ZONASULTRA.COM, KENDARI- Batik Ciprat yang merupakan batik produksi khas dari Sekolah Khusus Negeri (SKhN) 1 kendari Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mendapat banyak pesanan. Namun, produksinya saat ini harus ditunda karena faktor pandemi covid-19 dan cuaca.
Kepala Sekolah (Kepsek) SKhN 1 Kendari, Sri Mulyati mengatakan, pihaknya sedikit mengalami kewalahan atas banyaknya pesanan tersebut, mengingat jumlah tim pembuatan batik tersebut hanya 6 orang yang terdiri dari instruktur khusus, guru dan siswa SKhN 1 Kendari.
“Kami sedikit kewalahan karena cuaca. Kami juga tidak berani mendatangkan siswa kami dan guru kami di masa pandemi ini untuk memproduksi, karena berisiko. Takutnya kami, kalau memaksakan malah resikonya bahaya,” ucapnya saat di temui di Kendari pada Kamis (22/7/2021).
Selain itu, Sri mengungkapkan di tahun 2020 jumlah pesanan Batik Ciprat di SKhN 1 Kendari adalah 270 potong dari berbagai instansi maupun perseorangan. Namun, karena keterbatasan jumlah tim produksi dan faktor lain, sehingga pesanan tahun 2020 ini masih ada yang menunggak.
Lanjutnya, di tahun 2021 ini pesanan yang masuk telah terdata sebanyak 76 potong dari kepala SLB se-Sultra dan tambahan dari dharma wanita provinsi sebanyak 15 potong, namun belum bisa diproduksi karena faktor tadi. Ia menjelaskan bahwa Batik Ciprat membutuhkan panas matahari alami dalam proses pengeringannya sehingga warna dari batik itu sendiri terlihat lebih segar.
Seperti namanya, proses pembuatan batik Ciprat ini melalui beberapa tahap di antaranya adalah di Ciprat. Siswa yang turut bergabung dalam tim produksi batik ini merupakan siswa yang mengalami tuna Grahita yaitu anak dengan IQ kurang.
Sri Mulyani menjelaskan alasan SKhN 1 Kendari memproduksi Batik Ciprat karena dalam proses pembuatannya tidak memerlukan pemikiran yang berat, sehingga cocok untuk anak yang punya IQ rendah dan lambat dalam belajar atau tuna grahita.
Batik Ciprat sendiri telah mulai belajar diproduksi oleh SKhN 1 Kendari sejak tahun 2018 lalu. Sebelumnya, di tahun 2017 Sri dan beberapa Kepala SLB yang berasal dari Buton, Buton Utara, Bombana, dan Konsel melakukan studi banding di Kabupaten Temanggung Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
” Ada yang membuat keset, ada yang merangkai bunga, ada yang meroncek manik-manik membuat tas, tata boga, membatik, dan ada gayung dari tempurung,” tambahnya.
Inisiatif Sri untuk membatik saat itu dengan instruktur yang memiliki segudang pengalaman dan pengembangan yang dilakukanya, kini membuahkan hasil untuk SKhN 1 Kendari. Lanjut di tahun 2019 produksi Batik Ciprat itu langsung di pamerkan di HUT Sultra sebagai produk asli buatan SKhN 1 Kendari.
Kata Sri, Batik Ciprat sendiri disenangi oleh pelanggan karena motifnya yang tidak ada duanya. Satu-satunya yang memproduksi dan memasarkan batik Ciprat di Sultra adalah SKhN 1 Kendari, jadi untuk pemesanan bisa langsung ke sekolah atau komunikasi dengan guru atau kepala sekolah untuk memilih corak yang di inginkan.
Sri berharap dengan adanya produksi Batik Ciprat di SKhN 1 Kendari, siswa yang telah menyelesaikan sekolahnya di sana bisa membantu dalam proses produksi. Serta bisa membantu kesejahteraan para guru dalam mengembangkan keterampilan di dunia usaha. (A)