Ilustrasi
ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sulawesi Tenggara (Sultra) memiliki segudang potensi sumber daya alam (SDA) yang dapat dikembangkan. Salah satunya sektor pariwisata, yang saat ini tengah gencar-gencarnya dipromosikan oleh pemerintah daerah Sultra.
Meskipun masih memiliki keterbatasan, pemerintah terus berupaya meningkatkan pengembangan destinasi wisata tersebut.
Pemerintah Provinsi Sultra berusaha mengembangkan sektor pariwisata dengan menyelenggarakan berbagai event yang diharapkan dapat menarik pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri. Walaupun di beberapa daerah, masih ada beberapa hal yang perlu diperbaiki, baik itu dari segi amenitas aksebilitas, dan atraksi.
Lima tahun terakhir, pelancong yang berkunjung ke Sultra menunjukan peningkatan signifikan. Bahkan secara perlahan, jumlah wisatawan yang berlibur dan ingin menikmati pesona objek wisata hampir menyamai total penduduk Sultra. Sepanjang 2016 saja, jumlahnya ditaksir mencapai 2,5 juta wisatawan.
Karenanya, untuk mempromosikan dan memperkenalkan potensi yang ada di Sultra, pemerintah menggelar serangkaian event.
Dari beberapa event tersebut, oleh pemerintah telah dijadikan agenda tahunan yang wajib diselenggarakan. Contohnya Halo Sultra yang masuk dalam agenda tahunan Kementerian Pariwisata. Termasuk juga Wakatobi Wave.
Pemerintah pusat telah menjadikan Wakatobi sebagai 10 Bali Baru yang akan digodok pengembangannya. Namun begitu, ada beberapa event yang baru diselenggarakan tahun ini, seperti Festival Meleura (Kabupaten Muna).
Berikut adalah beberapa event pariwisata yang digelar di Sultra sepanjang 2017:
Halo Sultra (Provinsi Sulawesi Tenggara)
HUT SULTRA – Salah satu stand pada perayaaan Halo Sultra ke-10. Pemerintah Kabupaten Muna sukses meraih prestasi pada perayaan Halo Sultra ke-10 dalam rangka memperingati HUT Sultra ke-53 tahun, 22-29 April 2017, Sabtu (29/4/2017) malam. (Ilham Surahmin/ZONASULTRA.COM)
Festival Halo Sultra dilaksanakan setiap tahun sejak 2008 hingga saat ini. Sejak diselenggarakan, Halo Sultra mendapatkan animo masyarakat yang sangat luar biasa. Penyelenggaraan tahun ini saja, ribuan masyarakat Kota Kendari dan sekitarnya memadati kawasan Tugu Religi Sultra Kendari, menyaksikan berbagai acara yang digelar dalam perhelatan Festival Halo Sultra 2017.
Terdapat berbagai macam pameran yang menjadi rangkaian acara Festival Halo Sultra 2017. Sebanyak 135 booth yang tersebar di area Tugu Religi, diantaranya menampilkan paket wisata dan produk, juga pagelaran seni etnik dan budaya.
Adapula Sultra Tenun Karnaval, pagelaran seni budaya dari Kabupaten Kolaka, Muna, Konkep, Kendari, Konsel, dan Koltim serta penampilan artis ibu kota. Termasuk hiburan dance dari Buton Selatan, tarian musik etnik Rambi Takawa, dan Tari Kreasi Baru Kangkeni Akono Adhati.
Kasi Promosi Pariwisata Nusantara dan Mancanegara Dinas Pariwisata Sultra Indriaty Madaria mengatakan, Festival Halo Sultra sudah dimasukkan dalam kalendar tahunan Kementerian Pariwisata. Kabar gembiranya, setelah 10 tahun diselenggarakan, Festival Halo Sultra masuk dalam Wonderful Event 100 Besar di Indonesia
“Jadi kita naik kelas masuk dalam 100 event itu. Padahal banyak provinsi lainnya yang menawarkan event, Sultra bisa masuk,” ujarnya.
Festival Budaya Tua Buton (Kabupaten Buton)
Festival Budaya Tua 2017
Untuk menghindari hilangnya identitas kebudayaan Buton kepada generasi muda, maka Pemerintah Kabupaten Buton menyelenggarakan kegiatan Festival Budaya Tua Buton.
Disebut Festival Budaya Tua Buton karena berkenaan dengan terbentuknya Kerajaan Buton abad ke-12 pada masa kerajaan. Setelah itu beralih abad ke-15 pada masa kesultanan, menggambarkan kehidupan manusia di Buton yang telah memiliki budaya tersendiri dan terpelihara secara berkesinambungan yang telah menjadi pedoman hidup masyarakat sampai saat ini.
Festival Budaya Tua Buton berlangsung pada 19-25 Agustus 2017. Lokasi acara dipusatkan di Takawa Desa Dongkala, Pasarwajo. Menyajikan Festival Tenun, Festival Dole-dole, Festival Posuo (pingitan), Ritual Tandaki, Festival Pekande Kandea, dan ditutup Tarian kolosal 10 ribu orang.
Dalam rangkaian festival juga ada pameran Buton Expo dan hiburan rakyat berupa lomba-lomba kesenian daerah.
Festival Bokori (Kabupaten Konawe)
FESTIVAL BOKORI – Sejumlah atraksi budaya dari masyarakat Suku Bajo mewarnai pembukaan Festival Bokori. Ada gambus, pencak silat hingga lulo massal. (Jumriati/ZONASULTRA.COM)
Festival Bokori digelar 28-29 Oktober 2017 di Pulau Bokori, Kecamatan Soropia, Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara (Sultra). Menampilkan sejumlah atraksi budaya dari masyarakat Suku Bajo. Mulai dari gambus, pencak silat hingga lulo massal.
Pengembangan Pulau Bokori sebagai salah satu destinasi unggulan di Sultra terus dilakukan. Oleh karena itu pemerintah provinsi meminta dukungan dari seluruh masyarakat yang ada di Pulau Bokori untuk menjaga dan merawat pulau tersebut.
Kepala Dinas Pariwisata Sultra Syahrudin Nurdin mengatakan, Festival Bokori merupakan salah satu cara untuk meningkatkan citra Pulau Bokori sebagai salah satu destinasi unggulan di Sultra. Festival ini untuk mengkampanyekan dan meningkatkan sapta pesona masyarakat di sekitar Pulau Bokori. Serta meningkatkan kunjungan wisatawan baik lokal maupun nusantara.
Pelaksanaan Festival Bokori tahun ini merupakan tahun ke empat. Dalam festival ini ada berbagai lomba seperti lomba lulo pantai, lomba dayung perahu tradisional, lomba tenun khas pantai, lomba kuliner, dan lomba mancing tradisional.
Wakatobi Wonderful Festival dan Expo (WAVE)
PESONA INDONESIA – Karnaval Budaya dan tarian kolosal dari 4 pulau di Kabupaten Wakatobi dari 4 kecamatan di Wakatobi membuka gelaran Festival Wakatobi Wave 2017. (Foto : Kemenpar)
Wakatobi Wave Festival dimeriahkan parade budaya yang menampilkan berbagai atraksi budaya bahari terbesar yang pernah diselenggarakan dengan keterlibatan peserta sebanyak 1.000 orang.
Kegiatannya meliputi prosesi akbar Kariaa Wakatobi yang menampilkan Tamburu Liya, Tari Lengko, barisan tokoh adat, karnaval kostum pesisir, parade kendaraan hias masing-masing pulau (Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko) dan satu mobil hias Pesona Indonesia yang diikuti dengan kontingen budaya masing-masing pulau se-Wakatobi.
Selain parade budaya tersebut, adapula kemeriahaan penampilan tarian kolosal yang diperagakan oleh lebih dari 100 orang penari putra-putri muda Wakatobi.
Kegiatan lainnya meliputi simposium internasional pembangunan maritim, fun dive, hiburan artis ibu kota, expo products bekraf, pagelaran budaya dan pameran foto, business gathering, dan lomba panjat pinang di atas laut.
Tujuan Wakatobi Wave sendiri tidak lain, untuk mempromosikan Wakatobi sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia dengan target peningkatan arus kunjungan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara serta mendorong percepatan pembangunan dan pengembangan potensi sumber daya kelautan dan pariwisata Indonesia.
Selain itu, juga demi menggerakkan perekonomian masyarakat setempat karena pembelanjaan wisatawan yang langsung kepada masyarakat setempat.
Festival Maleura (Kabupaten Muna)
Festival Maleura 2017
Berbagai cara ditempuh pemerintah daerah (Pemda) untuk memperkenalkan potensi yang dimiliki daerahnya. Seperti yang dilakukan pemerintah daerah Muna, pada Desember 2017 menggelar Festival Meleura.
Bupati Muna LM Rusman Emba mengungkapkan, Festival Meleura bertujuan memperkenalkan wisata dan budaya Muna secara keseluruhan. Selain destinasi wisata dan budaya, Muna juga menghadirkan beberapa komunitas-komunitas seperti komunitas fotografer, komunitas motor, dan yang lainnya.
Festival Meleura memperkenalkan beberapa spot-spot destinasi pantai dengan maksud bahwa keindahan Muna tak kalah dengan daerah lain. Tidak hanya aspek wisata, melalui Festival Meleura pemerintah memperkenalkan beberapa potensi yang dimiliki seperti pertanian, perikanan dan industri kreatif.
Festival Benua Lulo Ngganda 2017 (Kabupaten Konawe Selatan)
Untuk menumbuhkan lagi kebudayaan adat Tolaki sebagai identitas Kecamatan Benua, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), pemerintah setempat berinisiatif bersama warga sekitar menggelar Festival Lulo Ngganda 2017.
Ribuan masyarakat dari berbagai suku yang bermukim di Kecamatan Benua, yang meliputi suku Bugis, Tolaki, Jawa dan Bali bakal berkolaborasi menampilkan atraksi budaya dalam acara Festival Benua Lulo Ngganda 2017 pada 23-24 Desember.
Camat Benua Rasul Simpatik mengungkapkan, pagelaran Festival Benua Lulo Ngganda 2017 hadir dari inisiasi antara pemerintah dan tokoh masyarakat lokal untuk menghidupkan kembali budaya yang selama ini kurang diperhatikan, dan mulai pudar seiring modernisasi yang ada agar bisa kembali dilestarikan.
Untuk itu, Pemerintah Kecamatan Benua, Komunitas Ruruhi Project dan Walhi Sulawesi Tenggara menyelenggarakan Festival Benua bertemakan “Save Our Culture” yang diselenggarakan pada 1-24 Desember 2018 di Desa Benua Utama, Kecamatan Benua, Kabupaten Konawe Selatan. Festival Benua 2017 ini dibagi dua sesi kegiatan, yakni 1-4 Desember 2018 berupa kegiatan ritual Lulo Ngganda. Dan tanggal 23-24 Desember 2018 berupa kegiatan prosesi.
“Saya prihatin lah melihat kebudayaan Suku Tolaki yang mulai tertutup dengan modernisasi. Untuk itu, demi menghidupkan kembali budaya itu, kami bersama tokoh masyarakat berinisiatif mengadakan acara ini,” kata Rasul saat di Kendari, Senin (19/12/2017).
Ia melanjutkan, sebagai pimpinan di Kecamatan Benua, ia bercita-cita menciptakan kawasan budaya di Kecamatan Benua, yang nantinya akan diupayakan menjadi identitas dari Kecamatan Benua itu sendiri.
“Kita memang punya cita-cita besar di Kecamatan Benua itu ada kawasan budaya. Di kawasan itu kita bukan hanya memperkenalkan budaya saja, tapi ke depannya itu bisa jadi identitas kita,” kata dia.
Festival Benua Lulo Ngganda 2017 nanti akan menampilkan 18 item kegiatan baik itu budaya, seni, dan olahraga, diantaranya ritual Lulo Ngganda.
Lulo Ngganda merupakan sebuah riutal tahunan masyarakat Kecamatan Benua sebagai bentuk rasa syukur atas panen, dan memohon kepada Tuhan agar tahun berikutnya bisa diberikan hasil panen yang lebih baik dan lebih banyak. (A)
Penulis : Sitti Nurmalasari/Sri Rahayu
Editor : Tahir Ose