ZONASULTRA.COM, UNAAHA– Dalam menyambut bulan suci ramadhan, setiap muslim dari beragam suku di Indonesia punya tradisi yang berbeda-beda. Mulai dari syarah kubur hingga tradisi baca-baca doa yang hampir dilakukan disemua daerah. Tak terkecuali di kalangan suku Tolaki yang mendiami Kabupaten Konawe dan sekitarnya.
Seperti yang dilakukan oleh masyarakat Wonggeduku, Kabupaten Konawe Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Mereka tampak sangat antusias menyambut bulan suci ramadhan dengan melakukan syarah kubur dan dilanjutkan baca-baca doa.
Bagi suku Tolaki, menyambut bulan ramadhan dengan melakukan syarah kubur sudah berlangsung secara turun temurun sejak dahulu kala. Dalam bahasa tolaki syiarah kubur adalah “Mobubusi Koburu”, yang ditandai dengan penyiraman kuburan oleh imam (guru) yang telah dipercayakan mampu menyampaikan doa kepada arwah orang yang sudah meninggal dunia.
Usai proses penyiraman kubur, dilanjutkan lagi dengan “baca-baca doa”. Biasanya baca-baca doa dilakukan usai sholat Magrib. Baca-baca doa ini, kalau dalam bahasa tolakinya disebut “mongoni-ngoni doa,” yang artinya meminta, memohon doa kepada Allah SWT agar kiranya dapat menerima doa yang akan dikirimkan kepada para arwah almarhum dan almarhumma (arwah laki-laki dan perempuan) yang sudah meninggal dunia.
Tak hanya itu, baca-baca doa juga selain memohon untuk mengirimkan doa kepada para arwah, juga bertujuan sebagai rasa syukur kepada Allah SWT, karena masih diberikan umur panjang dan rezeki, dalam menyambut datangnya bulan suci ramadhan.
Menurut Imam Desa Wonggeduku Abdul Sarif Daema, tradisi yang sering dilakukan masyarakat suku tolaki dalam menyambut datangnya bulan suci ramadhan, sudah merupakan tradisi yang sudah lama turun temurun. Bahkan suku lain pun sudah banyak yang melakukan baca-baca doa.
“Baca-baca doa sudah menjadi tradisi kami suku tolaki. Justru malah suku lain sudah ada yang saya lihat sudah lakukan baca-baca doa juga,” kata Sarif usai melaksanakan baca-baca doa di rumah warga, Sabtu (4/6/2016).
Sebenarnya, lanjut dia, siarah kubur bukan saja dilakukan pada saat menyambut bulan ramadhan, lebaran Idul Fitri dan lebaran Idul Adha pun banyak dilakukan oleh waga. Tetapi juga pada saat orang meninggal dunia, pada hari pertama di liang lahat, malam ketiga, ketujuh, keempat belas, malam ke 40, dan malam ke seratus.
“Bukan nanti mau masuk puasa atau lebaran baru kita mau siarah kuburan, tapi masih banyak. Sama juga halnya baca-baca doa, bukan saja pada saat masuk bulan puasa atau lebaran, tapi bisa juga baca-baca doa selesai wosuda, atau lulus PNS dan masih banyak lagi,” lanjutnya.
Hal senada pun diungkapkan oleh Mihartin, yang disapa Mamanya Uni mengatakan setiap tahunya sudah menjadi kewajiban umat islam untuk menyambut datangnya bulan suci ramadhan atau bulan puasa.
“Setiap tahun kalau mau masuk puasa saya sudah persiapkan untuk baca-baca doa, sama juga kalau mau lebaranmi, itu juga harus baca-baca, dan itu sudah tradisi dari dulu,” ujar Mihartin.
Dikatakanya, ramadhan ibarat sosok tamu agung dan mulia yang selalu dielu-elu kedatangannya dan dirindukan perjumpaan dengannya karena banyak sekali membawa berbagai keutamaan, baik di dunia maupun di akhirat.
“Ramadhan merupakan bulan rahmat, maghfirah dan pembebasan dari api neraka. Selain itu, ramadhan merupakan bulan keberkahan, karena pada bulan ini pahala suatu amal shalih dan ibadah dilipatgandakan,” tutupnya. (B)
Penulis : Jaspin
Editor : Rustam