Senyum pria itu begitu sumringah. Wajahnya cerah. Tangan kanannya erat menjabat tangan wanita di depannya. Sebuah map merah diserahterimakan. Kertas di dalam map itu barang berharga. Sebuah rekomendasi. Bahwa partai moncong putih, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), memberikan dukungannya kepada pria bertubuh tinggi bernama Ishak Ismail, salah satu kandidat Walikota Kendari.
Begitulah kurang lebih cerita tentang foto yang diunggah oleh akun Facebook Ishak Ismail, Senin (8 Agustus 2016). Bukan hanya satu foto yang terunggah. Di foto lainnya, kandidat walikota yang popular dengan tagline Anak Lorong ini juga memperlihatkan “bukti” dukungan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
Jika klaim ini benar (kemungkinan besar memang benar), maka Ishak telah berhasil mengantongi lima kursi. Dia membutuhkan paling tidak dua kursi lagi untuk mengamankan pencalonannya. Dua kursi yang diharapkan Ishak sebelumnya adalah Hanura, yang telah direbut oleh kandidat lainnya, Zayat Kaimoeddin.
Keberhasilan Zayat merebut Hanura cukup mengejutkan, mengingat secara faktual, sesungguhnya Ishak memiliki “kedekatan emosional” dengan partai besutan Wiranto ini. Istri Ishak, Nirna Lachmuddin, merupakan anggota DPRD Sultra dari Partai Hanura. Sukses Zayat “mencuri” Hanura merupakan kecolongan bagi pihak Ishak.
Terpisahnya Hanura-PDIP membuat para kandidat yang didukungnya saling mengunci. Ishak tidak akan bisa berbuat banyak dengan modal PDIP-PPP saja. Apatah lagi Zayat yang hanya punya Hanura. Adapun Partai Bulan Bintang (PBB) sudah jauh-jauh hari menyatakan dukungannya ke Abdul Rasak, kandidat lainnya.
Tersisa, Partai Demokrat yang sejauh ini masih belum menjatuhkan pilihannya. Kecil kemungkinan Demokrat akan memilih calon di luar mereka bertiga (Rasak, Ishak, dan Zayat), karena yang diusulkan ke dewan pimpinan pusatnya adalah tiga nama ini. Demokrat menjadi begitu penting pada situasi ini.
Jika Demokrat pada akhirnya mendukung Rasak, maka Ishak dan Zayat selesai. Dengan asumsi bahwa Golkar dan Gerindra tetap berada di koalisi PAN-PKS-PKB yang mendukung Adriatma Dwi Putra (ADP), Demokrat tidak mungkin memilih Zayat karena kursi mereka tetap tidak akan cukup. Hanya enam.
Dengan demikian, Demokrat hanya berpeluang memilih Rasak atau Ishak. Jika seperti dugaan sebelumnya bahwa Demokrat lebih condong ke Rasak, maka Ishak juga kandas. Akhirnya, skenario head to head antara Rasak-ADP akan terjadi.
Tetapi jika Demokrat memilih Ishak maka ini disebut dengan kejutan politik. Meskipun demikian, kadarnya masih lebih ringan ketimbang kejutan berikutnya, yaitu jika Gerindra memberikan dukungannya ke Zayat. Jika skenario ini yang terwujud, maka giliran Rasak yang mengelus dada. Rivalnya, Ishak dan Zayat berhasil melenggang.
Kenapa Gerindra hanya ke Zayat? Partai ini tidak mungkin ke Ishak mengingat catatan buram hubungan antara fungsionaris Gerindra dengan dirinya. Di sisi lain, di bawah pengaruh Imran (mertua ADP), kecil kemungkinan Gerindra mendukung Rasak mengingat dia merupakan kandidat “paling tangguh” yang dilawan ADP. Tanpa menafikan kekuatan Zayat, kubu ADP “lebih memilih” head to head dengan Pjs Bupati Muna ini ketimbang dengan Rasak.
Kejutan berikutnya, jika Golkar beralih ke Rasak. Ini akan menambah napas Ketua DPRD Kendari ini kendatipun Demokrat ke kubu Ishak. Dengan begitu, jika skenario ini terjadi, Ishak dan Rasak lolos, Zayat tersingkir. Meskipun demikian perlu digarisbawahi bahwa kecil kemungkinan Golkar ke Rasak kalau sekiranya Demokrat sudah lebih dahulu mendukungnya. Sebab, dukungan Golkar tak lagi bermakna.
Terakhir, kejutan paling mencengangkan jika PKS dan Demokrat tiba-tiba sepakat mendukung Musadar Mappasomba yang sejauh ini memiliki kans paling kecil dibanding kandidat lainnya. Kejutan ini akan mengunci posisi Ishak, Rasak, dan Zayat.
Jika Golkar dan Gerindra tetap bersama PAN, maka “larinya” PKS akan memaksa PDIP, Nasdem, dan Hanura melakukan “kajian” ulang atas dukungan mereka masing-masing. Lalu bisa diprediksi akan segera muncul frase “dikhianati” dan “mengkhianati”. Kita tunggu.***
Oleh Andi Syahrir
Penulis Merupakan Alumni UHO & Pemerhati Sosial
Head to head,,,ini berbahaya bagi ADP. Jika ini terjadi maka arah dukungan NA dapat dipastikan akan ke Razak atau Derik atau Ishak. Olehnya itu Gerindra di bawah kendali Imran yg juga mertua ADP dipastikan tdk akan mendukung ke tiga kandidat tersebut.