Anaknya Tewas Gegara PCC, Warga Kendari Ini Curhat ke Ridwan Bae

Anaknya Tewas Gegara PCC, Warga Kendari Ini Curhat ke Ridwan Bae
KORBAN PCC - Anggota DPR RI Ridwan Bae menemui keluarga korban penyalahgunaan tablet PCC, Reski dan Rafli di lorong Kurais, Kelurahan Watu-watu, Kecamatan Kendari Barat, Minggu (17/11/2017). (Muhamad Taslim Dalma/ZONASULTRA.COM)

Anaknya Tewas Gegara PCC, Warga Kendari Ini Curhat ke Ridwan Bae KORBAN PCC – Anggota DPR RI Ridwan Bae menemui keluarga korban penyalahgunaan tablet PCC, Reski dan Rafli di lorong Kurais, Kelurahan Watu-watu, Kecamatan Kendari Barat, Minggu (17/11/2017). (Muhamad Taslim Dalma/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Anggota DPR RI Ridwan Bae mengunjungi rumah Reski dan Rafli, dua orang korban penyalahgunaan tablet Paracetamol Caffein Carisoprodol (PCC) yang meninggal dunia di lorong Kurais, Kelurahan Watu-watu, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), Minggu (17/11/2017).

Ridwan diterima langsung oleh ayah korban, Raup Hamsah dan keluarga. Ketika bertemu Ridwan tampak kaget karena ternyata Raup merupakan teman di masa lalu yang sudah lama tak pernah bertemu. Keduanya pun sontak berangkulan ketika Ridwan tiba-tiba muncul di halaman rumah.

Raup (50) bercerita kepada Ridwan, mulanya pada Selasa (12/9/2017) malam, dua putranya Reski (anak kedua, berusia 20 tahun) dan Rafli (anak keempat) diberi tablet PCC oleh seseorang. Pada pukul 11.00 malam Rafli ditemukan sudah seperti orang gila bergerak tidak karuan namun Rezki tidak ditahu keberadaanya.

Raup pada saat itu terpaksa fokus mengurus Rafli dengan meminumkan susu dan air kelapa muda. Lalu pada Rabu (13/9/2017), Hamsah sempat mencari Reski di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) namun tidak ada. Hingga sore hari ada info dari warga bahwa anaknya di Teluk Kendari sudah tak bernyawa.

“Malam itu kita langsung panggil Tim SAR. Dicari sampe jam 12 malam nda ketemu di Laut Teluk Kendari. Jam lima subuh (Kamis, 14/9/2017) diketemukanme. Sehari-hari nda ada masalah dengan anak saya itu, biasa saja,” tutur Hamsah.

Menanggapi hal itu, Ridwan Bae mengatakan sangat prihatin dengan kejadian itu. Karena harusnya bisa dicegah dari awal baik dari Badan Narkotika Nasional (BNN), kepolisian, dan pemerintahan secara keseluruhan.

Kata dia, pemerintah di Sultra jangan sampai diam dengan persoalan tersebut. Menurutnya, jika kondisi Kendari sudah darurat penyalahgunaan obat, masalah narkoba dan lainnya, maka diperlukan gerakan dari para pimpinan daerah mulai dari gubernur, bupati sampai kepala desa. Tanpa perhatian pimpinan daerah untuk pencegahan, maka sulit untuk mengatasi masalah tersebut.

(Berita Terkait : 30 Remaja di Kendari Bersamaan Masuk UGD Setelah Konsumsi Obat, Satu Meninggal Dunia)

“Kita bersyukur bahwa polisi sekarang melalui Polda Sulawesi Tenggara telah mengambil langkah-langkah konkrit dengan penangkapan-penangkapan orang-orang ini. Tetapi penangkapan ini tidak akan menyelesaikan masalah,” tutur Ridwan.

Langkah yang bisa diambil adalah Gubernur perlu mengumpulkan para kepala daerah dan pihak terkait seperti kepolisian, BNN, dan BPOM untuk membentuk tim pencegahan masuknya obat terlarang di Sultra. Diharapkan hal itu tidak terulang lagi dan serius ditangani, demi kebaikan generasi muda.

“Kita patut merasa prihatin dengan masalah ini.Saya berharap sama pa Kapolda dengan sangat hormat, PLT Gubernur Saleh Lasata, para bupati walikota turun tangan segera mengeluarkan barang-barang seperti ini dan tidak boleh lagi ada yang masuk. Tentu pemerintah punya cara tersendiri,” ucap Ridwan. (B)

 

Reporter: Muhamad Taslim Dalma
Editor: Abdul Saban

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini