ZONASULTRA.COM, KENDARI – Kontestasi Pemilihan Gubernur (Pilgub) Sulawesi Tenggara (Sultra) 2018 diprediksi hanya akan diramaikan 3 pasangan calon (paslon) gubernur. Ini menandakan banyak figur-figur bakal calon (balon) gubernur yang tidak akan mendapatkan pintu pencalonan.
Pakar politik Prof. Eka Suaib mengatakan, 3 pasang sudah ideal tapi jika ada figur yang sanggup memborong partai maka bisa jadi hanya dua paslon atau head to head. Meski ada peluang head to head, namun calon harus ingat bahwa kos politiknya amat besar dibanding 3 pasang atau lebih.
“Sehingga memang yang paling realistis dan paling ideal itu adalah 3 pasang dengan catatan tidak ada jalur perseorangan (independen). Makanya saya menyarankan figur-figur potensial sekarang harus mempersiapkan diri melalui jalur perseorangan, kalau mengharapkan jalur partai pasti ada figur potensial yang tidak mendapatkan pintu,” tutur Eka di Kendari, Sabtu (15/7/2017).
Kalkulasi dengan memperhatikan konfigurasi perolehan suara yang ada di DPRD Provinsi Sultra, maka ada tiga partai yang akan jadi pemain penting atau poros utama. Ketiganya adalah koalisi yang didorong oleh PAN (9 kursi), Koalisi yang didorong Golkar (7 kursi), dan Koalisi yang didorong Demokrat (6 kursi).
Satu-satunya koalisi yang sudah aman adalah PAN, namun Golkar dan Demokrat yang belum mencukupi 9 kursi masih perlu mencari koalisi tambahan. Kata Eka, Gerindra (4 kursi) dan PKS (5 kursi) cukup punya peluang menjadi medioker (poros tengah).
Namun demikian, dengan adanya proses rekrutmen kandidat di PKS dan Gerindra, ada kecenderungan keduanya tidak akan mendorong calon 01. Eka melihat pergerakan Gerindra dan PKS sudah lebih safety (aman) untuk menjadi 02.
“Dalam penentuan koalisi akan ditentukan oleh yang pertama derajat keuntungan partai politik baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Yang kedua adalah dengan mempertimbangkan variabel eksternal bagaimana konfigurasi pada level politik nasional maupun misalnya bagaimana kondisi psikologi politik yang ada,” jelas Eka yang juga akademisi Universitas Halu Oleo (UHO) ini.
Peluang-peluang koalisi masih dimungkinkan untuk cair, misalnya pada Golkar, masih menimbulkan pertanyaan siapa yang akan gunakan. Memang di Golkar ada Sjafei Kahar dan Ridwan Bae sebagai ketua partai, namun yang jadi pertanyaan apakah Ridwan serius maju karena aktivitas dan dinamikanya hanya bergerak jelang dimulainya tahapan Pilgub.
Peluang Ridwan untuk maju masih besar dengan berpasangan dengan Tina Nur Alam maupun Lukman Abunawas. Ridwan tidak akan mungkin berpasangan dengan Sjafei Kahar atau Rusman Emba.
Dengan memperhatikan dinamika pendaftaran dan penjaringan, di poros koalisi PAN yang dipastikan 90 persen diusung adalah Asrun. Sedangkan di poros koalisi Demokrat bisa saja didapatkan Rusda sebagai kader tapi bisa juga tidak.
“Karena toh yang mendaftar di Demokrat itu 9 dan partai Demokrat belum menentukan siapa yang akan diusung. Di Golkar juga saya kira menjadi kerumitan karena harus berkoalisi dengan partai lain, apalagi jika mitra koalisi juga punya calon untuk dipasangkan sebagai 02,” tutur Eka.
Langkah-langkah yang harus ditempuh balon saat ini adalah bekerja untuk meyakinkan partai politik sehingga bisa diusung. Lanjut Eka, tidak mudah untuk memprediksi siapa yang akan diusung karena masing-masing partai politik memiliki logika dan kriteria-kriteria tertentu yang biasanya hanya diketahui internal partai. (A)
Reporter : Muhamad Taslim Dalma
Editor : Kiki