ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sebanyak 24 perwakilan universitas yang memiliki jurusan antropologi seluruh Indonesia, yang tergabung dalam Asosiasi Departemen/Jurusan Antropologi Seluruh Indonesia (ADJASI) berkumpul di Kota Kendari, mengikuti seminar nasional yang membahas pembangunan masyarakat multikultural di salah satu hotel di Kendari, Rabu (16/10/2019).
Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Halu Oleo, Akhmad Marhadi selaku tuan rumah seminar dan lokakarya mengungkapkan, kegiatan ini nantinya akan melahirkan keseragaman kurikulum antropologi serta membahas kondisi negara. Sehingga nantinya jurusan antropologi bisa melahirkan konsep akademik, bagaimana Indonesia kedepannya dalam sisi berfikir multikultural.
“Kita ini bangsa yang multikultural. Sekarang ya gagasan multikultural ini, bagaimana bangsa ini dibangun dengan mempersatukan kultur-kultur dan kearifan lokal yang ada di seluruh Indonesia, menjadi kekuatan bersama,” kata Akhmad, ditemui di sela-sela acara, Rabu (16/10/2019).
Menurutnya, kondisi bangsa saat ini perlu disatukan dengan multikulturalisme yang berbeda. Untuk itu, ia berharap, semua pihak sama-sama menyatukan kemajemukan yang berada di negeri ini.
Sementara itu, Direktur Kemahasiswaan Kemenristek Dikti, Didin Wahidin yang hadir dalam seminar itu menyampaikan apresiasinya kepada ADJASI dan pihak penyelanggara atas kepeduliannya terhadap negeri ini, dengan mengadakan forum yang nantinya akan membahas bagaimana aspek kemanusiaan (antropologi) untuk dijadikan dasar untuk pembangunan bangsa dengan menyatukan multikultural yang ada.
“Karena memang ilmu antropologi itukan harus dipake. Pembangunan bangsa ini ya harus pake aspek-aspek antropologi. Karena kalau tidak begitu kita nyasar. Nanti kita membangun terus, tapi malah tidak memperhatikan aspek manusiawi,” kata Didin ditemui di lokasi acara, Rabu (16/10/2019).
Menurutnya, pembangunan harus didasar dengan hitung-hitungan antropologi, agar nantinya pembangunan bisa terus bergerak maju, tetapi tidak mengabaikan aspek kemanusiaan.
Untuk itu, dengan hadirnya para pemikir antropologi dari berbagai daerah di Indonesia ini bisa melahirkan pokok pikiran dan rekomendasi cerdas untuk dijadikan sebagai landasan para pembuat kebijakan agar aspek manusia tidak terabaikan. (b)