ZONASULTRA.COM, RUMBIA– Penjabat (PJ) Sekretaris daerah Bombana, Beangga Herianto mengaku prihatin dengan musibah yang dialami para petani di daerah itu. Hal itu lantaran maraknya keluhan petani dan petugas penyuluh lapangan (PPL) atas munculnya serangan hama ulat Grayak yang menyerbu tanaman jagung di 13 Kecamatan hingga mencapai ribuan hektar.
Menurutnya, serangan hama ganas yang menyerang tanaman jagung di Bombana sejak November 2019 lalu itu adalah permulaan, dan dikhawtirkan akan terus merembes ke jenis tanaman lain hingga mengakibatkan kerugian besar nantinya.
” Ini kan baru pertama kali terjadi, untung saja cepat ditangani. Jika tidak, ulat ini akan bergeser ke tanaman padi dan bahkan tanaman lainnya,” ujar Beangga Herianto di ruang kerjanya, Senin (27/1/2020).
Olehnya itu, Mantan Kadis Pendidikan Konawe Selatan ini mengingatkan kepada seluruh camat dan kepala desa agar cepat tanggap dengan masalah petani di masing-masing wilayahnya. Kata dia, Bombana adalah lumbung pangan yang cukup besar di Sultra. Jadi, garda terdepan dalam meningkatan produksi petanian terdapat pada penyuluh yang setia mendampingi kalangan petani.
” Camat dan kades harus menjalin koordinasi yang baik dengan penyuluh. Jangan biarkan petani dan penyuluh menderita, dan langsung melapor ke pimpinan atau bupati kalau mereka punya masalah, bantu mereka dengan ide atau ketika tidak bisa lagi ditemukan solusi langsung koordinasi ke dinas terkait agar dituntaskan permasalahannya,” tegasnya.
(Baca Juga : Ulat Tentara Serang Ribuan Hektar Tanaman Jagung di Bombana)
Bengga menekankan peningkatan kualitas dan kuantitas penyuluh di Bombana yang mesti diutamakan. Jumlah penyuluh pertanian di daerah itu diakuinya sangat minim untuk mengatasi keluhan ribuan kelompok tani (Poktan).
Ia juga menyarankan agar Camat maupun Kades memberi ruang kepada kalangan sarjana muda di desa dan dimanfaatkan agar menjadi petugas penyuluh, khususnya bagi sarjana pertanian.
” Daripada mereka nganggur, dimamfaatkan lah, dan diberi insentif yang baik, serta harus ditambah penyuluhnya, kalau begini terus tidak akan bisa efektif kerja poktan. Kalau ada koordinasi yang baik antara desa dan camat maka keluhan petani dan penyuluh bisa diminimalisir,” tandasnya.
Sekretaris Dinas Pertanian Bombana, Muhammad Siarah mengatakan bahwa jumlah penyuluh di Bombana sangat minim untuk mengatasi keluhan kelompok tani (poktan)
Menurutnya, dengan minimnya tenaga PPL saat ini sangat dibutuhkan pengangkatan. Sehingga, kualitas dan kuantitas berjalan beriringan dan menghasilkan produksi pertanian yang baik.
” Jumlah penyuluh pertanian di daerah ini hanya 119 orang yang terdiri dari 55 penyuluh berstatus PNS dan 64 non PNS. Jadi, memang sangat kurang untuk mengakomodir keluhan 1.097 poktan, dan selama.ini penyuluh kita hanya bekeeja secara polivalen,” pungkasnya. (b)