Negara Gagal Sejahterakan Rakyatnya, Rakyat Rela Jual Ginjal

Negara Gagal Sejahterakan Rakyatnya, Rakyat Rela Jual Ginjal
Juhlim

Akhir-akhir ini, media masa banyak memberitakan tentang maraknya penjualan organ tubuh yaitu  ginjal. Bahkan, menjadi topik utama dalam sebuah berita, baik televisi ataupun media masa lainya. Timbulnya penjualan ginjal di bangsa ini, disebabkan pemerintah mengabaikan kesejahteraan rakyatnya. Berbagai kesulitan hidup yang dialami rakyat miskin, seperti mahalnya bahan pokok kebutuhan sehari-hari, memaksa mereka untuk melakukan hal yang tidak masuk akal, termasuk menjual ginjalnya. Seperti yang dilansir oleh Liputan 6: Susanto (28) memegang kertas bertulisan: “ Pak Jokowi tolong beli ginjal saya, anak saya butuh operasi 1,2 milyar”, saat melakukan aksinya di depan Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (20/11). (Liputan6.com/Gempur M Surya).

Negara Gagal Sejahterakan Rakyatnya, Rakyat Rela Jual Ginjal
Juhlim

Cerita soal jual beli ginjal bukan isapan jempol belaka. Mabes Polri baru-baru ini membuktikannya, ada sekelompok orang yang memang mencari orang yang mau menjual ginjal. Uang puluhan juta rupiah diberikan sebagai ganti kepada orang yang mau menjual ginjal. Salah satu orang yang menjual ginjal adalah HLL. Seorang sopir angkot yang ditahan di Polres Garut. Saat menjalani proses hukum karena tindak pidana, HLL meringkuk di pojokan tahanan karena sakit. Saat ditanya petugas kepolisian soal sakitnya, muncul pengakuan soal penjualan ginjal. “Ini karena alasan ekonomi,” kata Kasubdit III Dirtipidum Bareskrim Mabes Polri, Kombes Pol Umar Surya Fana, Kamis (28/1/2016).

Sebagai organ vital, keberadaan ginjal sangat penting bagi manusia. Fungsi ginjal sangat kompleks, sebagai salah satu organ pembersih darah dari racun-racun hasil metabolisme tubuh melalui urine. Namun, jumlah penderita gangguan ginjal kronik di Indonesia tergolong tinggi. Jumlah penderita penyakit ginjal kronik (PGK) maupun penderita gangguan ginjal tahap akhir (GGTA) datanya belum pasti. Menurut  Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) melalui Indonesian Renal Registry (IRR) diperkirakan ada sekitar 25 ribu pasien penyakit ginjal baru setiap tahunnya. Sebanyak 120 ribu pasien GGTA masih membutuhkan transplantasi. Namun, baru sekitar 12 ribu pasien yang mendapatkan pendonor yang cocok dan melakukan dialisis.

“Karena jumlah penderita penyakit ginjal cukup banyak di Indonesia, jelas ginjal merupakan organ yang paling banyak dicari. Selain itu, ginjal juga merupakan organ manusia yang paling sering rusak. Maka dari itu, jual beli organ ginjal marak beredar di negeri ini,” katanya pada acara diskusi peran profesi penyakit dalam pada penyakit ginjal di Jakarta, Rabu (3/2). Maraknya jual beli ginjal yang ilegal di Indonesia erat kaitannya dengan kesenjangan sosial.

Memang cara rakyat memahami negara sungguh sangat sederhana. Bagi rakyat, negara adalah penguasa. Rakyat tentu saja merasakan sentuhan negara hanya ketika penguasa hadir di tengah tengah mereka. Kehadiran penguasa di tengah rakyat secara fisik seringkali hanya dalam empat wajah, yakni wajah yang mengumbar janji saat pemilu, wajah tukang perintah ketika rakyat diundang untuk rapat atau upacara formal tertentu, wajah seolah dermawan dengan membagikan uang yang dikemas dalam bentuk bantuan, dan wajah menakutkan ketika lapak dan warung-warung rakyat kecil dibongkar. Selebihnya rakyat kecil sering melihat penguasa hanya di layar kaca dengan wajah memelas sarat akan pencitraan dan wajah-wajah koruptor melalui pemberitaan korupsi yang spektrumnya makin meluas. Tentu saja hal tersebut bukan sebuah provokasi tetapi data empiris yang rakyat kebanyakan alami sehari-hari. Walhasil posisi Negara seperti itu dihadapan rakyat sangatlah negatif. Ini yang kemudian mengakibatkan meluasnya public distrust (ketidakpercayaan publik) terhadap penguasa Indonesia saat ini.

Masih banyak rakyat Indonesia yang kurang sadar atas diri sendiri. Sebenarnya diri sendiri juga berperan penting untuk menjadikan Indonesia menjadi lebih maju dan sejahtera. Namun kenyataannya rakyat Indonesia masih banyak yang tidak berintropeksi diri dan terus-menerus menyalahkan pemerintah. Dengan kepribadian diri yang minim, pendidikan yang rendah, kesehatan yang tak terjaga, mental tahu, malas, tidak disiplin atau kurang menghargai waktu, apa bisa menjadikan Indonesia semakin maju dan sejahtera meskipun Negara Indonesia sendiri kaya akan hasil alam? Tidak… meskipun pemerintah merencanakan program yang bagus jika rakyat Indonesia masih seperti ini maka tidak akan pernah menjadi Negara Indonesia yang maju dan sejahtera.

Jadi, sesulit apapun kehidupan yang kita alami saat ini tetap sabar dan sabar. Jangan pernah putus asa, karena sesusungguhnya Allah menyukai orang-orang yang sabar. Firman Allah:

يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَ صابِرُوا وَ رابِطُوا وَ اتَّقُوا اللهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu, dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (QS. Ali Imran, 3: 200)”

 

Oleh : Juhlim
“(Penulis merupakan Kader HMI-MPO Cabang Kendari)”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini