ZONASULTRA.COM, LONDON – Wonderful Indonesia kembali memamerkan wisata kelas dunianya di WTM London, 6-8 November 2017. Dari mulai Borobudur, Bali, Komodo, Danau Toba, serta Raja Ampat, ikut dipasarkan di bursa pariwisata terbesar kedua di dunia tersebut.
Di WTM London, Wonderful Indonesia memang tak ingin tampil seadanya. Semua kekuatan dikerahkan. Semua seller raksasa ikut diboyong. Semuanya fokus menjual destinasi kelas dunia di jantung London Royal Docks, gedung Excel London yang berada di tepian Sungai Thames.
“Hampir semua industri besar pariwisata di semua negara yang concern di tourism selalu tampil WTM London. Itu sebabnya kita all out di sana,” kata Deputi Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar I Gde Pitana, Minggu (5/11).
Homebase paviliun Wonderful Indonesia langsung disulap dengan desain elegan. Dan Kapal Phinisi kembali dijadikan ikon. “Semua sudah dipersiapkan dengan optimal,” tambahnya.
Dari waktu ke waktu, desain booth Wonderful Indonesia di berbagai pameran berskala global memang selalu menggunakan replika kapal phinisi. Pilihannya dirasa sangat pas lantaran design kapalnya sangat eye cathing. Runcing di depan dan tumpul di belakang dengan dihiasi beberapa tiang yang tinggi menjulang. Tampilannya pun gampang diingat.
“Phinisi itu sudah mendunia. Pelaut-pelaut Bugis sudah menjelajah dunia dengan phinisi. Dari Asia, Afrika, Australia, Amerika, Eropa pernah dijelajahi pelaut kita dengan phinisi. Ini sangat mewakili identitas Indonesia. Karena itu kami konsisten menggunakan desain ini di semua travel market besar dunia,” jelas Pitana yang ikut diamini Asdep Pengembangan Pasar Eropa, Timur Tengah, Afrika dan Amerika Kemenpar Nia Niscaya.
Identitas sebagai bangsa maritim dan negara kepulauan terbesar di dunia juga terwakilkan dengan tampilan kapal phinisi. Sangat pas dengan visi Presiden Jokowi yang menempatkan maritim sebagai satu dari lima prioritas pembangunan.
Bila ditarik ke pariwisata, kapal phinisi juga sangat nyambung. Tengok saja sepuluh destinasi prioritas yang bakal disulap menjadi 10 Bali Baru. Tujuh di antaranya adalah wisata bahari. Daya pikatnya adalah maritim.
“Pesannya jelas. Kami ingin menyampaikan bahwa Indonesia adalah destinasi wisata kelas dunia. Tentunya destinasi yang benar-benar Wonderful Indonesia,” timpal Nia Niscaya.
Nah, di London nanti, Wonderful Indonesia ikut menggandeng 50 pelaku industri pariwisata ternama. Semua bakal berjejer rapi di Paviliun Indonesia yang terletak di Hall AS900. “Dalam paviliun, juga akan dipasang big screen LED yang memutar TVC Wonderful Indonesia. Salah satunya video promosi pariwisata Indonesia yang juara dalam kompetisi UNWTO Video Competition 2017,” ujarnya
Selain itu, tambah Nia, paviliun juga menampilkan rumah adat Sumba Uma Mbatangu. Uma Mbatangu berarti rumah menara. “Ini presentasi dan bagian promosi mempopulerkan Nihiwatu Resort di Pulau Sumba kepada turis Inggris. Inilah hotel terbaik di dunia dua tahun berturut-turut versi majalah Travel+Leisure,” tambahnya.
Yang perlu dicatat, turis Inggris memang sampai saat ini masih penyumbang terbesar turis Eropa ke Indonesia. Menurut data Kemenpar, jumlah wisatawan asal Uni Eropa yang berkunjung ke Indonesia sepanjang tahun lalu mencapai 1 juta orang. Inggris menyumbang 328.882 wisman ke Indonesia. Angka tersebut meningkat 21,9 persen dari tahun 2015 yang berjumlah 269.798 wisman.
“Dan hingga Agustus 2017, tercatat 244.638 turis Inggris berkunjung ke Indonesia. Ini menunjukkan 63,71 persen dari target kunjungan wisman Inggris. Kita harapkan hingga akhir tahun ini, target 384.000 turis Inggris bisa tercapai,” urainya.
Menpar Arief Yahya pun terlihat sangat setuju untuk menggeber pasar Inggris. Strateginya bahkan dipastikan tidak berhenti di WTM London. “Kita juga memiliki program promosi lainnya, seperti promosi media ruang dengan branding logo Wonderful Indonesia pada London Cab,” kata Menpar Arief Yahya.
Yang pasti, kata Arief Yahya, Wonderful Indonesia akan semakin berkibar menjadi top of mind di jagat pariwisata dunia. “Apa yang tidak mungkin? Kita punya potensi, kita punya kemauan, dan kita harus punya kemampuan untuk menuju ke sana!” tegas Arief Yahya. (*)