ZONASULTRA.COM, WANGI-WANGI – Penderita penyakit Deman Berdarah (BDB) di pulau Tomia Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara (Sultra) dalam kurun tiga bulan bulan terakhir Oktober, November dan Desember 2016 meningkat. Tercatat 37 pasien terindikasi DBD, dua diantaranya telah meninggal.
Puskesmas Tomia dan Puskesmas Usuku di Kecamatan Tomia sejak Oktober hingga Desember, dua unit puskesmas itu melakukan perawatan inap terhadap sejumlah pasien DBD.
Kepala Puskesmas Tomia, Samumi, mengatakan, ada delapan pasien DBD di Kecamatan Tomia terhitung sejak Oktober hingga Desember 2016.
“Di bulan Oktober ada 2 orang, 1 orang dirujuk ke Wanci dan 1 orang ke Kendari namun meninggal di Kendari. Kemudian November – Desember ini ada 8 orang dan 6 rawat inap dan 2 rawat jalan. Saat ini tersisa 1 orang rawat inap namun sudah membaik,” terang Samimu, dihubungi via telepon selulernya, Sabtu (10/12/2016).
Kepala Puskesmas Usuku Tomia Timur, La Umar Abdul Rahman, mengungkapkan, di wilayahnya terdapat juga pasien terindikasi DBD. Namun di wilayah Tomia Timur pasien terindikasi DBD baru didapati sejak November hingga Desember 2016. Dari semua pasien terindikasi DBD itu telah melalui proses pengobatan di Puskesmas Usuku.
“Sejak November hingga Desember 2016 ini ada 27 pasien terindikasi DBD. Semua masuk rawat inap namun untuk saat ini tersisa 8 orang karena pasien lainnya sudah sembuh dan sudah pulang di rumahnya masing-masing. Kemudian dari 27 pasien terindikasi DBD itu, ada 1 orang dirujuk ke Wanci dan langsung meninggal dunia di RSUD Wakatobi,” ungkap Abdul Rahman dihubungi via telepon selulernya, Sabtu (10/12/2016).
Ia menambahkan, dengan kejadian itu pihaknya langsung melaksanakan beberapa kegiatan lapangan sesuai intruksi dari atasan.
“Kita dapat petunjuk dari Dinas Kesehatan melakukan penyuluhan di lapangan sekaligus melaksanakan pengasapan di daerah-daearh rawan bibit penyakit,” tambah Abdul Rahman.
Sementara itu, Kadis Kesehatan Wakatobi, Abdul Latif, menjelaskan, sejak awal munculnya gejala penyakit itu, pihaknya sudah melakukan fogging atau pengasapan, penyuluhan serta pelayanan langsung di setiap puskesmas. Termasuk memberikan pengarahan tentang pencehagan bahaya penyakit tersebut.
“Sejak awal kita sudah lakukan foging, penyuluhan bahkan pelayanan langsung di lapangan. Kita juga sudah meminta bantuan ke propinsi untuk dibantu cara-cara pencegahan. Kemudian pasien yang meninggal itu, pasien sendiri yang meminta pulang sementara kondisi kesehatannya belum membaik,” tutup Abdul Latif. (B)
Penulis : Duriani
Editor : Kiki