Kepala BPS Sultra, Adi Nugroho mengatakan, meski terjadi kenaikan yang cukup besar namun hal ini sama sekali tidak menjadi indikator bahwa ekspor Sultra telah membaik. Nilai statistik tersebut tidak
Kepala BPS Sultra, Adi Nugroho mengatakan, meski terjadi kenaikan yang cukup besar namun hal ini sama sekali tidak menjadi indikator bahwa ekspor Sultra telah membaik. Nilai statistik tersebut tidak akan berarti mengingat pada Januari lalu ekspor Sultra benar-benar anjlok. Ekspor Sultra pada Januari hanya berasal dari ekspor yang melalui provinsi lain, sedangkan ekspor yang melalui Sultra sendiri sama sekali tidak ada.
Peningkatan tersebut sama sekali tidak berarti karena ekspor kita memang masih terseok-seok. Kalau kita bilang antara ada dan tiada, kadang ekspor ada namun bulan berikutnya anjlok lagi, kata Adi di Kendari, Jumat (3/4/2015).
Ekspor Sultra pada Februari kata Adi, masih didominasi kelompok komoditi besi dan baja senilai 48,32 juta dolar AS (98,11%), kemudian kelompok komoditi ikan dan udang yang tercatat senilai 0,87 juta dolar AS (1,77%). Sedangkan sisanya dari kelompok komoditi produk hewani lainnya serta mesin pesawat mekanik.
Pada Februari 2015 hanya empat kelompok komoditi tersebut yang tercatat sebagai ekspor Sultra, ujar Adi.
Selanjutnya, ekspor Sultra selama Februari 2015 terbesar melalui pelabuhan Pomalaa dengan volume 12,76 ribu ton. Terbesar kedua melalui pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya) sebanyak 0,96 ribu ton.
Adapun negara tujuan ekspor Sultra yang terbesar adalah Belanda yang tercatat sebanyak 9,02 ribu ton atau senilai 33,16 juta dolar AS (67,32 persen). Selanjutnya, Korea Selatan dengan volume ekspor sebesar 3,73 ribu ton dengan nilai 13,19 juta dolar AS (26,78%). Sisanya diekspor ke Amerika Serikat, Hongkong, India, Jepang, Singapura, Taiwan, Thailand dan Tiongkok. (Jumriati)