Peringati Hari Perempuan Internasional, USAID APIK dan Alpen Sultra Tingkatkan Kepedulian pada Perempuan Pesisir

Peringati Hari Perempuan Internasional, USAID APIK dan Alpen Sultra Tingkatkan Kepedulian pada Perempuan Pesisir
Irmia Fitriyah dalam acara diskusi bersama media di Restoran Fajar Kendari, Rabu (8/3/2017).
Peringati Hari Perempuan Internasional, USAID APIK dan Alpen Sultra Tingkatkan Kepedulian pada Perempuan Pesisir
DISKUSI MEDIA : Acara diskusi dalam rangka peringatan Hari Perempuan Internasional yang jatuh 8 Maret 2017 hari ini. Terlihat Irmia Fitriyah selaku Spesialis Gender Program USAID APIK dalam acara diskusi bersama media di Restoran Fajar Kendari, Rabu (8/3/2017). (ILHAM SURAHMIN/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Memperingati Hari Perempuan Internasional yang jatuh 8 Maret 2017 hari ini, USAID Adaptasi Perubahan Iklim dan Ketangguhan (APIK) bersama Aliansi Perempuan (Alpen) Sulawesi Tenggara (Sultra) meningkatkan perlindungan kepada perempuan pesisir.

Spesialis Gender Program USAID APIK Irmia Fitriyah mengatakan perubahan iklim akan mengancam masyarakat Sultra yang memiliki garis pantai sepanjang lebih dari 1.700 km dan banyak masyarakat yang tinggal pada area pesisir.

Dimana stereotip perang gender serta konstruksi sosial terhadap perempuan membuat mereka menjadi kaum yang lebih rentan dalam menghadapi dampak perubahan iklim seperti abrasi pantai, kenaikan laut serta bencana hidrometeorologi kekeringan, banjir dan tanah longsor.

“Sehingga pada Hari Perempuan Internasional ini, USAID APIK dan Alpen Sultra mengajak semua pihak untuk berkomitmen mengintegrasikan gender dalam program-program kerjanya demi meningkatkan ketangguhan masyarakat Sultra,” ungkap Irmia Fitriyah dalam acara diskusi bersama media di Restoran Fajar Kendari, Rabu (8/3/2017).

Secara khusus pada area pesisir lazimnya ditemui perempuan dengan mata pencaharian sebagai nelayan namun tidak tercatat dalam statistik. Dimana dijelaskan Irmia bahwa akses perempuan terhadap bantuan untuk peningkatan kesejahteraan masih terbatas, terutama mereka yang bekerja pada sektor yang didominasi oleh laki-laki seperti nelayan.

Sehingga dengan perubahan iklim yang membuat cuaca ekstrim menjadi lebih sering dan intensitas tinggi, ketika situasi sulit akses perempuan kepada sumber ekonomi bisa terhenti.

Di pihak ALPEN Sultra sendiri saat ini memiliki fokus bekerja mendampingi kelompok perempuan di akar rumput, mencatat tidak banyak kelompok perempuan pesisir yang mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sebab, mereka pada proses musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) tidak menjadi prioritas atau bahkan dianulir pada proses musyawarah lanjutan.

“Sehingga nelayan perempuan Suku Bajo semakin banyak ditemui sulit mengakses program pembangunan yang pada akhirnya perempuan akan semakin rentan terkena dampak perubahan iklim karena terbatasnya kemampuan untuk meningkatkan kapasitas adaptif dalam menghadapi fenomena tersebut,” terangnya.

Kendati demikian, disaat yang bersamaan perempuan juga menjadi kunci dan berperan penting dalam aksi-aksi adaptasi untuk meningkatkan ketangguhan masyarakat. Misalnya telah membuktikan pemberdayaan perempuan dapat meningkatkan ketangguhan masyarakat.

Oleh karena itu, pengarusutamaan gender harus menjadi prioritas bagi semua pemangku kepentingan. Dimana dalam Pergub Nomor 9 Tahun 2014 mengenai pengarusutamaan gender adalah sebuah keharusan dan harus diterapkan dalam kebijakan pembangunan daerah. Serta kebijakan anggaran responsif gender juga harus segera diintegrasikan dalam setiap program SKPD. (A)

 

Reporter : Ilham Surahmin
Editor : Jumriati

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini