ZONASULTRA.COM, LASUSUA – Penemuan benda Prasejarah di Desa Tangaruru, Kecamatan Purehu, Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), Sulawesi Tengara (Sultra) menawarkan wisata sejarah budaya peradaban manusia ratusan tahun silam.
Desa yang letaknya berada di ketinggian ini di kelilingi gunung batu dengan cuaca yang dingin, rupanya menyimpan cerita tersendiri setelah ditemukan berbagai benda peningalan yang menjadi bukti kehidupan manusia prasejarah di daerah tersebut.
Untuk menuju ke lokasi itu hanya butuh sekitar 20 menit dari jalan trans Sulawesi, dengan menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Setelah sampai di pemukiman, berjalan kaki menyusuri sungai hingga ditemukan mulut goa.
Salah satu warga Desa Tanggaruru, Rikki (26) mengatakan, dirinya sudah memasuki 8 mulut goa dari puluhan goa secara terpisah yang terbentuk secara alami dari pegunungan cadas. Namun dirinya tertarik goa yang menyimpan benda-benda antik, seperti Topi prajurit kerajaan yang terbuat dari besi,parang jenis Sunangke (bahasa tolaki) dan mangkuk kuno serta guci.
“Ada puluhan goa di sini,tapi yang paling bagus goa seribu pintu dengan goa yang banyak ditemukan barang antik,” ungkap Rikki kepada awak Zonasultra.com, Rabu (4/7/2018).
Rikki menceritakan awal mula ditemukan barang prasejarah, ketika itu salah satu warga menggali tanah untuk berkebun dan menemukan puluhan mangkuk kuno yang tertimbun dalam tanah. Begitu warga sekitar mengetahui akhirnya warga lain melakukan pencarian dan menemukan goa di kaki gunung yang di dalam banyak barang peninggalan prasejarah.
“Di mulut goa itu ada meriam tua, banyak orang sini yang simpan di rumahnya barang antik. Ada juga dunni (peti mati) sampai tombak di temukan di goa itu,”terangnya.
Lanjut Rikki, berdasarkan cerita orang tua yang pertama kali membuka daerah tersebut, dulunya wilayah itu merupaka tempat pelarian satu kelompok pasukan kerajaan suku Tolaki, kuat dugaan dengan dibuktikannya penemuan benda-benda yang biasa digunakan sebagai senjata serta menceritakan kehidupan sosial pada zaman itu.
“Nenekku yang pembuka lahan di desa Tanggaruru katanya di sini tempat persembunyian gerombolang, entah bagaimana ceritanya barang-barangnya disimpan di goa. Dan akhirnya tertimbun tanah,jadi kedepan rencana saya mau buat museum mini dengan mengumpulkan barang antik itu yang ada dimasyarakat,”tambah Rikki.
Goa Seribu Pintu
Namun tatkala menariknya goa seribu pintu, sebagian warga setempat menyebutnya, untuk menuju ke goa tersebut harus menyiapkan alat penerang seperti senter karena tidak tersentuh cahaya matahari sedikitpun bila berada di tengah goa.
Panorama alam objek wisata tersebut sungguh menawan, meski akses menuju ke mulut gua harus melewati celah batu yang sempit namun begitu sudah berada di dalam gugusan tebing batu dengan bentuk yang khas dan unik serta stalagmit yang basah menampilkan panorama tersendiri bagi pengunjung.
Di dasar goa tersebut mengalir air melewati pinggiran batu. Pengunjung pun bisa bersantai menikmati lembabnnya batu yang basah, lokasi ini pun cocok untuk kegiatan wisata alam serta nuansa alami seperti kegiatan adventure. Berbagai sumber warga sekitar, hingga kini belum ada yang menemukan ujung dari goa tersebut. (A)