ZONASULTRA.COM,KENDARI– Setelah pelepasan upacara peserta kunjungan wisata budaya oleh Kepala Dinas Pendidikan kota Kendari, peserta langsung mengunjungi 7 situs cagar budaya.
kunjungan pertama peserta di antar ke bungker pilbox Pol Air. Semua peserta kelompok pertama mendengarkan penjelasan dari tour guide, Sudarso.
Sudarso menjelaskan bahwa bungker di lokasi itu merupakan peninggalan sejarah jaman jepang, konon bungker itu dijadikan sebagai tempat pemantauan pelabuhan di perairan teluk kendari.
Kunjungan kedua dilanjutkan ke cagar alam makam Raja Sao-Sao, yang berada di kelurahan Lepo-Lepo tepatnya berada di pinggir jalan raya sebelum SDN 1 Baruga.
Juru kunci makam raja sao-sao Andi Ani Baso yang merupakan cucu dari Raja Sao-Sao memberikan penjelasan kepada seluruh peserta bahwa Raja Sao-sao merupakan raja yang menerima segala bentuk perbedaan yang ada di Sulawesi Tenggara.
“Mulai dari suku, agama dan perbedaan apapun,” ujarnya.
Selepas dari tempat tersebut, perjalanan selanjutnya melihat pilbox bungker Jepang lainnya di depan kantor TVRI Sultra kemudian rombongan kembali melanjutkan perjalanan ke terowongan peninggalan sejarah jepang di kelurahan Alolama.
Konon, terowongan ini menjadi tempat persembunyian dan jalur pertahanan Jepang saat melakukan perlawanan dengan Belanda. Menurut cerita masyarakat setempat tempat ini memiliki penjaga seekor ular raksasa.
Setelah melakukan penyelidikan dengan masuk kedalam terowongan, peserta rombongan melanjutkan perjalanan menuju kantor militer peninggalan Belanda.
Dimana disamping rumah tersebut ada sebuah terowongan rahasia yang tembus ke rumah konselor Belanda yang berada di bawah dan menuju ke Gunung Jati.
Untuk desain bangunan, perabotan serta interior tak ada perubahan hanya pada atap dilakukan renovasi dan saat ini menjadi mess matahari KODIM VII dan KOREM 143, Jalan Diponegoro Kecamatan Kendari.
Lokasi kelima berdekatan dengan rumah militer Belanda yakni rumah konselor Belanda, dalam area lingkungan kantor tersebut terdapat sebuah meriam yang memiliki panjang kurang lebih 2 meter.
Salah satu peserta Rafka siswa SDN 13 Mandonga mengungkapkan dirinya senang dengan adanya kegiatan seperti ini karena bisa jalan-jalan sambil berwisata.
“Dapat ilmu juga ka”, ungkap Rafka.
Perjalan berlanjut kembali, menuju kelurahan mata untuk menyaksikan mortir peninggalan pada jaman Jepang, dimana mortir tersebut menghadap kelaut demi mengawasi kapal dan pesawat sekutu pada masa perang dunia II.
Dimana sekitar lokasi ada gua terowongan yang tembus ke Mangga Dua dan Kampung Salo.
Kunjungan rombongan berakhir di museum kota Kendari, Jalan Abunawas. Dimana diketahui museum. Dimana mereka melakukan kunjungan ke gedung pameran tetap dengan melihat kumpulan benda-benda bersejarah yang ada di Sultra.
Dari tujuh lokasi kunjungan terdapat sejumlah cagar dan situs budaya yang tidak terawat dengan baik oleh pemerintah daerah dan sejumlah pendamping beharap agar situs budaya ini dapat diperhatikan oleh pemerintah daerah.
Penulis: Ilham Surahmin
Editor: Tahir Ose