Komisaris Utama Butonas Achmad F. Fadillah mengatakan, saat ini pihaknya telah melakukan berbagai persiapan seperti pembebasan lahan untuk pembangunan pelabuhan dan akses jalan menuju lokasi pabrik.
Komisaris Utama Butonas Achmad F. Fadillah mengatakan, saat ini pihaknya telah melakukan berbagai persiapan seperti pembebasan lahan untuk pembangunan pelabuhan dan akses jalan menuju lokasi pabrik. Pembangunan pabrik di Lasalimu ini dilakukan dalam lima tahap, dimana tiap tahap Butonas akan menggelontorkan dana Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar. Pembangunan pabrik di Lasalimu ini juga untuk menekan biaya produksi dibandingkan jika ore dibawa dan diproduksi di luar Sultra.
Kalau tidak ada halangan Insya Allah akhir Mei mendatang kita sudah mulai bangun pabrik dan izinnya sudah ada, kata Achmad di Kendari, Kamis (12/3/2015).
Menurut Achmad, Butonas tertarik berinvestasi di Lasalimu karena kualitas asbuton yang merupakan aspal alam lebih bagus dibandingkan dengan aspal minyak. Ditambah Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya dan Institut Teknologi Bandung (ITB) sudah menemukan suatu formula yang bisa dijadikan acuan teknologi baru dalam proses produksi asbuton.
Dengan mutu asbuton yang lebih bagus dibandingkan aspal minyak dan juga harga yang lebih murah, akan membuat aspal ini akan diterima oleh pasar, baik dalam maupun luar negeri.
Barang dengan mutu yang lebih bagus itu seharusnya lebih mahal, tapi asbuton sudah kualitas bagus harga juga murah masa tidak dilirik. Kalau sudah seperti itu berarti ada yang salah dong dengan pasarnya, ungkap Achmad.
Pembangunan aspal buton bukan tanpa halangan mengingat Indonesia sudah 30 tahun sudah menggunakan aspal minyak. Tentu hal ini akan memberikan hambatan, khususnya para produsen aspal minyak. Namun Achmad menyatakan optimis asbuton kini bisa diterapkan di Indonesia.
Hambatan pasti ada. Tapi kita jalan aja. Kalau ada hambatan yah kita lapor ke pemerintah. Ini kan buat kepentingan bangsa dan Negara. Tiap tahun saja kita harus mengeluarkan minimal Rp 10,8 triliun untuk impor aspal. Itu baru jalan nasional, belum jalan provnsi dan kabupaten/kota,” tukasnya. (Jumriati)