Lima Daerah di Sultra Masuk Zona Merah Kasus Stunting

Lima Daerah di Sultra Masuk Zona Merah Kasus Stunting
Deputi Latbang, Wakil Gubernur Sultra, Wali Kota Kendari serta Kepala BKKBN Sultra saat menjelaskan stanting di Sultra

ZONASULTRA.COM,KENDARI– Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) merupakan salah satu dari 12 provinsi yang memiliki prevalensi stunting tertinggi di Indonesia dan lima daerah di Sultra masuk ke dalam zona merah.

Berdasarkan Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, lima wilayah di Sultra berstatus “merah” alias memiliki prevalensi stunting di atas 30 persen, di antaranya Buton Selatan, Buton Tengah, Buton, Konawe Kepulauan dan Muna.

Tak hanya itu, Buton Selatan dan Buton Tengah masuk dalam jajaran 10 daerah dengan prevalensi stunting terbesar di tanah air di antara 73 kabupaten/kota berstatus merah di 12 provinsi prioritas.

Serta terdapat 12 kabupaten dan kota yang berstatus “kuning” dengan prevalensi 20 hingga 30 persen, diurut dari yang memiliki prevalensi tertinggi hingga terendah mencakup Konawe Utara, Kolaka Utara, Muna Barat, Konawe Selatan, Baubau, Bombana, Buton Utara, Kolaka, Konawe, Wakatobi, Kota Kendari dan Kolaka Timur.

Bahkan, Konawe Utara, Kolaka Utara dan Muna Barat dengan prevalensi di antara 29 hingga 29,5 persen nyaris berkategori merah.

Tidak ada satu pun daerah di Sultra yang berstatus “hijau” dan “biru” yakni dengan hijau berpravelensi 10 sampai 20 persen dan biru untuk prevalensi di bawah 10 persen.

Hanya Kolaka Timur (Koltim) yang memiliki angka prevalensi terendah dari seluruh wilayah di Sultra dengan prevalensi 23 persen.

Agar sesuai dengan target nasional penurunan angka stunting 14 persen, maka laju penurunan stunting per tahun haruslah di kisaran 3,4 persen. Dengan melihat kondisi aktual yang terjadi saat ini, Pemerintah Sultra ditagih komitmennya di tahun 2024 agar tidak ada kabupaten dan kota di wilayah Sultra yang berstatus merah.

Deputi Bidang Pelatihan dan Pengembangan BKKBN RI M. Rizal Martua Damanik mengatakan, Sultra dengan segala potensinya seharusnya bisa melakukan akselerasi penurunan stunting.

Katanya, dengan konvergensi semua pemangku kepentingan dan melibatkan kalangan milenial, literasi dan edukasi akan stunting bisa dipahami dengan mudah.

Rizal Martua Damanik juga menjelaskan, keberadaan 53 perguruan tinggi yang ada di Sultra adalah sebuah potensi kekuatan intelektual yang besar yang bisa membantu maksimal akselarasi percepatan penurunan stunting.

“Jika dikalkulasikan potensi mahasiswa dari 8 universitas, 4 politeknik, 3 institut, 20 sekolah tinggi dan 15 akademi di Sultra, menjadi mahasiswa penting atau peduli stunting, maka tugas pemerintah menjadi terbantu. Mahasiswa Peduli Stunting bisa melakukan penelitian dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di kampung-kampung Keluarga Berencana (KB),” katanya. (A)

 


Kontributor : Bima Lotunani
Editor: Ilham Surahmin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini