Sukseskan Pemilu 2019, Kemenag Sultra Imbau Masyarakat Tak Terpancing Isu Agama

kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama Sulawesi Tenggara (Sultra) Abdul Kadir.
Abdul Kadir

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2019 tinggal menghitung hari. Segala persiapan demi suksesnya pesta demokrasi lima tahun itu, telah disiapkan oleh penyelenggara pemilu yakni KPU.

Tentunya semua pihak dari elemen bangsa ikut meyukseskan pemilu tersebut. Tak terkecuali kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama Sulawesi Tenggara (Sultra) Abdul Kadir.

Ia pun mengimbau kepada masyarakat bumi anoa agar jangan sampai mempertentangkan pancasila, karena pancasila itu harga mati

Ideologi Pancasila itu untuk bangsa Indonesia sudah final, dan sudah merupakan hasil itjihat seluruh tokoh2 pendiri bangsa, baik kaum agamawan yang kiyai maupun tokoh nasional yang menganggap bahwa pancasila itu itulah dalam bahasa agama kalimatun sawa.

(Baca Juga : Kesbangpol Sultra Upayakan Pemilu 2019 Berjalan Lancar)

“Jadi umat Islam, umat Nasrani, Hindu, Budha, buat kita adalah pancasila itu sebagai ideologi negara yang kita anggap sudah final. Dari ideologi Pancasila ini, kita punya tanggungjawab untuk menjaga keutuhan NKRI, memelihara Kebhinekaan kita, dan seterusnya menjadi empat pilar itu,” ungkap Abdul Kadir, Kamis (4/3/2019)

Dikatakannya, sudah pilihan yang terbaik bahwa Pancasila itulah bisa jadikan sebagai perekat dari keberagaman, perbedaan agama dari enam agama besar sekarang ini. Pancasila itulah yang menjadi pelindung, pengayom dari multi etnis.

“Kita sudah sepakat Pancasila sebagai perekat perbedaan. Perbedaan dianggap tidak menjadi penghalang kita bersama karena nilai yang kita bangun dengan persamaan kita,” katanya.

Ada dua peristilahan yang populer belakangan ini, kata dia, politisasi agama dan politik agama. Kalau politik agama adalah itu sebagai pilihan yang tepat, karena dalam politik harus ada patsun, ada etika. Jadi etika atau patsun terbangun pada nilai dan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh agama.

Yang harus dijauhi adalah politisasi agama, yang menjadikan agama untuk memproleh kekuasanan. Yakni memberikan penguatan dan langkah-langkah untuk meraih kekuasaan melalui agama, dengan isu agama untuk memberikan penguatan demi meraih kekuasaan.

Untuk menghindari politisasi agama, dia meminta kepada umat-umat beragama dan pengurus-pengurus tempat ibadah, agar steril dari kepentingan politik, dengan tidak digunakan sebagai ajang kampanye paslon ataupun calon-calon tertentu.

“Semua umat beragama memahami fungsi rumah ibadah itu. Sebagai tempat dan sarana untuk beribadah, bisa juga kita bahas masalah-masalah sosial dan keagamaan. Tapi kita harus steril dari kepentingan politik sesaat yang bisa membuat nilai-nilai kebersamaan dan kesatuan kita bisa luntur. Hanya karena isu-isu yang tidak tepat kita manfaatkan di dalam rumah suci ini,” terangnya.

Abdul Kadir mengingatkan, Pemilu 2019 ini adalah momentum yang sangat penting dan strategis dalam pembanguan demokrasi. Dia mengajak pada seluruh masyarakat baik dari level tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pemuda untuk memastikan diri terdaftar sebagai pemilih dan menggunakan hak pilihanya dengan sangat baik.

Baginya, kualitas demokrasi itu sangat ditentukan pada tingkat kecerdasan pemilih. Di dalam menentukan pilihan itu berbasis pada, chemistri (ikatan batin) terhadap wakil kita di parlemen baik DPR RI, Provinsi , kabupaten/kota maupun DPD. Dirinya menegaskan, jangan terbawa pada semangat primordial, tanpa mempertimbangkan kualitas, tanpa melihat integritas dari calon.

“Jangan sampai karena perbedaan pilihan membuat semangat kebangsaan kita bisa kendur. Jadikan Pemilu ini persatuan kita itu bisa rekat, mari kita jaga ukhuwah islamiayah kita, ukhuwah wataniah kita dan ukhuwah basyariah. Itu komitmen semua umat beragama terpanggil, untuk melakukan dan menjaga itu,” tegasnya. (a)

 


Kontributor : Fadli Askar
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini