Ingin Pertahankan Keberlangsungan Bahasa Daerah, UHO Gelar Simposium Internasional

La Ino
La Ino

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra) mengaku cukup prihatin dengan keberlangsungan bahasa daerah di Sulawesi Tenggara. Untuk itu, di bawah koordinasi Fakultas Ilmu Budaya, kampus terbesar di Sultra ini akan menggelar simposium internasional pada akhir Oktober 2016 nanti sebagai upaya mempertahankan bahasa lokal.

La Ino
La Ino, Ketua Program Studi Sastra Indonesia FIB UHO

“Kami mengadakan simposium ini untuk mencari penyebab kurang diperhatikannya lagi bahasa-bahasa lokal, serta solusi apa saja yang harus kami tawarkan kepada para pengambil kebijakan agar bahasa lokal itu tidak punah,” ungkap La Ino, Ketua Program Studi Sastra Indonesia FIB UHO saat dijumpai di ruang kerjanya, Senin (17/10/2016).

Menurut dia, bahasa lokal di Sultra sudah dipandang sebelah mata oleh pemerintah. Untuk itu pihaknya berinisiatif menggelar simposium untuk mencari bahasa lokal yang terpendam.

“Di daerah kita itu perlu ada perda yang mengatur tentang bahasa daerah dengan tujuan agar bahasa daerah itu terpelihara dengan baik,” ungkapnya.

La Ino menambahkan, dalam simposium berskala internasional ini pihaknya akan menghadirkan salah satu ahli linguistik terkemuka di dunia, James T. Collins.

James dipilih karena merupakan salah satu ahli yang memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang cukup fasih, serta menguasai beberapa dialek daerah di Nusantara.

Selain itu, pria kelahiran Chicago, Amerika Serikat ini juga pernah menjadi Profesor Bahasa Indonesia di University of Texas di El Paso, Leiden University, Goethe University (Frankfurt), dan International Institute of Asian Studies (Belanda).

Selain James, UHO juga akan menghadirkan Professor Gufron dari Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia Pusat, serta salah satu peneliti bahasa Muna asal Belanda, Rene van den Berg.

Dihadirkannya beberapa pakar dari luar negeri ini karena ingin menyadarkan seluruh masyarakat bahwa orang luar saja tertarik dengan bahasa lokal di Indonesia.

“Orang dari negara asing saja peduli dengan bahasa kita. Masa kita sebagai pemilik bahasa tidak bisa mengembangkan itu?” ungkapnya. (A)

 

Reporter : Sri Rahayu
Editor : Jumriati