ZONASULTRA.COM,KENDARI– Angka dari Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang pada Maret 2020 di Sulawesi Tenggara (Sultra) paling rendah dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.
Dalam rilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sultra TPK Maret 2016 tercatat 48,80 persen, kemudian Maret 2017 tercatat 46,54 persen, Maret 2018 tercatat 48,40 persen, Maret 2019 tercatat 40,51 persen dan angka tersebut merosot pada Maret 2020 hanya 29,39 persen.
Kepala BPS Sultra Muhammad Edy Mahmud mengatakan, tingkat hunian tersebut juga turun 24,93 poin dibandingkan TPK Februari 2020 yang tercatat 54,32 persen. Kemudian jika dibandingkan dengan Maret 2019 yang tercatat 40,51 persen itu maka terjadi penurunan sebesar 11,12 poin.
Dari Maret 2019 sampai Maret 2020 untuk TPK tertinggi terjadi pada bulan Februari 2020 yaitu tercatat 54,32 persen, sedangkan TPK terendah pada terjadi bulan Maret 2020 lalu.
Kemudian, Tingkat Pemakaian Tempat Tidur (TPTT) Hotel Bintang pada bulan Maret 2020 juga tercatat 34,43 persen, mengalami penurunan sebesar 18,50 poin bila dibandingkan dengan keadaan Februari 2020 yang tercatat 52,93 persen. Terjadi penurunan sebesar 12,46 poin bila dibandingkan dengan Maret 2019 tahun sebelumnya yang tercatat 46,89 persen.
Seperti halnya TPK, untuk TPTT dari Maret 2019 sampai Maret 2020 tertinggi pada bulan April 2019 yaitu 72,57 persen, sedangkan TPTT terendah juga terjadi pada bulan Maret 2020 yaitu 34,43 persen.
“Dari sisi secara keseluruhan rata-rata lama menginap tamu asing dan dalam negeri (domestik) bulan Maret 2020 sebesar 1,78 hari, mengalami peningkatan sebesar 0,29 poin dibandingkan dengan rata-rata lama menginap tamu pada Februari 2020 (1,49 hari),” ungkap Edy melalui rilis persnya, Rabu (6/5/2020).
Untuk perbandingan antara tamu asing dengan tamu dalam negeri (domestik) bulan Maret 2020 tercatat 99,77 persen adalah tamu dalam negeri (domestik) dan sisanya 0,23 persen adalah tamu asing, atau terjadi pergeseran 0,04 poin.
Dihubungi terpisah, Humas Hotel Claro Kendari, Rici mengatakan, saat ini tingkat hunian kamar atau tamu yang menginap terlihat fluktuatif, akan tetapi apabila dirata-rata Maret hingga April terjadi penurunan jumlah tamu.
“Penurunan hampir 70 persen,” ungkapnya.
Hal ini pun menjadi gambaran bahwa dampak dari penyeberan virus corona (Covid-19) di Indonesia termasuk di Sultra sangat terasa pada industri perhotelan.
Data dari Gabungan Industri Pariwisata Indoneisa (GIPI) Sultra mencatat puluhan hotel di Sultra terpaksa harus tutup karena sudah tidak mampu membiayai operasional hotel. Misalnya di Kota Kendari Same Hotel dan Imperial Hotel, imbasnya ribuan karyawan pun harus dirumahkan hingga situasi pandemi virus corona berakhir.
Per tanggal 8 April 2020, tercatat ada 12 hotel ditutup dan 897 orang karyawannya dirumahkan akibat virus corona. (a)