JALAN RUSAK – Jalan penghubung menuju Kabupaten Konawe Utara (Konut), tepatnya di Kecamatan Morosi dan Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe kian bertambah parah, puluhan mobil kandas ditengah kubangan lumpur. Bahkan, kini untuk melintasi harus membayar tarif jasa perbaikan jalan kepada sekelompok pemuda. Ini yang jadi sebab mahalnya harga barang di Konut, bahkan stok sejumlah kebutuhan pokok habis. (Jefri/ZONASULTRA.COM).
ZONASULTRA.COM,WANGGUDU – Sejumlah kepada desa (Kades) di kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra) mengeluhkan tingginya harga bahan bangunan yang mencapai 100 persen dari harga normalnya.
Hal itu disebabkan rusaknya akses jalan di kecamtan Morosi, kabupaten Koawe. Dimana jalan itu merupakan satu-satunya akses yang menghubungkan daerah itu dengan kota Kendari, ibukota Sultra.
Para Kades di daerah pimpinan Ruksamin-Raup itu mengaku tak sanggup lagi membeli sejumlah bahan bangunan untuk membangun infrastruktur di desanya, karena harganya naik hingga dua kali lipat.
Seperti harga semen yang awalnya Rp 63.000 per sak kini naik menjadi Rp 90.000. Harga besi, pipa dan bahan bangunan lainnya juga ikut naik hingga 50 persen dari harga normal.
Sementara, tingginya harga bahan bangunan di daerah itu tidak sesuai dengan Rancangan Anggaran Belanja (RAB) yang sudah terrinci dalam postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Konut.
Kerusakan jalan morosi yang dalam tanggung jawab PPK 10 PJN Wilayah ll Sultra Balai XIV Palu itu selain berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan penggunaan anggaran dana desa yang digelontorkan Kementerian Desa (Kemendes), juga berimbas pada tingginya selisih RAB dan realisasi anggaran APBDes.
(Berita terkait: Jalan Morosi Makin Parah, Bupati dan Wabub Konut Buka Jalur Alternatif)
Oleh para Kades, hal ini dikhawatirkan akan menjadi temuan pada saat dilakukan audit pengelolaan anggaran dana desa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) nanti.
Kepala Desa Labengki Jamaluddin mengatakan, kerusakan jalan Morosi yang kian hancur itu sangat berpengaruh pada kegiatan desa yang tengah di jalankan saat ini.
Kata dia, selain kenaikan harga dan kekesoangan bahan bangunan yang terjadi jarak tempuh menuju Kota Kendari untuk keperluan desanya memakan waktu berjam-jam dan biyaya yang banyak.
“Susahmi kita ini kalau begini kita mau kerja dana desa. Itu jalan di morosi sangat berefek sekali sama kita ini kepala desa yang lagi membangun infra struktur desa. Apalagi pekerjaan kita ini pakai target waktu karena akan diperiksa oleh BPK. Kalau bisa pemerintah terkait jangan tutup mata,” Kata Jamuluddin dikediamannya, Senin (21/8/2017).
Hal yang sama juga diungkapkan Kades Mowundo, Adam Adhad. Bahwasanya, kerusakan jalan morosi membuat pasokan bahan bangunan diwilayah itu mengalami kekosongan sehingga harga naik drastis.
Sementara, kata dia, untuk mendapatkan bahan bangunan itu, mereka harus keluar daerah dengan memakan biaaya yang sangat besar.
“Saya kerja draenase dengan menggunakan semen sekitar 300 sak. Ini yang buat kita semakin susah karena perubahan harga yang naik total gara-gara jalan morosi yang rusak. Belum lagi kita sementara kerja bangunan desa lainnya. Kalau seperti ini terus kita ini para kepala desa semakin susahmi dan ceke leher kita,” katanya.
Sebelumnya, jalan penghubung antara Konawe dan Konawe Utara tepatnya di Kecamatan Morosi mengalami rusak parah. Hal itu terjadi dikarenakan, jalan poros satu-satunya yang menghubungkan 3 kabupaten itu terus diguyur hujan sejak 3 bulan terakhir. Akibatnya, jalan yang sementara pekerjaan dengan panjang sekitar 20 kilo meter itu dipenuhui kubagan lumpur dan lubang setinggi lutut orang dewasa.
Tak hanya itu, jalan alternatif yang juga menghubungkan Kecamatan Lasolo (Konut) dan Meluhu (Konawe) juga mengalami rusak parah. Bahkan, terjadi longsor dibeberapa titik yang masuk wilayah Konawe.
Imbasnya, kendaraan yang hendak melintas tertanam dikubangan tanah lumpur hingga membuat kendaraan rusak dan memakan biayaya tarik yang dimanfaatkan orang sekitar dengan upah Rp 200 sampai Rp 300 ribu. Itu tergantung jenis mobil.
Inilah yang membuat Konut terisolasi, sehingga harga sejumlah kebutuhan masyarakat melonjak naik hingga dua kali lipat dari harga normal. Bahkan, saat ini terjadi kekosongan stok bahan bangunan maupun makanan, karena para distiributor kebanyakan mengalihkan jualannya ke daerah lain untuk menghindari jalan Morosi dan Meluhu yang susah dilintasi. (B)
Reporter:Jefri Ipnu
Editor: Abdul Saban