(Sebuah Identitas di Tengah Pengaruh Multikultural)
OPINI : Bahasa merupakan sebuah alat komunikasi yang sudah ada sejak awal mula kehidupan manusia di muka bumi. Bahasa menjadi media interaksi manusia dalam menuangkan pikiran dan perasaannya. Manusia menjadi makhluk yang paling sempurna di muka muka bumi dikarenakan manusia yang memiliki kemampuan berfikir yang tidak dimiliki makhluk-makhluk lainnya. Tentunya kemampuan berfikir manusia dilandasi oleh sarana berfikir berupa Bahasa yang bisa dikatakan pertama dan yang utama.
Bahasa memiliki peran yang sangat penting di segala aspek kehidupan manusia. Sehingga dapat kita bayangkan jika kehidupan di dunia ini jika tanpa bahasa.Bahasa hidup berdampingan dengan manusia sejak ribuan tahun yang lalu dan menjadi sebuah kebutan yang urgen. Manusia yang sejak dahulu hidup dari hasil berfikir yang akhirnya diimplementasikan menjadi sebuah kebiasaan.
Kebiasaan tersebut menjadi satu kesatuan budaya yang kokoh hingga saat ini melalui Bahasa. Bahasa pun menjadi sarana pemersatu manusia sejak dahulu kala dan menjadi indentitas yang utama bagi manusianya. Begitupun Bahasa Tolaki Mekongga yang sejak dahulu kala hidup berdampingan dengan masyarakat penuturnya di tanah Mekongga Kolaka. Bahasa Tolaki Mekongga menjadi alat pemersatu dan identitas kebudayaan masyarakat Tolaki di tanah Mekongga sejak dahulu.
Bahasa Tolaki Mekongga adalah salah satu dialek dari Bahasa Tolaki. Bahasa Tolaki sendiri merupakan cabang dari Bahasa Austronesia yang masik berkeluarga dekat dengan Bahasa Bungku dan Mori di Provinsi Sulawesi Tengan, bahasa Moronene di Kabupaten Bombana, Bahasa Wawonii di Kabupaten Konawe Kepulauan dan bahasa Kulisusu di Kabupaten Buton Utara. Bahasa Tolaki sedikitnya memiliki dua dialek, yaitu dialek Konawe dan Mekongga. Bahasa Tolaki dialek Mekongga merupakan bahasa lokal yang dituturkan di tiga daerah, yaitu Kabupaten Kolaka, Kolaka Utara dan Kolaka Timur. Kabupaten Kolaka Timur merupakan salah satu habitat dari Bahasa Tolaki Mekongga yang masih eksis hingga hari ini. Tanah Kolaka sejah dahulu telah terkenal menjadi daerah multikultural yang dihuni oleh masyarakat lokal maupun pendatang dari luar Sulawesi Tenggara. Salah satunya adalah kabupaten Kolaka Timur.
Masyarakat Tolaki Mekongga di kabupaten Kolaka Timur bisa dikatakan menjadi satu-satunya habitat pemertahanan bahasa Tolaki Mekongga. Bahasa Tolaki Mekongga di Kabupaten Kolaka Timur sampai saat ini masih terpelihara dengan baik oleh generasinya. Meskipun dewasa ini segala sesuatu yang menyangkut tradisi dan budaya kurang diminati oleh generasi muda. Tetapi sebagian generasi muda di daerah ini masih berperan aktif mempertahankan identitas mereka dibandingkan dengan penutur bahasa Tolaki Mekongga di daerah lain.
Hal ini cenderung membuat generasi penutur di daerah ini lambat laun makin berkurang. Salah satu faktor utamanya adalah interaksi di lingkungan sosial yang menuntut mereka untuk menggunakan bahasa Indonesia. Mengingat daerah ini setengah dari penduduknya merupakan etnis non-Tolaki. Berbeda dengan habitat lain dari Bahasa Tolaki Mekongga yakni di Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara. Bahasa Tolaki Mekongga di Kabupaten Kolaka Utara hampir-hampir tidak kita jumpai lagi di kalangan generasi mudanya.Begitupun di Kabupaten Kolaka, Bahasa Lokal yang menjadi identitas kebudayaan Mekongga ini seakan terabaikan oleh generasi mudanya.
Hanya menyisahkan mereka para generasi tua yang masih tetap bertahan dengan identitas mereka. Hal ini bisa kita lihat dari sebuah artikel yang di tulis oleh Sarmadan, S.Pd., M.Pd. yang merupakan dosen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia USN Kolaka yang berjudul “Bahasa Tolaki Mekongga Bahasa Pribumi yang Tidak Membumi di Kolaka”. Sungguh ironis jika kita melihat fenomena seperti ini. Bahasa Daerah yang telah ada sejak ratusan tahun lalu yang menjadi sebuah alat pemersatu dan identitas penuturnya kini tidak lagi membumi di habitatnya sendiri.
Kini saatnya bagaiman generasi penutur Bahasa Tolaki Mekongga di Kabupaten Kolaka Timur berupaya untuk tetap mempertahankan identitas mereka di tengah gempuran modernisasi dan pengaruh multikultural di daerahnya. Mengingat jika dilihat penutur antara Bahasa Tolaki dialek Konawe dan Mekongga sangat jauh bebeda jumlahnya saat ini. Menurut penelitian SIL (Summer Institute of Linguistics) pada tahun 1991 yang merupakan sebuah lembaga pengembangan bahasa dunia, penutur bahasa Tolaki mencapai 281.000 penutur. 231.00 penutur merupakan penutur bahasa Tolaki dialek Konawe sementara 50.000 penutur lainnya merupakan penutur bahasa Tolaki dialek Mekongga. Hal ini mungkin tidak jauh berbeda dengan sepuluh tahun terakhir. Walaupun pertumbuhan penduduk semakin bertambah tapi justru sebaliknya, kian hari jumlah penurut bahasa daerah makin berkurang.
Tidak menutup kemungkinan jika kelak bahasa-bahasa daerah seperti bahasa Tolaki Mekongga akan punah. Hal ini didukung oleh prediksi salah seorang sosiolinguis (Abas, 1981) bahwa bahasa-bahasa daerah di Sulawesi Tenggara akan mengalami kepunahan sekitar tahun 2035 mendatang. Prediksi ini didukung oleh suatu kenyataaan pemakaian bahasa daerah saat ini. Khususnya bahasa daerah Tolaki Mekongga, tidak bisa dipungkiri jikalau saat ini generasi muda khususnya generasi muda Tolaki di tanah Kolaka enggan lagi menggunakan bahasa daeranya, maka dalam kurun waktu beberapa puluh tahun kedepan bahasa Tolaki Mekongga akan hilang di masyarakatnya.
Masyarakat Tolaki di kabupaten Kolaka Timur perlu menyadari betapa pentingnya melestarikan sebuah identitas. Terlebih lagi daerah ini menjadi satu-satunya daerah yang berusaha untuk melestarikan Identitas lokal mereka kepada para generasinya. Kita tidak ingin melihat dalam beberapa puluh tahun kedepan bahasa Tolaki Mekongga hanya bisa dikenang melalui kamus, buku dan naskah. Latar belakang etnis, budaya dan adat istiadat yang beragam di suatu daerah sungguh bukanlah penghalang untuk tidak melestarikan budaya yang kita miliki.
Hanya orang-orang yang berpikiran dangkal yang merasa malu dan bahkan enggan melestarikan budayanya. Buatlah identitas masyarkat Tolaki Mekongga menjadi maskot di habitat aslinya dan menjadi sebuah sinar yang menghiasi keberanekaragaman di tanah Kolaka. Menurut (La Ino, 2015) untuk mencegah kepunahan suatu bahasa setidaknya ada empat komponen yang bisa mengatasi kepunahan suatu bahasa, di antaranya menjadikan suatu bahasa sebagai alat komunikasi luas, sebagai suatu identitas penuturnya, kebanggan penuturnya dan sebagai bahasa persatuan dan kesatuan. Begitupun kita tersebut.
Menjadikan Bahasa Tolaki Mekongga sebagai alat komunikasi luas masyarakat Tolaki Mekongga
Menjadikan Bahasa Tolaki Mekongga sebagai Identitas dan Jati Diri penuturnya
Menjadikan Bahasa Tolaki Mekongga sebagai Kebanggan Suku Tolaki di tanah Mekongga
Menjadikan Bahasa Tolaki Mekongga sebagai Bahasa Persatuan dan Kesatuan masyarakat Tolaki di tanah Mekongga ***
Oleh : Ismoyo Ndosam
Penulis Adalah Mahasiswa S1 Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Halu Oleo Kendari