Siapa yang tidak tahu istilah arisan? Hampir semua orang familiar dengannya. Di masyarakat akar rumput, arisan tidaklah ditafsir sebagai perekat silaturahmi semata. Atau semacam ajang aktualisasi tentang pencapaian hidup dan kehidupan di antara para anggotanya.
Andi SyahrirBagi masyarakat kecil, arisan adalah upaya capital collective. Pengimpunan modal untuk lebih berdaya. Arisan adalah sebuah model ekonomi kerakyatan. Ekonomi gotong royong. Ekonomi tolong-menolong. Kita sedang membicarakan arisan model ini.
Arisan para wong cilik itu sederhana. Setiap orang dengan mudah paham aturan mainnya. Setiap peserta memiliki watak yang berbeda. Ada yang jujur, namun banyak pula yang curang. Rajin membayar saat namanya belum naik. Begitu arisannya naik, sangat sulit untuk menagihnya pada pembayaran-pembayaran berikutnya.
Banyak arisan yang mandeg di tengah jalan oleh karenanya. Pun tak jarang, sesama pesertanya ribut. Mayoritas peserta ingin namanya duluan naik, dan hanya beberapa gelintir yang mau belakangan. Menjadi ketua adalah tugas sukarela. Celakanya, ketika ada persoalan, ketua yang harus bertanggungjawab menanganinya. Ketua juga dituntut mengenal dan memahami karakter setiap anggota arisannya.
Entah sudah berapa kali dirinya dipercaya sebagai ketua arisan. Jika menghitungnya, jari kedua tangannya tak akan cukup. Berbagai jenis arisan di pimpinnya. Begitu rampung, arisan baru dibuka kembali. Lagi-lagi, puluhan peserta menunjuknya sebagai ketua. Mereka senang arisan mereka dipimpin olehnya.
Baginya, arisan bukan sekadar menyerahkan peruntungan melalui undian. Arisan adalah akomodasi kepentingan berbasis prioritas. Arisan juga menjadi alat untuk mengendalikan mereka yang bertabiat jahat dan mengapresiasi orang-orang baik.
Dia wajib memahami watak setiap anggotanya. Mudah untuk mengendalikan mereka yang sulit ditagih atau bebal membayar. Nama mereka dikeluarkan saat undian dilakukan, katanya ringan. Daripada mereka merusak sistem.
Sedangkan mereka yang “berkelakuan baik” tapi ingin namanya duluan naik karena suatu keperluan mendesak, juga dengan mudah diakomodir. Sang ketua mengganti seluruh daftar nama di dalam kotak undian menjadi nama yang bersangkutan.
Jika ada lebih dari satu orang yang ingin namanya naik duluan, sang ketua cukup melakukan assessment sederhana dengan memperbandingkan “portofolio” masing-masing anggota itu. Dan atas jasa baik ini, ketua mendapat kompensasi sebagai ucapan “terima kasih”. Jadi, memang sogok menyogok itu ada bahkan di lapis terbawah masyarakat kita….hehehe
Dengan kredibilitasnya sebagai pemimpin arisan yang berintegritas, tidak ada yang pernah usil untuk memeriksa ulang daftar nama sebelum arisan diundi. Anggota sudah mempercayainya. Berbicara mengenai integritas, butuh waktu panjang untuk membangunnya.
Bisa ditebak, perjalanan arisan itu seperti jalan-jalan lurus, orang-orang baik akan mendapat kemudahan dan mereka yang jahat akan dipersulit. Pada akhirnya, semua senang. Semua puas.
*** *** ***
Arisan adalah miniatur politik kepemimpinan dalam bentuknya yang sangat sederhana. Pemimpin adalah mereka yang memiliki integritas. Pemimpin adalah mereka yang mampu memilah kepentingan orang yang dipimpinnya berdasarkan prioritas-prioritas, sehingga menjadi sebuah keniscayaan jika pemimpin harus memahami orang-orang yang dipimpinnya. Dan itu menyangkut soal rentang waktu interaksi.
Tidak akan mungkin seseorang muncul begitu saja sebagai pemimpin tanpa proses panjang yang menyertainya. Paling tidak, pemimpin memiliki sejarah kepemimpinannya sendiri sejak di lingkungan terkecil.
Mereka yang tiba-tiba duduk di tampuk tertinggi kepemimpinan sesungguhnya bukanlah pemimpin. Dia hanya seorang penjudi yang beruntung. Entah mengorbankan apa dalam konteksnya yang transaksional.
Dari arisan rakyat kecil, kita juga belajar bahwa dalam politik kepemimpinan, tidak semua langkah adalah soal hitam dan putih yang kasat mata. Tetapi hal yang pasti bahwa pemimpin harus memiliki rasa keadilan yang lebih. Oleh karenanya, pemimpin juga adalah pemilik rahasia-rahasia.***