ZONASULTRA.COM, KOLAKA – PT Aneka Tambang (ANTAM) Unit Bisnis Pertambangan Nikel (UBPN) Sulawesi Tenggara (Sultra) berkontribusi dalam membantu Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Kolaka untuk meningkatkan ekonomi nelayan di pesisir kecamatan Pomalaa.
Vice President Human Capital and Corporate Social Responsibility (VP HC and CSR) ANTAM UBPN Sultra, Kamsi menjelaskan, program ini dilaksanakan bersama Yayasan Bahari (YARI), sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) di Sulawesi Tenggara.
Melalui dana Community Social Responsibility (CSR), ANTAM mengembangkan program pemberdayaan masyarakat berbasis ekonomi berkelanjutan di pesisir kecamatan Pomalaa, kabupaten Kolaka sejak tahun 2017 hingga tahun 2020.
Kamsi menjelaskan, program ini merupakan salah satu wujud kepedulian ANTAM terhadap pengembangan ekonomi masyarakat di wilayah ring satu areal operasi perusahaan. Tujuannya untuk melindungi ekosistem pesisir laut di kecamtan Pomalaa dengan meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) nelayan serta di kecamatan Pomalaa agar lebih bijak dalam mengelola sumber daya hayati utamanya, terkait perlindungan ekosistem pantai dan laut sehingga merangsang mereka untuk berbuat dalam menjaga keberlangsungan pengelolaan potensi perikanan di wilayahnya secara sadar dan bertangungjawab.
“Ini merupakan salahsatu wujud kepedulian ANTAM terhadap perlindungan wilayah pesisir laut di kecamtan Pomalaa sekaligus memikirkan nasib nelayannya,” kata Kamsi.
Inisiatif program ini dilatari oleh kondisi kabupaten Kolaka, khususnya kecamatan Pomalaa dengan potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar. Namun masyarakat nelayan yang bermukim di wilayah pesisir masih tergolong miskin.
Hasil pemetaan sosial (social mapping) yang dilakukan oleh Pemerhati Kemanusiaan Peduli Umat (PKPU) kecamatan Pomalaa di daerah itu juga menemukan persoalan yang hampir sama dengan kondisi masyarakat nelayan daerah lainnya.
Di sektor ekonomi misalnya, kurangnya penghasilan nelayan tangkap, penganguran dan tidak punya modal usaha. Menurutnya, semua permasalahan tersebut pada prinsipnya bermula dari kondisi ekonomi masyarakat yang masih rendah. Pihaknya menilai, salah satu solusi untuk mengurai masalah itu dengan cara mengembangkan program peningkatan kapasitas masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat pesisir.
Program ini memberdayakan dan meningkatkan kapasistas masyarakat pesisir dengan hasil yang diharapkan adanya peta dasar potensi dan kondisi wilayah pesisir kecamatan Pomalaa melalui kegiatan survei ekologi dan sosial ekonomi, pemberdayaan masyarakat secara partisipatif kegiatan pembentukan kelompok dan penguatan kelompok, adanya program kelompok yang disepakati kelompok nelayan, serta kegiatan kegiatan pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas nelayan tentang praktik praktif pemanfaatan dan pengelolaan SDA laut yang berkelanjutan.
Selain itu, program ini juga betujuan untuk mengembalikan fungsi ekologi wilayah pesisir yang ada disekitar pesisir Pomalaa sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Haail yang diharapkan berupa mengembalikan stok ikan dasar pada beberapa lokasi yang potensial untuk wilayah pemancingan baru (fishing ground) melalui kegiatan pembangunan rumah ikan dan pemasangan bibit karang dengan metode transplantasi karang, output lainnya adalah penyediaan lokas pemancingan ikan pelagic di sekitar kawasan yang dapat dijadikan area penangkapan bersama melalui kegiatan pemasangan rumpon ikan pelagis, dan pengembalian fungsi ekologi hutan mangrove di kawasan pesisir melalui kegiatan penanaman bibit mangrove.
Dia berharap, program ini dapat mendorong meningkatnya pendapatan ekonomi masyarakat nelayan melalui pengelolaan sumber daya perikanan yang lestari dan berkelanjutan dengan memfasilitasi tersedianya wadah atau badan usaha kelompok sebagai wadah pemasaran produk yang dihasilkan, budidaya pembesaran lobster dengan sistem terkontrol, dan penyediaan sarana dan prasarana peralatan tangkap nelayan yang ramah lingkungan yang diharapkan dapat dikelola secara bergulir.
Dia menambahkan, program ini dapat mendorong kesadaran masyarakat tentang fungsi dan manfaat ekologi Sumber Daya Alam pesisir yang dimiliki sehingga dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan dan mampu menjawab lemahnya tingkat ekonomi nelayan dengan tetap memperhatikan daya dukung sumberdaya yang ada agar dapat dimanfaatkan secara lestari dan berkelanjutan.
Ini Kata Penerima Manfaat
Sejumlah penerima manfaat program ini mengakui peranan kontribusi ANTAM dalam program ini mampu mendorong percepatan peningkatan ekonomi mereka, walau baru dilakukan hanya dalam tiga tahun.
Dalam waktu tiga tahun itu, ANTAM memastikan dukungannya terhadap implementasi program yang menyasar nelayan di desa Tambea, Hakatutobu dan kelurahan Dawi-dawi. Ketiga area itu kemudian dibagi dalam beberapa Kelompok Nelayan yang menaungi kelompok-kelompok nelayan kecil.
Haris, Sekertaris Nelayan Lintas Samudera di kelurahan Dawi-dawi mengungkapkan, walau dikaruniai areal perairan yang luas, nyatanya hasil tangkapan nelayan di pesisi Pomalaa telah menurun dari waktu ke waktu. Dia menyebut hal ini sebagai “kutukan Sumber Daya Alam”.
“Dalam satu tahun terakhir, hasil tangkapan nelayan mulai meningkat. Dulu, sekali melaut paling banyak kami membawa pulang tiga sampai empat tusuk ikan. Setelah masuknya program ANTAM dengan YARI ini, anggota kami bisa mengumpulkan ikan hasil tangkapannya sampai dengan 12 tusuk setiap kali melaut,” kata Haris.
Sebelum program ini dilakukan, Haris mengakui sulitnya menangkap ikan di perairan Pomalaa. Terlebih lagi sarana tangkap yang mereka miliki masih sangat terbatas, sehingga tidak mampu menjangkau areal tangkap yang jauh.
“Sebelum ada program ANTAM dan YARI ini, masyarakat kesulitan mencari ikan di sekitaran pulau Padamarang. Kemudian program ini masuk dengan membuat beberapa kegiatan seperti pemasangan rumpon ikan, termasuk merehabilitasi terumbu karang dengan metode apartemen ikan. Program ini juga memberikan bantuan alat tangkap dan mesin katinting sehingga membantu masyarakat dalam mencapai lokasi-lokasi yang jauh. Itu dampak yang paling kelihatan,” terang Haris.
“Artinya, kalau diukur dari tingkat pendapatan nelayan, setelah masuknya program ini memang sangat kelihatan,” imbuhnya.
Haris mengakui adanya perubahan pola tangkap nelayan setelah masuknya program ini. Dimana sebelumnya, para nelayan di daerah itu hanya mengandalkan gurita sebagai umpan pancing. Akibatnya sangat terasa di saat stok gurita mulai menurun. Nelayan kesulitan menemukan umpan.
Kemudian, ANTAM melalui program YARI mengedukasi masyarakat untuk membuat rumpon ikan secara partisipatif. Hasilnya, tak hanya umpan ikan yang melimpah. Sebagian besar nelayan kini justru mulai menjual ikan yang ada dalam rumpon tersebut sebagai tambahan penghasilan mereka.
Hal yang sama juga dirasakan Basri, ketua kelompok nelayan Bahari Jaya di desa Tambea. Dia memastikan, bantuan ANTAM melalui program ini tersalur tepat sasaran. Dia mengakui, dahulu ANTAM telah banyak memberikan bantuan kepada nelayan di kecamatan Pomalaa. Sayangnya, bantuan tersebut disalurkan kepada orang-orang tertentu saja.
“Tidak tepat sasaran. Karena bantuan yang ANTAM berikan disalurkan lewat kelompok tanpa dilakukan survei terlebih dahulu. Bahkan, dulu pernah ada bantuan yang diberikan lewat lembaga yang tidak ada kaitannya dengan nelayan. Dan parahnya lagi, bantuan itu tidak dimonitoring kembali setelah diberikan. Sementara YARI memberikan bantuan melalui ketua kelompok dan langsung diserahkan kepada nelayan anggotanya,” kata Basri.
Dia menjelaskan, sebelum penyerahan bantuan, para ketua kelompok terlebih dahulu mendata masing-masing anggotanya. Memastikan bantuan tersebut sudah sesuai dengan kebutuhan anggotanya. Setelah bantuan itu diberikan, para ketua kelompok mengevaluasi efektivitas bantuan tersebut.
“Kami evaluasi kembali, apakah bantuan itu benar-benar digunakan dengan baik atau tidak. Jika tidak sesuai dengan rencana awal, maka bantuan tersebut kami tarik dan diberikan kepada anggota neyalan yang lebih membutuhkann,” tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan Abadi, Ketua Kelompok Nelayan Bunga Karang Mandiri di desa Hakatotobu. Dia mengapresiasi ANTAM yang mampu bermitra dengan YARI dalam menggagas program ini sehingga terbentuk kelompok nelayan yang profesional di beberap desa di kecamatan Pomalaa.
“Kelompok kami tidak abal-abal. Kelompok ini dibentuk berdasarkan hukum, jadi bisa diterima di manapun. Artinya, kami bisa saja bermitra dengan siapapun, tidak mesti dengan ANTAM. Karena setelah adanya pendampingan dari YARI, kelompok kami ini sudah beberapa kali menerima bantuan dari Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP). Contohnya, bantuan kapal pengawas, alat selam dan bantuan satu unit bibit rumput laut dari pemerintah kabupaten,” jelas Abadi.
Abadi juga mengapresiasi YARI yang mampu merangkul nelayan tiga desa di kecamatan Pomalaa. Itu dapat dilihat dari antusias masyarakat yang bergotong royong membuat rumah ikan, rumpon ikan dan merehabilitasi terumbu karang di sekitar perairan Pomalaa.
Kesadaran masyarakat untuk bersama-sama memperbaiki ekosistem peraiaran laut tersebut merupakan bukti keseriusan mereka dalam mengubah nasibnya untuk meningkatkan penghasilannya yang berkelanjutan.
Kontribusi ANTAM terhadap peningkatan ekonomi nelayan di kecamatan Pomalaa juga diakui Rasman, ketua Kelompok Nelayan Sitabanggang di kelurahan Dawi-dawi. Dia mengpresiasi sejumlah kegiatan pelatihan dan workshop yang diselenggarakan oleh program ini telah banyak memberikan manfaat positif bagi dirinya dan anggota kelompoknya.
“Utamanya pelatihan keselamatan dalam menyelam. Karena selama ini neleyan-nelayan kita banyak yang menyelam masih menggunakan compressor dengan teknik tradisional. Setelah ada pelatihan tersebut, kami akhirnya mengerti dampak negatif bila menyelam menggunakan kompresor. Termasuk juga bagaimana tehnik menyelam yang baik,” kata Rasman.
Tak hanya itu, dia juga mulai mendapatkan penghasilan tambahan setelah mengiktui pelatihan budidaya lobster, termasuk manajemen pemasarannya. Sebelumnya ANTAM bersama YARI juga memfasilitasi sharing pengalaman tentang pembuatan pancing kedo-kedo antara nelayan dari Kendari dengan nelayan Pomalaa.
Rasman juga menceritakan kesuksesan kelompoknya bersama kelompok nelayan di desa Tambe serta Hakatutobu yang telah membuat apartemen / rumah ikan.
“Rumah ikan yang telah kita buat, sekarang sudah bisa kita pasangkan bubu di sekitarnya. Hasilnya sangat memuaskan, banyak ikan besar yang kami dapat. Setiap kelompok itu ada 15 bangunan apartemen /rumah ikan. Hanya dihakatotobu ada dua lokasi, jadi mereka punya 30 bangunan rumah ikan,” terang Rasman.
Sementara itu, Direktur Yayasan Bahari, Abed R. Abdullah menjelaskan, setelah tiga tahun bersama ANTAM mendampingi nelayan yang ada di kecamatan Pomalaa, pihaknya kini telah memasuki phase akhir dari program tersebut.
Phase pertama implementasi program ini menyasar penguatan kapasitas kelompok nelayan yang dimulai dengan aktivitas pemberdayaan dan sosialisasi penanganan berbagai konflik, dalam komunitas masyarakat nelayan.
“Selain itu, kami juga telah membentuk koperasi yang menggabungkan lima kelompok nelayan, yang terbagi di kelurahan Dawi-dawi, desa Tambea dan desa Hakatutobu. Jadi, target kami koperasi ini bisa menampung hasil tangkapan nelayan, khususnya ikan hidup dan lobster,” jelasnya. (*)
Penulis : Abdul Saban