Tahun 2015 boleh dikatakan sebagai tahun olahraga bagi Sulawesi Tenggara. Bagaimana tidak? Pada tahun ini seluruh cabang olahraga (cabor) di bumi anoa ini berhasil mengikuti pra kualifikasi PON XIX Jawa Barat. Ada beragam cerita prestasi dari berbagai cabor yang mengikuti Pra PON.
Dari 34 cabor yang mengikuti Pra PON 2015, hanya sekitar 60 persen saja cabor yang berhasil meraih tiket ke PON XIX. Sejumlah cabor andalan Sultra masih cukup dominan dengan meloloskan atlet-atletnya ke PON XIX. Berikut catatan prestasi cabor andalan Sultra di 2015 ini.
- Atletik
Tidak semua cabor andalan Sultra meraih prestasi baik di Pra PON. Atletik menjadi salah satu cabor andalan Sultra yang tidak meraih hasil postif di ajang Pra PON. Bayangkan saja, tiga kali mencoba meloloskan atletnya pada ajang yang berbeda, namun cabor yang sangat diperhitungkan di zaman Hasiati Lawole ini tidak berdaya meloloskan atletnya.
Kondisi ini tentunya sangat tidak menggembirakan. Pasalnya, atletik merupakan salah satu cabor prioritas yang tidak pernah sekali pun tidak lolos ke PON. Pencapaian kali ini tentu merupakan tragedi terbesar bagi prestasi atletik di Sultra.
Dengan didukung Program Pendidikan Latihan Pelajar (PPLP) dan Program Pendidikan Latihan Mahasiswa (PPLM), cabor yang sering disebut dengan induk olahraga ini masih saja gagal meloloskan atletnya ke PON XIX. Padahal KONI Sultra sangat berharap cabor ini mampu memberikan kontribusi maksimal bagi Sultra.
Dengan realita ini, tentu seluruh pelaku cabor atletik di Sultra harus berpikir lebih keras lagi agar mampu mengembalikan kejayaan cabor atletik di Sultra.
- Pencak Silat
Cabor asli Indonesia ini pada 2015 memberikan sebuah cerita yang sangat menarik, khususnya perjuangan para atlet meraih tiket ke PON XIX pada ajang kualifikasi Pra PON di Gorontalo November lalu.
Cerita menarik dibalik lolosnya empat pesilat Sultra ke PON adalah munculnya dua pesilat muda potensial Ricki Aris Munandar dan Ismawati. Selain itu, lolosnya pesilat yang dulunya diprediksi akan menjadi pengganti Permata Kumalasari berkat prestasinya di ajang junior, tetapi meredup di tingkat senior, Widyawati Togala menjadi cerita tersendiri bagi perjuangan para pesilat Sultra di Pra PON lalu.
Khusus untuk Widyawati Togala dengan status awalnya hanya untuk mengisi kekosongan kelas membuktikan dirinya belum habis. Tidak tanggung-tanggung, peraih gelar pesilat terbaik di ajang Kejurnas PPLP Pencak Silat tahun 2003 di Banten ini meraih medali perak di Pra PON sekaligus memastikan tiket lolos ke PON XIX.
Namun, ada lagi satu cerita yang lebih menarik di Pra PON kali ini. Jika berbicara siapa saja yang diandalkan untuk lolos ke PON, ketiga pesilat di nomor laga ini masih kalah mentereng dengan nama besar seperti Adam Malik dan Hendra Alimin yang sangat diandalkan untuk meraih tiket ke PON XIX.
Namun garis tangan berkata lain, Adam Malik dan Hendra Alimin harus gagal memenuhi ekspetasi tinggi dari seluruh insan pencak silat di daerah ini. Tetapi dibalik semua itu, ada sebuah titik terang bagi IPSI Sultra menuju PON XIX. Munculnya Riki Aris Munandar memberikan suatu harapan baru munculnya Adam Malik dan Hendra Alimin baru di PON XIX mendatang guna mempertahankan tradisi medali.
- Kempo
Cabor yang hanya sekali absen menyumbangkan medali di PON bagi kontingen Sultra pada 2012 lalu di Riau ini, tentunya ingin mengembalikan kejayaannya pada 2016 mendatang. Mengadu nasib di Jawa Barat pada Agustus, tim Kempo Sultra berhasil meloloskan tiga orang atletnya ke PON XIX.
Ditangani langsung oleh peraih medali emas PON XVI, Thamrin, tim kempo Sultra berhasil meraih satu perunggu di ajang Pra PON kali ini. Suatu prospek yang benar-benar menjanjikan bagi tim kempo Sultra menuju PON XIX.
- Karate
Sempat berjaya pada tahun 90-an, cabor asli Jepang ini ingin mengembalikan nama besarnya di PON XIX. Berlaga di Sumatera Utara Oktober lalu, tim karate Sultra berhasil meloloskan satu orang atletnya ke PON XIX.
Atlet yang lolos ke PON XIX kali ini adalah putri. Tentu ini sebuah prestasi di mana sudah dua kali perhelatan di PON untuk nomor komite, Sultra gagal meloloskan atletnya di nomor Putri. Islamiyani Jovianti menjadi penyelemat muka tim karate Sultra dibalik bergugurannya nama-nama besar seperti Bambang Asar Saputra yang senantiasa menjadi andalan Sultra di dua kali perhelatan PON.
Sudah menjadi sesuatu yang pasti, tumpuan, beban prestasi ada di pundak Isnain Kimi sebagai pelatih karate Sultra untuk mengembalikan nama besar karate Sultra di tingkat nasional untuk mendulang medali di pesta olahraga empat tahunan terakbar di Indonesia tersebut.
- Sepak Takraw
Tampil di Pra PON dengan status sebagai tuan rumah memberikan sebuah semangat tersendiri bagi anak asuh Heriansyah. Tetapi menjadi sebuah prestasi yang dinilai kurang maksimal karena kegagalan kontingen sepak takraw Sultra meloloskan dirinya di nomor tim yang menjadi nomor primadona diajang Pra PON.
Menariknya lagi, dalam ajang ini terjadi sebuah prestasi yang sangat berbanding terbalik antara nomor putra dan putri. Di sektor putra untuk nomor team, Sultra berhasil meraih peruggu. Tetapi di sektor putri untuk nomor yang sama Sultra menjadi juru kunci.
Walaupun Sultra berhasil meloloskan atlet, baik di sektor putra maupun putri ke PON XIX, namun masih ada sebuah pekerjaan rumah yang mesti dibenahi oleh pelatih sepak takraw Sultra. Sebab sudah pasti persaingan di PON XIX mendatang akan semakin berat.
- Dayung
Menjadi cabor yang paling diandalkan oleh Sultra, dayung senantiasa menjadi tumpuan untuk meraih medali di setiap iven-iven nasional yang diikuti. Dengan modal atlet pelatnas Indonesia hingga program PPLP yang senantiasa menjadi kawah candra di muka bagi atlet dayung Sultra ini senantiasa menjadi tumpuan bagi bumi Anoa.
Untuk 2015 ini, para pendayung Sultra turun di Pra PON sebanyak dua kali. Pra PON pertama dilaksanakan pada Oktober di Jaka Baring Sport Center Palembang. Para atlet kayak, cano dan dragon boat turun lebih awal mengadu nasib. Hasilnya lumayan baik, nomor cano yang selama ini tidak lagi menyumbang medali emas mampu meyumbang medali emas bagi kontingen dayung Sultra melalui pedayung andalan Indonesia Marjuki.
Sukses Marjuki kembali berlanjut di nomor dragon boat. Anak asuh Dodong ini berhasil meraih 4 medali emas bagi kontingen Sultra di Pra PON. Hasil ini menjadi angin segar bagi tim dayung Sultra menjelang PON XIX di Jawa Barat. Tetapi di balik semua itu, nomor kayak yang pada akhir tahun 80-an hingga awal tahun 2000-an senantiasa menjadi andalan kembali harus gagal menyumbangkan satu keping medali bagi tim dayung Sultra.
Sebuah pekerjaan besar bagi Anisi Cs sebagai pelatih nomor kayak untuk membenahi prestasi Dayumin CS pada PON XIX mendatang.
Berlanjut Pra PON kedua pada November di Jawa Timur, kali ini giliran nomor rowing yang mengadu nasib. Torehan tiga medali emas berhasil disumbangkan oleh anak asuh Achmad Haris Cs pada ajang ini. Sebuah prestasi yang sama ketika nomor rowing menyumbangkan tiga medali emas bagi tim dayung Sultra di PON XVIII di Riau 2012 lalu.
Tetapi dibalik kesuksesan tim rowing Sultra ini, ada sebuah catatan besar yang harus diberikan bagi tim dayung Sultra. Lagi-lagi tiga medali emas kontingen Sultra ini disumbangkan dari sektor putri, sebuah hal yang berbanding terbalik dengan prestasi sektor putra yang tidak lagi berprestasi pasca pensiunnya Lasmin Cs.
Di iven ini, Ali Darta yang menjadi tumpuan bagi tim rowing Sultra gagal menyumbangkan medali emas bagi Sultra. Kondisi ini tentunya menjadi pekerjaan rumah bagi para pelatih rowing Sultra yang mesti memaksimalkan sembilan bulan yang masih tersisa untuk mensejajarkan prestasi sektor putra dan putri bagi tim dayung Sultra.
Dibalik haru biru prestasi tim dayung Sultra di 2015 ini, ada satu catatan penting bagi Pengurus Provinsi (Pengprov) Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Sultra yang menjadi induk organisasi olahraga dayung di daerah ini. Hal itu adalah penjualan atlet yang kembali terjadi. Kali ini melibatkan atlet La Ode Arfin dari Kabupaten Wakatobi.
Penjualan La Ode Arfin ke Jawa Timur hendaknya tidak lagi terulang. Sebab bukan hanya status Arfin yang menjadi salah satu atlet andalan Sultra, tetapi praktek penjualan atlet ini sangat tidak baik bagi prestasi dayung Sultra ke depannya.
- Tinju
Setelah absen meloloskan atletnya di PON XVIII lalu di Riau, tim tinju Sultra bertekad kembali melolokan atletnya ke PON XIX Jawa Barat. Target dan tekad tersebut pun akhirnya bisa terealisasi dengan meloloskan tiga orang atletnya ke PON XIX.
Namun dibalik lolosnya tiga petinju Sultra tersebut, ada sebuah cerita menarik di ajang Pra PON yang dilaksanakan di Ambon pada Oktober lalu. Petinju andalan Sultra, Dedi Mushari yang bertekad kembali lolos ke PON XIX harus gagal setelah dikalahkan oleh lawannya.
Tim pelatih tinju Sultra pun harus kembali memutar otak lebih keras karena semua atlet yang akan turun di PON XIX adalah atlet baru. Untuk itu persiapan lebih baik mesti dilakukan oleh Pengprov Pertina Sultra.
- Taekwondo
Terakhir kali meraih medali perunggu di PON XVI 2004 lalu, prestasi cabor asal Korea ini terkesan menurun drastis. Pada 2015 ini, di bawah asuhan Dedi Muskar, Taekwondo kembali mengadu nasib untuk lolos ke PON XIX setelah absen di dua pelaksanaan PON.
Hasilnya, satu orang atlet berhasil diloloskan oleh cabor yang diketua A Haris tersebut. Namun di balik prestasi ini ada sebuah pertanyaan besar, ditopang program PPLP cabor ini ternyata belum mampu menunjukkan giginya sebagai salah satu cabor yang seluruh atlet juniornya dibiayai negara.
Untuk mengukur apakah cabor ini layak masuk dalam PPLP akan dilihat dari pencapaian mereka di PON XIX mendatang. Apakah mampu meraih prestasi yang sama diraih oleh Wahyudin pada PON XVI di Palembang atau hanya sekedar menjadi penggembira tanpa meraih prestasi apapun.
- Cabang Potensial di PON XIX
Di balik delapan cabor potensial yang disebutkan di atas, ada beberapa cabor yang memberikan sebuah angin segar bagi kontingen Sultra menuju PON XIX di Jawa Barat 2016 mendatang.
- Softball
Sebagai cabor yang dinilai masih awam oleh masyarakat Sultra, softball mulai menunjukkan diri sebagai salah satu cabor yang bisa menjadi tumpuan bagi kontingen Sultra di Jawa Barat nantinya.
Dengan meraih posisi kelima di ajang Pra PON lalu, softball menjadi salah satu cabor yang bisa menjadi kandidat peraih medali bagi kontingen Sultra di PON XIX.
Terlebih lagi program Perbasasi Sultra sebagai induk organisasi sofball di bumi Anoa sangatlah baik. Buktinya, untuk menghadapi Pra PON September lalu, Saiful Nurdin Cs menjalankan Training Center di Filiphina yang merupakan negara terkuat kedua di cabor softball setelah Jepang.
Untuk PON XIX ini saja, Pahri Yamsul sebagai ketua Perbasasi Sultra sudah memiliki konsep yang jelas untuk mempersiapkan timnya. Dimulai dengan ditanganinya tim softball Sultra oleh pelatih asal Filiphina, Apolonio Rosales dan rencana kembali melakukan Training Center di Batangas Filiphina.
Dengan realita tersebut, sangat bisa jika softball menjadi salah satu cabor yang diandalkan untuk mendulang medali pada PON XIX.
- Balap Motor
Meski masih diperkuat oleh Handi Tuahatu, tetapi sebuah prospek yang paling menjanjikan ditunjukkan oleh cabang olahraga balap motor menuju PON XIX mendatang. Bagaimana tidak, sebuah prestasi yang sangat menjanjikan ditunjukkan pada Pra PON lalu di sirkuit sentul Jawa Barat dengan meraih medali perak di kelas bebek 150 cc.
Handi Tuahatu saat ini menjadi pembeda bagi tim balap motor Sultra. Dikepung pembalap-pembalap hebat dari seluruh Indonesia, adik kandung Arthur Tuahatu ini menujukkan prestasi yang belum pernah dicatat oleh pembalap Sultra lainnya dengan menjadi yang tercepat di nomor beregu pada babak penyisihan serta meraih medali perak di kelas bebek 150 cc.
Dengan prestasi seperti ini, cabang olahraga yang dinaungi Ikatan Motor Indonesia ini bisa menjadi salah satu yang memiliki prospek bagus untuk mendulang medali emas di PON XIX mendatang.
Dibalik semua catatan prestasi delapan cabang olahraga andalan dan dua cabang potensial ini, bisa memberikan secercah harapan bagi kemajuan pembinaan olaraga di Sulawesi Tenggara di PON XIX 2016 mendatang. Jayalah selalu olahraga di Sultra. Buktikan kita bisa berprestasi di PON XIX.
Catatan: Muhammad Rasman Saputra