Pemkab Bombana dan Kemenperin Gagas Pembangunan Sentra IKM

Pemkab Bombana dan Kemenperin Gagas Pembangunan Sentra IKM
IKM - Pemerintah Kabupaten Bombana bersama Kementetian Perindustrian (Kemenperin) tengah membahas pola pengembangan Industri Kecil menengah (IKM) dalam group diskusi di salah satu Hotel di Kecamatan Rumbia, Kamis (6/9/2018). (MUHAMMAD JAMIL/ZONASULTRA.COM)

ZONASULTRA.COM, RUMBIA – Pemerintah Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara (Sultra) kini terus berupaya mencari solusi terhadap peningkatan sentra Industri kecil menengah (IKM) di daerah itu. Salah satu upaya yang dilakukan yakni mengagas pola pengembangan pelaku usaha bersama Kementerian Perindustrian dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) di salah satu Hotel di Rumbia, Kamis (6/9/2018) kemarin.

Dalam kegiatan itu membahas penyediaan sentra IKM kelapa terpadu. Artinya, para pelaku usaha akan disediakan wadah untuk mengintegrasikan komoditi kelapa hingga berpotensi memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Kepala Sub Direktorat Kemenperin, RI, Renita Anggraeni mengatakan, pihaknya hadir di daerah itu dalam rangka memberi solusi bagi para pelaku IKM. ” Ada beberapa tahapan yang akan kami lakukan dalam aspek pengembangan sentra IKM di wilayah ini yakni melalui FGD tetkait pola pengembangan IKM dan kami akan turun langsung melakukan peninjauan lokasi guna memastikan potensi komodity berdasarkan usulan dari Dinas Peridakop setempat beberapa waktu lalu,” kata Renita usai menggelar FGD tersebut.

Bupati Bombana, H. Tafdil menyampaikan bahwa pihaknya berniat membangun sentra IKM di tiga zona wilayah berdasarkan komoditi unggulan. Zona Rumbia dengan upaya pengadaan sentra IKM melalui produk Terasi, zona Poleang dengan IKM Komodity Kelapa dan Kabaena dengan sentra Komodity Gula Aren.

Di tahun pertama program Gembira jilid dua ini, Pemkab Bombana akan mengawali dengan pembangunan sentra IKM di wilayah Poleang yakni Desa Laeya dan Desa Waimputtang Kecamatan Poleang Selatan.

“Pelaku industri di Bombana sudah lumayan banyak. Satu hal yang menjadi kendala adalah wadah untuk pengembangan komoditi atau sentra Industri. Sentra IKM ini nantinya akan memudahkan para pelaku usaha untuk proses pembinaannya,” kata Tafdil.

Bupati dua periode ini menjelaskan, fokus peningkatan produksi kelapa terpadu ini karena beberapa faktor. Yakni, Bombana merupakan lumbung komoditi kelapa, utamanya di wilayah Poleang dan pemekarannya. Lalu, Selain menghasilkan minyak berkualitas non kolestrol atau Virgin Covonut Oil (VCO) setelah melalui proses penyulingan hingga benar-benar jenih. Kelapa pula mampu meningkatkan penghasilan masyarakat melalui produk kerajinan dan lainnya..

Tak sekedar itu, IKM difokuskan sebagai upaya menjawab keluhan para petani Kopra yang kini kerap mengalami kerugian atas ketidakstabilan harga Kopr ” Artinya, melalui fokus pengembangan kelapa terpadu, dapat menghasilkan kerajinan dari Batok kelapa. Kelapa pun bisa diolah dari akar hingga daunnya hingga bernilai ekonomis bagi warga Bombana, tak hanya fokus di Kopra saja,” terangnya.

Secara teknis, Kepala Dinas Perindakop dan Bombana, Asis Fair melalui Kepala Bidang Industri, Mualim menjabarkan, rencana pengembangan kelapa terpadu memasuki tahap peninjauan dari Kemenperin. Pihaknya hanya menyediakan fasilitas penunjang seperti lahan yang saat ini dalam tahap pembebasan dengan target seluas 2 hektar..

“Kami menyediakan fasilitas penunjang untuk para pelaku IKM yang nantinya akan dipusatkan di desa Laeya, Poleang Selatan, Lahannya sudah ada, lokasi yang ada pun sangat strategis,” tutur Mualim diruang kerjanya, Jumat (7/9/2018).

Lanjutnya, sentra IKM kelapa terpadu akan memberi keuntungan beberapa kali lipat dari aspek nilai jualnya. Dimana, dengan harga senilai Rp. 800 perbiji, kini masyarakat bisa merasakan perbandingan hingga Rp.5000 per biji.

“Kita bisa bandingkan dengan jumlah kelapa yang dihasilkan dari Kopra untuk perkilonya membutuhkan puluhan biji dan harga malah sangat dibawah standar. Sementara, jika diolah menjadi minyak VCO olahan dari IKM tersebut sangat jauh berbeda,. Yaa, Sabut dan tempurungnya pun tidak akan dibakar bisa dimanfaatkan untuk kerajinan dan produk lain yang menghasilkan uang,” paparnya.

Ditambahkan, Sentra IKM yang akan dibangun pun tidak asal-asalan. Ada beberapa peralatan yang disiapkan didalam sentra pembuatan minyak VCO tesebut seperti mesin Parut yang ber dimensi 60x80x100 sentimeter dengan kapasitas 300 butir per jam melalui penggerak 1/2 HP. 220 Voltage sebanyak 2 unit. Nilai jual dari hasil pengolahannya mencapai Rp. 20.000 per liternya.

Kemudian, mesin pemeras santan dengan kapasitas 100 kilogram/jam berdimensi 125 x 63 x 120 sentimeter dengan jenis mesin diesel 8 power HP. Sebanyak 3 unit. Lalu, Mixer pemanas dengan kapasitas 100 liter sekali proses. Sebanyak satu unit mesin Sentrifugal berkapasitas 100 liter sekali proses sebanyak satu unit. Mixer cepat 1 unit. Mesin Evaporator Vacuum berkapasitas 100 liter per proses berjumlah 1 unit

“Intinya pengembangan kelapa terpadu ini dilihat dari produk turunannya, tidak mesti lagi harus menghasilkan produk kopra. Sebab, proses pembuatan minyak VCO ini cukup mudah. Hasil yang diperoleh dari sentra IKM ini akan sangat membantu masyarakat khususnya pelaku usaha untuk meraup keuntungan yang lebih besar, serta mampu menyerap tenaga kerja lokal, ” tutupnya. (B)

 


Reporter : Muhammad Jamil
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini