ZONASULTRA.ID, KENDARI – Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), di wilayah Sulawesi Tenggara (Sultra) awal musim kemarau terjadi pada Juli dan Agustus.
Namun cuaca buruk atau anomali hujan masih terus terjadi meskipun telah memasuki bulan Juli. Biasanya hujan dengan intensitas tinggi terjadi dalam waktu relatif lama. Dari pagi hingga sore hari.
Kepala Stasiun Klimatologi Sultra Aris Yunatas menjelaskan, kondisi cuaca saat ini disebabkan beberapa faktor. Pertama, karena kondisi suhu muka laut di wilayah Sultra yang hangat sehingga terjadi penguapan cukup tinggi.
“Potensi pembentukan awan konvektif atau awan kumulonimbus yang cukup masif sehingga menimbulkan cuaca buruk di wilayah kita,” katanya dikonfirmasi melalui pesan singkat, Selasa (19/7/2022).
Kemudian penyebab lain yakni sementara aktifnya Maden Julian Ossilation (MJO) di wilayah Indonesia (maritim continent) sehingga menambah pertumbuhan awan konvektif di wilayah Sultra. Kondisi cuaca buruk ini diperkirakan terjadi selama masa transisi atau pancaroba.
Masa pancaroba berlangsung Juli dan Agustus dan diperkirakan bisa menyebabkan banyak fenomena cuaca ekstrem seperti puting beliung, hujan deras disertai angin kencang dan petir dalam waktu singkat.
“Secara umum musim pancaroba bisa terjadi Juli dan Agustus. Memasuki September musim kemarau diperkirakan terjadi di Sultra,” jelasnya.
Pihak BMKG mengimbau pada masyarakat untuk selalu waspada dalam kondisi cuaca yang tidak menentu. BMKG juga meminta agar selalu memperbarui informasi cuaca terkait potensi bencana yang bisa terjadi di masa pancaroba. (B)
Penulis: M9
Editor: Jumriati