Bencana alam berupa gempa bumi terjadi di Nusa Tenggara Barat. Sekitar pukul 05.47 WIB, gempa berkekuatan 6,4 SR mengguncang wilayah Lombok, Bali, dan Sumbawa pada Minggu pagi, 29/07/2018. Pusat gempa berada di timur laut Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Hingga saat ini, berdasarkan laporan BPBD Provinsi Nusa Tenggara Barat, tercatat 14 orang meninggal dunia, 162 jiwa luka-luka, dan ribuan unit rumah serta bangunan mengalami kerusakan.
Gempa terjadi akibat akivitas Sesar Naik Flores. Adapun titik terparah gempa berada di wilayah Lombok Timur. Meski tidak berpotensi menyebabkan Tsunami, namun peristiwa ini tentu saja kembali menyeret ingatan kita terkait gempa lainnya yang pernah terjadi di Indonesia.
Ya, wilayah Indonesia memang dikenal memiliki 129 gunung api aktif (ring of fire). Selain itu, ia juga berada pada pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dunia, yaitu Lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Hal ini ternyata berpotensi besar terhadap ancaman bencana alam.
Belum lagi, posisi Indonesia yang berada di wilayah tropis serta kondisi hidrologis memicu
terjadinya bencana alam lainnya, seperti angin puting beliung, hujan ekstrim, banjir, tanah
longsor, dan kekeringan.
Maka tak heran, jika Indonesia merupakan wilayah yang rawan bencana alam setiap tahunnya. Sebut saja, bencana alam besar yang pernah terjadi di Indonesia, diantaranya gunung meletus (gunung Krakatau) pada 1883, gempa yang disusul Tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004, gempa Nias pada 2005, gempa Yogya pada 2006, gempa Padang pada 2009, gempa Mentawai pada 2010, dan banjir bandang di Wasior.
Berdasarkan data Asia-Pacific Report 2010 yang disusun oleh Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk kawasan Asia Pasifik, sejak 1980 sampai 2009, bencana alam di Indonesia telah mencatat kerugian yang sangat besar yakni 191.164 orang tewas (peringkat ke-2 di Asia Pasifik), 17 juta orang yang jadi korban (peringkat ke-9) dengan kerugian ekonomi mencapai USD 22.582 miliar. Tahun 2010 saja, kerugian mencapai Rp 5 triliun. Mencengankan!
Umumnya, gempa bumi terjadi pada saat batuan di kerak bumi mengalami tekanan yang sangat hebat oleh pergerakan lempeng-lempeng yang menjadi landasan benua. Sebagian besar terjadi ketika dua lempengan di kerak bumi saling bergesekan. Lempengan yang dimaksud yaitu lempeng samudera dan lempeng benua. Ketika lempeng saling bergesek dan bertumbukan, akan menghasilkan gelombang kejut, yang kita rasakan sebagai gempa bumi.
Dalam setahun, gempa bumi dapat terjadi hingga jutaan kali akibat dari pergerakan lempeng bumi yang sangat aktif. Akan tetapi, getarannya tidak terasa oleh manusia yang ada di atas permukaan bumi. Gempa bumi yang dirasakan oleh manusia hanya puluhan kali pada setiap tahunnya dan akibatnya dapat merusak bangunan yang ada di atasnya. Kekuatan gempa bumi diukur dengan skala Richter. Skala Richter diukur mulai dari 1 (getaran ringan) sampai dengan 9 (getaran merusak).
Bencana alam yang menimpa manusia merupakan takdir Sang Pencipta. Namun, di balik
ketentuan tersebut ada fenomena alam yang bisa dicerna. Termasuk ikhtiar untuk
menghindarinya sebelum bencana alam terjadi.
Bencana alam cenderung disebabkan oleh erosi tanah, aktivitas seismik, tekanan udara, dan arus laut. Erosi tanah adalah peristiwa alami yang disebabkan oleh hujan dan angin. Erosi tanah menyapu tanah dan batuan di daerah dataran rendah dari permukaan bumi yang dapat dipengaruhi oleh banjir.
Aktivitas seismik yang menyebabkan gempa bumi telah menjadi akar penyebab gunung berapi meletus dan topan. Benua duduk pada lempeng yang kadang-kadang bergeser. Ketika lempeng ini bergeser mereka menyebabkan peningkatan tekanan di bawah permukaan bumi. Maka terjadilah gempa, yang biasa berujung pada Tsunami atau gelombang pasang raksasa.
Tinggi dan rendahnya tekanan udara turut menentukan apakah akan terjadi badai, hujan dan badai, atau tidak. Banjir dan angin kencang disebabkan oleh tabrakan bersama-sama dari udara bertekanan rendah dan tinggi.
Mengubah arus laut dapat mengakibatkan perubahan suhu air yang dapat mengakibatkan
kekurangan pangan global dengan membunuh ikan dan tumbuhan laut. Arus juga bisa
mempengaruhi intensitas negatif dan frekuensi badai. Tornado sering dibentuk oleh interaksi dari udara bertekanan tinggi dan rendah.
Meski bencana alam merupakan takdir, namun dalam era hidup masa kini, peningkatan
pengetahuan dan teknologi manusia telah memicu terjadinya beberapa bencana alam. Banjir dan erosi dapat terjadi di daerah dimana terjadi pertambangan, penebangan hutan, dan manufaktur.
Pemanasan global, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi arus laut, berakar pada
berlebihannya manusia modern dari menggunakan bahan bakar fosil. Gempa bisa dipicu oleh pengeboran, bom, pertambangan, dan konstruksi. Oleh karena itu, mari berbenah dan berhati- hati. Pray for Lombok Timur!