ZONASULTRA.COM, KENDARI – Sepanjang tahun 2017 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bahteramas Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menangani pasien Tuberculosis (TB) sebanyak 282 pasien.
Data penyebaran penderita TB ini menjadi pajangan di stand pameran RSUD Bahteramas Provinsi Sultra dalam ajang Pesona Halo Sultra 2018 di Pelataran MTQ Square Kendari.
Direktur RSUD Bahteramas Provinsi Sultra dr. Yusuf Hamra saat ditemui di stand pameran, Senin (23/4/2018) malam mengatakan, data TB sengaja untuk dipajang dalam acara Halo Sultra ini. Tujuannya agar masyarakat tahu bahwa penyebaran penyakit TB ini sangat besar dan berbahaya apalagi TB termasuk penyakit menular yang harus ditangani dan dicegah sejak dini.
Selain itu, pembagian data sesuai penyebaran wilayah di 17 kabupaten/kota tujuannya adalah agar kepala daerah dapat melihat data ini dan memahami seperti apa kondisi daerahnya mengenai penyebaran penyakit TB ini. Apalagi ada beberapa daerah yang datanya masih kosong (nol) bukan berarti tidak ada melainkan akses rumah sakit untuk mencapai wilayah tersebut belum sampai.
“Makanya data ini kami perlihatkan agar Pemda setempat terbuka dan mau memperhatikan persoalan ini,” ungkap Yusuf Hamra.
Dari data tersebut terbagi menjadi dua kategori penyakit TB yaitu TB Multi drug resistant (MDR) dan TB biasa. Bahayanya TB MDR adalah TB resitant obat terhadap minimal dua obat anti TB yang paling poten yaitu INH dan Rifampisin secara bersamaan atau resitensi terhadap obat anti TB lini pertama lainnya seperti etambutol, streptomisisn dan pirazinamid.
“Kami sudah lakukan penanganan terhadap kasus ini namun sulit untuk disembuhkan, karena dia resistant terhadap obat,” jelasnya.
Dilansir dari m.klikdokter.com dijelaskan pasien TB yang resistant terhadap obat anti TB dapat menjadi akibat pemberian obat yang tidak tepat, dimana pasien tidak menyelesaikan pengebotan yang diberikan pengaruh efek samping dari obat yang cukup keras, dosis berlebihan, kualitas obat dan lama pengobatan.
Kemudian, penularan kuman TB resisten obat adalah sama dengan seperti penularan kuman TB yang tidak resisten obat. Orang yang tertular kuman TB resisten obat dapat berkembang menjadi sakit TB dan akan mengalami sakit TB MDR, sebab dalam tubuh MDR dapat menularkan kuman TB yang resisten obat kepada warga disekitarnya.
Pencegahan TB MDR dengan mendiagnosis secara rutin setiap terduga TB resisten obat dan dilanjutkan dengan pengobatan dengan obat anti TB tingkat diatasnya dan perlu juga mengenali faktor resiko yang dimiliki pasien dan berusaha menghindarinya.
Salah satu faktornya adalah menghindari kontak erat dengan seseorang penyakit TB dan rutin meminum obat TB sesuai panduan kesehatan.
Pecegahan penyakit TB ini juga telah menjadi program prioritas dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Sultra melalui program Pencegahan Pengendalian Penyakit (P2P) yang akan dijalankan tahun 2018.
Kadis Kesehatan Provinsi Sultra dr. Zuhuddin Kasim menjelaskan pengendalian TB dapat dilakukan dengan upaya menemukan para penderita dan berusaha mengobati hingga sembuh.
Namun kenyataan di lapangan, saat ini sulit untuk menemukan keberadaan mereka. Walaupun sudah ditemukan dan dilakukan usaha pengobatan, tingkat keteraturan minum obat juga masih kurang yang berada diangka 32,8 persen.
Untuk dibentuk tim pengawas minum obat, tim ini adalah mereka keluarga dan orang dekat pasien dari penderita TB yang tugasnya mengawasi pasien untuk teratur minum obat.
Berikut data penyebaran pasien TB di Sultra yang ditangani RSUD Bahteramas:
1. TB MDR ada 28 pasien yang tersebar di Kota Kendari 14 orang, Konawe 4 orang, Muna 1 orang, Bombana 3 orang, Kolaka 1 orang, Konawe Utara (Konut) 3 orang dan Buton 2 orang.
2. TB biasa ada 254 pasien yang tersebar di Kota Kendari 151 orang, Konawe Selatan (Konsel) 61 orang, Konawe 15 orang, Muna 2 orang, Bombana 6 orang, Kolaka 5 orang, Konut 2 orang, Kolaka Timur (Koltim) 5 orang, Baubau 3 orang, Buton Utara (Butur) 1 orang, Wakatobi 1 orang, Buton 1 orang dan Muna Barat 1 orang. (B)