ZONASULTRA.COM, KENDARI – Dunia serasa runtuh. HT ingin segera mengakhiri hidupnya,ketika dokter menyampaikan bahwa dirinya telah terjangkit Human Immunodeficiency Virus (HIV). Ibu rumah tangga usia 54 tahun ini, adalah warga Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Ia tertular virus mematikan itu dari suaminya yang telah meninggal lima tahun silam, akibat penyakit paru-paru
“Suamiku paru-parunya sudah dilumuri dengan cairan dan harus dioperasi, saya sempat dikeluarkan dari ruangan kamar dan sempat protes karena itu suami saya. Kemudian saya bawa suamiku ke rumah sakit di Makassar dan di situ dokter melakukan pemeriksaan dan dia positif HIV,” tuturnya, Selasa (1/12/2015).
Pasca kematian suaminya, HT kemudian menemui Ketua konselor Rumah Sakit Wahidin di Makassar dr. Mahmud. Dia disarankan untuk melakukan pemeriksaan HIV.
“ Dua kali dites dan benar saya positif, langsung saya drop dan pingsan. Dokter Mahmud terus memberikan saya semangat hidup, pulang ke rumah di Kendari ada dua konselor rumah sakit provinsi Sultra datangi saya terus dan saya usir,” ungkapnya.
Dunia terasa sempit. Awalnya, lanjut HT, hanya anaknya yang mengetahui jika dirinya adalah Orang Dengan HIV AIDS (ODHA). Namun, belakang lingkungan sekitarnya juga telah mengetahui.
“Sempat saya dikucilkan oleh tetangga, tapi ada beberapa orang yang juga pegawai rumah sakit selalu membela saya dan memberikan pemahaman kepada warga termasuk ibu lurah dan camat turun langsung dan alhamdullilah sekarang sudah biasa mi. Harusnya sudah tidak ada lagi diskriminasi dan stigma jelek terhadap ODHA, karena kota Kendari dan Pemerintah Provinsi sudah menerbitkan Perda penangulangan HIV AIDS,” katanya.
Bahkan, usaha yang menjadi pendukung ekonomi keluarganya juga mulai menurun. Namun, ia tetap semangat menjalani hidup.
Sejak dirinya tertular virus HIV tahun 2012 lalu, HT rajin melakukan terapi antiretroviral (ARV). Terapi itu untuk melawan infeksi akibat Virus tersebut.
“ Obatnya itu mahal bu, satu butir sampai Rp 80 ribu. Nah kalau saya mungkin masih bisa beli obatnya karena anak-anakku bisa membantu, lalu bagaimana dengan ODHA yang kurang mampu tidak semua penderita orang mampu nah,” imbuhnya.
Saat ini, ia aktif dan bergabung dengan Lembaga Advokasi HIV AIDS (LAHA)Sultra. Bahkan, dia menjadi petugas Dukungan Konselor Sebaya (KDS) yang memotivasi para ODHA.
“Saya biasa dipanggil bila ada penderita baru untuk terus menyemangati mereka, biasa saya juga melakukan testimony dihadapan para ODHA. Kumpul dengan mereka saya rasa seperti keluarga sendiri, ada komunitas waria juga,” ujarnya.
Tak hanya itu, HT juga sering diutus ke Jakarta untuk kumpul bersama dengan para ODHA di seluruh Indonesia, untuk berbagi cerita suka dan duka sebagai penderita HIV.
“Saya biasa dengan ibu bidan yang juga ODHA dari Kabupaten Muna ke Jakarta mengikuti pertemuan nasional, dari situ kami berbagi dan saling menyemangati satu sama lain,” paparnya.
Angka penderita HIV AIDS di Sulawesi Tenggara, sudah sangat mengkhawatirkan. Kepala bidang pengendalian penyakit dan Penyehatan Lingkungan (KP2LP) Dinas Kesehatan Provinsi Sultra, drg. Heny Triviani mengatakan, dari tahun 2004 sampai 2015 terjadi peningkatan kasus.
“ Dari Januari- September 2015 tercatat 605 penderita HIV AIDS, ada 123 orang yang berobat dan 104 merupakan penderita baru dan satu orang meninggal. Kota Kendari masih peringkat pertama untuk kasus penyakit ini, kemudian kota Baubau dan Kabupaten Muna,” terangnya.
Untuk kasus di Kabupaten Muna terus mengalami peningkatan. Hal itu disebabkan oleh banyaknya penduduk di wilayah tersebut yang bekerja di Papua.
“ Kita ketahui saat mereka pulang ke Muna dan sudah dalam kondisi sakit, jadi mereka dapatkan virus itu di Papua,” ujarnya.
Sementara untuk kasus di Kota Kendari, dinas kesehatan mengetahuinya dari penderita yang merupakan populasi kunci yaitu, Lelaki Seks Lelaki (LSL), Wanita Penjaja Seks (WPS), Waria, Pelanggan dan pencandu narkoba.
“ Jadi untuk mengatasi penyebaran virus ini kita terus melakukan promosi kesehatan dan menambah pengetahuan tentang HIV AIDS dan scering pada saksi kunci,” tambahnya.
Pihaknya juga mengharapkan agar para ODHA mendapatkan jaminan kesehatan. Karena, setelah pihak keluarga mengetahui ada anggota keluarga yang terjangkit HIV, mereka kadang dikucilkan dan urusan KTP dan kartu keluarga juga akan menjadi kendala untuk berobat.
Penulis: Kiki