batam. Mereka selalu punya ide-ide fresh serta jaringan yang kuat antar komunitas, baik itu dalam dan luar negeri,” tambahnya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara Kemenpar Esthy Reko Astuti juga ikut happy. Baginya, acara ini merupakan wujud sinkronisasi dengan semua pihak untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Batam.

“Ini yang kita akan terus dorong. Kita buat masyarakat semakin sadar bahwa pariwisata merupakan cara cepat untuk menumbuhkan ekonomi yang berkesinambungan,” ujar Esthy didampingi Kepala Bidang Penguatan Jejaring Kemenpar Hidayat.

Hidayat menambahkan, keberadaan komunitas kemasyarakatan yang sadar wisata merupakan aset yang luar biasa. Utamanya dalam mengembangkan pariwisata. “Ya ini seperti GenPI lah. Komunitasnya sadar akan potensi daerahnya adalah masyarakat daerah itu sendiri. Dan ketika pariwisata berkembang mereka sendiri juga yang merasakan manisnya madu pariwisata,” timpal Hidayat.

Lebih lanjut Hidayat mengatakan, masyarakat dan pemerintah harus kompak, saling support, sehingga terbangun iklim pariwisata yang kondusif dan profesional. “Jika masyarakat dan pemerintah selaras maka pertumbuhan pariwisata akan semakin cepat,” ujar Hidayat.

Menpar Arief Yahya ikut mengamini. Menurutnya, komunitas harus diberikan ruang dan didukung sehingga melahirkan even-even yang kreatif. “Ini bisa menjadi contoh yang bagus dan konkret peran C (community) dalam Pentahrlix, ABCGM. Academician, business, community, government, media,” terangnya.

Menpar yang lulusan ITB Bandung, Surrey University Inggris dan Program Doktoral Unpad Bandung itu berharap setiap event selalu menjadi bahan perbincangan publik, untuk menjadikan pariwisata sebagai nafas semua kalangan. “Yang dibutuhkan adalah kreasi. Ajak wisman yang ada di border area agar mau mancing di Batam,” ucapnya. (*)

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini