Ketua Komisi II DPRD Kota Kendari Subhan mengatakan, selain kondisi pasar yang semrawut masih banyak aspek pengelolaan lainnya yang tidak kalah buruknya, mulai dari lahan parkir kendaraan yang diguna
Ketua Komisi II DPRD Kota Kendari Subhan mengatakan, selain kondisi pasar yang semrawut masih banyak aspek pengelolaan lainnya yang tidak kalah buruknya, mulai dari lahan parkir kendaraan yang digunakan untuk berdagang hingga sewa ruko yang melonjak.
“Bayangkan saja, sewa ruko yang awalnya Rp 13 juta dinaikkan menjadi Rp 23 juta tanpa dirembukkan dengan pedagang,” kata politisi PKS ini ketika melakukan kunjungan ke Pasar Basah Mandonga, Kamis (26/3/2015).
Di tempat yang sama, Ketua Kerukunan Pedagang Pasar Mandonga Asis Keisman menuding pengelola hanya berpikir mencari pemasukkan tanpa adanya perhatian terhadap kenyamanan dan pelayanan kepada pedagang. Asis mengatakan, tidak terlalu mempermasalahkan kenaikan harga ruko namun para pedagang merasa tidak nyaman dengan kondisi pasar.
Pasar Basah Mandonga Kendari merupakan salah satu pasar tradisional tertua di ibukota provinsi ini. Sebutan pasar basah sebenarnya merujuk pada perbandingan dengan pasar modern yang berada di sebelahnya, tepat di depan jalan protokol, yang kini bernama Mall Mandonga.
Sebelumnya, kawasan pasar ini hanya memiliki satu penyebutan, yakni Pasar Mandonga. Setelah salah satu bagian pasar dimodernkan dengan membangun pusat perbelanjaan, pasar tradisional itu kini disebut dengan Pasar Basah Mandonga sedangkan satunya disebut dengan Mall Mandonga.(*/Rasman)