36 Persen Bayi Baduta di Sultra Rawan Terkena Stunting

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dr. Zuhuddin Kasim
dr. Zuhuddin Kasim

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dr. Zuhuddin Kasim, mengatakan, pihaknya mencatat ada 36 persen bayi bawah usia dua tahun (baduta) masuk kategori pendek dan sangat pendek di Bumi Anoa rawan terkena stunting. Angka ini dinilai sangat besar.

Menurutnya, Stunting adalah kondisi di mana manusia disebut kerdil atau pertumbuhannya tidak sesuai dengan umur. Salah satu indikatornya adalah panjang atau tinggi badan. Hal ini menjadi perhatian pemerintah karena ditakutkan generasi kedepan angka stunting ini semakin meningkat.

Untuk mengetahui seorang anak atau balita terkena indikasi stunting adalah dengan rutin mengukur tinggi badan mereka dalam 1.000 hari masa kehidupnya atau dari usia satu hingga 24 bulan. Apabila setelah memasuki usia di atas dua tahun dan sang bayi terindikasi stunting maka tidak ada obat bagi mereka, dan pertumbuhan hingga menuju remaja dan dewasa tinggi mereka tidak sesuai dengan umur.

“Ya kalaupun makan banyak mereka tetap akan begitu saja, tidak akan tinggi dan malah lebar kesamping,” ungkap Zuhuddin Kasim saat ditemui usai pembukaan rakor Program Prioritas Dinkes Tahun 2018, Rabu (18/4/2018) di salah satu di Kendari.

Secara umum penyebab utama dari stunting ini adalah kurangnya asupan gizi sang ibu saat mengandung, hal itu akibat kesulitan ekonomi. Kondisi sng ibu ini dikenal dengan istilah KEK (kurang energi kronis) saat hamil. Zuhuddin mengatakan, lebar diameter lengan atasnya saja hanya sekitar 23 cm jika diukur dengan jari maka antara jari jempol dan telunjuk akan bertemu.

Dijelaskannya, penyebaran baduta yang masuk kateogori pendek dan sangat pendek di Sultra hampir merata, untuk jumlahnya masih terus dilakukan pemantaun oleh pemerintah masing-masing kabupaten/kota.

Pihaknya pun berupaya melakukan intervensi ke Dinkes 17 kabupaten/kota untuk rutin melakukan pemantauan sejak dini, dan sosialisasi mengenai stunting terutama mereka remaja putri yang belum menikah, kemudian pemberian imunisasi bagi calon pengantin.

Data World Helath Organitation (WHO) menunjukka sekitar 178 juta anak di bawah usia lima tahun pertumbuhannya terhambat karena stunting.

Dilansir dari Kompas.com, waktu terbaik untuk mencegah stunting adalah selama kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan. Di mana stunting di awal kehidupan akan berdampak buruk pada kesehatan, kognitif, dan fungsional ketika dewasa.

Untuk mengatasi masalah stunting ini Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan dukungan Millennium Challenge Account-Indonesia (MCA-I), melalui Program Hibah Compact Millennium Challenge Corporation (MCC) melakukan Kampanye Gizi Nasional Program Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat (PKGBM).

Salah satu fokus dalam program PKGM adalah tentang perubahan prilaku masyarakat, yang dilakukan dalam program Kampanye Gizi Nasional (KGN).

Program KGN bisa dilakukan dengan aktifasi posyandu dan pemberian pengetahuan tentang gizi anak, mulai dari makanan apa saja yang boleh untuk bayi di atas enam bulan, bagaimana tekstur yang baik, berapa banyak yang harus diberikan, termasuk pengetahuan pentingnya ASI eksklusif. (A)

 


Reporter : Ilham Surahmin
Editor : Kiki

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini