ZONASULTRA.COM, RUMBIA – Dalam rangka meningkatkan produksi padi sawah di Kabupaten Bombana, pemerintah setempat melalui Dinas Pertanian mengenalkan sistem Jajar Legowo alias Jarwo. Sistem Jarwo ini diyakini mampu menopang gerakan Peningkatan Produksi Padi Sawah rigasi (GP3SI).
Kepala Dinas Pertanian Bombana, Andi Nur Alam mengklaim, ada sejumlah manfaat dengan menerapkan sistem Jarwo antara lain produktifitas tanaman padi bisa meningkat 30 hingga 40 persen. Mempermudah perawatan dan mengurangi hama penyakit.
Dilapangan penerapan sistem Jarwo dilakukan dengan cara padi ditanam dalam beberapa barisan diselingi satu barisan kosong.
Baris tanaman dan baris kosongnya disebut satu unit legowo. Bila terdapat dua baris tanam per unit legowo maka disebut legowo 2:1, sementara jika empat baris tanam per unit legowo disebut legowo 4:1 dan seterusnya.
Menurutnya, melalui sitem ini produkrifitas pertanian padi dil lahan sawah irigasi di Bombana akan semakin meningkat jauh lebih baik ketimbang tahun-tahun sebelumnya.
” GP3SI sebagai inovasi percepatan produktifitas padi sawah irigasi di daerah kita ini ditargetkan seribu hektar lahan. Jadi sistem tetsebut sebagai langkah tepat untuk proses optimalisasinya hingga mencapai beberapa kali lipat dari hasil sebelumnya,” Terang Andi Nur Alam di Rumbia, Sabtu (18/8/2018).
Sambungnya, adapun delapan wilayah Kecamatan yang menjadi sasaran utama penerapan GP3SI melalui Jarwo 2:1 yaitu, Kecamatan Rumbia dengan target 42 hektar lahan. Kecamatan Ratowatu Utara dengan cakupan 80 hektar lahan. Lantary Jaya seluas 167 hektar, Ratowatu 50 hektar.
Kemudian, Kecamatan Poleang Utara sebagai sasaran terbesar seluas 349 hektar. Poleang Timur dengan cakupan 254 hektar dan Kecamatan Tontonunu seluas 58 hektar dengan total keseluruhan seluas 1000 hektar.
Andi Nur Alam pun mengungkapkan pencapaian hasil optimal dalam GP3SI tidak semata-mata terfokus pada sistem Jarwo 2:1. Sistem ini dilengkapi beberapa jenis produk unggulan, meliputi pengadaan Bio Dekomposer, benih varietas unggul, pupuk urea dan NPK, pestisida dan herbisida serta atabella yang disebut Jarwo 2:1.
“GP3SI ini kami kembangkan bekerjasama dengan BPTP Sultra dalam bentuk rakitan dan rekomendasi teknologi tepat guna. Begitu juga dengan proses penyuluhan dilakukan dengan pengawalah yang dilakukan oleh penyuluh pertanian untuk mentransfer desiminasi teknologi pada oetani dan disekitar lokasi GP3SI,” tutupnya.
Untuk diketahui, manfaat dan tujuan sistem Jarwo 2:1 yakni, menambah jumlah populasi tanaman padi sekitar 20-30%, sehingga diharapkan akan meningkatkan produksi gabah. Kemudian, dengan adanya baris kosong akan mempermudah perawatan, baik itu pemupukan maupun penyemprotan pestisida. Setelah itu, mengurangi kemungkinan serangan hama dan penyakit. Tikus tidak suka pada lahan yang relatif terbuka. Pada lahan yang relatif terbuka kelembaban juga akan menjadi lebih rendah, sehingga perkembangan penyakit dapat ditekan.
Lalu, menghemat pupuk karena yang dipupuk hanya bagian dalam baris tanaman. Memperbaiki kualitas gabah dengan semakin banyaknya tanaman pinggir. Dengan menerapkan sistem Jarwo , tanaman akan terpapar sinar matahari secara lebih optimal. Semakin banyak sinar matahari yang mengenai tanaman, maka proses fotosintesis oleh daun tanaman akan semakin tinggi sehingga kualitias gabah juga akan meningkat. (B)
Reporter : Muhammad Jamil
Editor : Tahir Ose