Visi misi adalah pintu masuk untuk melihat langkah kandidat (figur) dalam kontestasi pemilihan kepala daerah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Melalui pintu masuk ini kemudian publik bisa melihat seberapa siap kandidat mampu mengkostruksi rencana kerja mereka untuk diaktualisasikan dalam sekali kepemimpinannya.
Baru-baru ini, DPW Partai Kebangkitan Bangsa bertempat di Plaza In Hotel baru saja melakukan penjaringan kandidat kepala daerah tingkat kabupaten/kota melalui sosialisasi dan penyampaian visi dan misi bakal calon kepala daerah yang diikuti oleh lima kabupaten yakni Muna, Konawe Utara, Konawe Kepulauan, Buton Utara dan Konawe Selatan.
PKB dengan mengusung tagline (jargon) politik rahmatan lil alamin (rahmat seluruh alam), ini dikemukakan oleh Jaelani (Bang Jay) Pimpinan DPW PKB Sultra dalam sambutan pembukaan kegiatan tersebut. harapannya visi misi kandidat tidak lepas dari nilai-nilai luhur dan filosofis dari partai tersebut. Pada kesempatan yang sama, Usman Sadikin Ketua DPP PKB menyinggung tentang langkah para bakal calon tidak lain motivasinya adalah untuk kemaslahatan umat, dan upaya untuk mencapai kemaslahatan tersebut lanjut dia, instrumen paling efektif adalah melalui kekuasaan.
Jargon politik rahmatan lil alamin ini diterjemahkan oleh Syafruddin Udu, bakal calon dari Kabupaten Muna dalam visinya yakni menekankan Muna yang berdaya saing, salah satunya pada bidang pendidikan. Dia menaruh perhatian khusus mengingat masyarakat Muna memiliki keunggulan yang mumpuni dalam melahirkan intelektual-intelektual handal di kancah regional maupun pada level nasional.
Perspektif lain datang dari kandidat Rajiun Tumada dengan mengusung tagline yang lebih general, bahkan tidak cukup populer dalam pandagan umum yaitu Muna Bangkit. Tidak secara spesifik dia menyebutkannya tetapi menurut dia, Muna dengan usia yang cukup dewasa membutuhkan perubahan yang besar menuju daerah yang maju.
Sementara itu gagasan lain, dr. Baharuddin dengan mencanangkan gagasan “the right man, the right job”. Penjabaran konsep ini bermuara pada penataan kembali Aparatur Sipil Negara (ASN). Dalam pandangannya, Baharudin melihat bahwa penempatan ASN dalam ringkup SKPD Kabupaten Muna banyak yang belum sesuai dengan kualifikasi dan keahlian dari masing-masing. Selain itu, penekanan lain dari visi dia adalah menyorot tentang rendahnya pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut.
Penekanaan ini menurutnya bukan tanpa alasan mengingat beban daerah dengan kekuatan APBD saat ini yakni 1.3 Triliun harusnya mampu menggenjot pertumbuhan ekonomi daerah, yang mana saat ini petumbuhan ekonomi hanya bertahan pada kisaran angka 5 persen saja. Disatu sisi wilayah Muna saat ini sudah menjadi dua daerah otonomi yakni mekarnya Muna Barat telah menjadi daerah otonomi baru.
Kemudian selanjutnya, bakal calon Rusman Emba menerjemahkan konsep politik rahmatan lil alamin ini dalam visinya untuk kabupaten Muna dengan mengusung pembangunan infrastruktur sebagai indikator kesejahteraan. Dia menyebutkan sebagai bupati petahana saat ini telah berhasil melakukan pembangunan jalan sebagai distribusi masyarakat yang lebih lancar. Pembangunan jalan di beberapa titik wilayah Muna sudah bisa dirasakan dampaknya.
Selain jalan, ada infrastruktur listrik. Pasokan listrik di daerah tersebut sudah bisa dinikmati 24 jam secara keseluruhan. Ketersediaan air bersih untuk masyarakat, dia menyebutkan beberapa titik dengan pengadaan sumur bor memudahkan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. Selanjutnya rumah sakit. Menurutnya sebelum menjadi bupati, kondisi rumah sakit belum sepenuhnya rampung yang kemudian atas klaimnya, dia bisa menjadikan rumah sakit tersebut saat ini mampu beroperasi dengan pelayanan prima.
Tetapi dari pemaparan para bakal calon bupati tersebut, ditanggapi serius oleh panelis Prof. Andi Bahrun, dia melihat celah atau ruang besar yang tidak terisi oleh masing-masing balon tersebut yakni teknologi komunikasi, yang mana celah tersebut merupakan kebutuhan mendesak sesuai peradaban saat ini. Dia menyebut kaum milenial yang melek teknologi. Era digital adalah keciscayaan yang mana kaum milenial adalah generasi yang sangat dekat dengan era tersebut. Ruang ini salah satu yang luput dari rencana dan desain kerja dari masing-masing balon.
Dalam perkembangan teknologi komunikasi, Prof. Andi Bahrun mewakili kaum teknorealis ada kekhawatiran yang cukup serius mengingat era digital atau yang akrab industri 4.0 bukan hal yang urgen dari pandangan para balon tersebut. Sehingga dia menekankan bidang ini perlu dipertimbangkan untuk masuk dalam visi dari setiap kandidat. Terlebih menurutnya, kaum mileniar ini membutuhkan penanganan khusus dengan menekankan pada pola “mindset dan culturalset”.
Selain itu, isu yang luput adalah tentang gender dan lingkungan. Isu ini menurutnya sangat penting mengingat lingkungan maupun gender adalah isu yang sangat seksi tetapi bukan menjadi prioritas. Gender penting untuk bagaimana tata kelola pemerintahan menjadi merata untuk semua elemen, sementara lingkungan adalah hal yang tidak bisa dipandang sebelah mata mengingat acaman bencana dan penanggulangan bencana beberapa kasus di daerah lain sering menjadi kendala serius.
Oleh : Dasmin Ekeng
Penulis adalah Direktur HIPPMASANGIA Institute