ZONASULTRA.COM, RUMBIA– Proses pembangunan rumah bantuan “Baruga Moico” di Kabupaten Bombana Sulawesi Tenggara (Sultra) menuai kritik dari masyarakat. Hal itu disebabkan pembuatannya menggunakan bahan spandek (pada atap dan dinding) dan jendela mini, yang menimbulkan suhu panas saat terik matahari.
Kritikan itu pun telah digaungkan warga sejak setahun terakhir. Warga beranggapan bahwa pembangunan baruga moico tersebut hanya menyiksa penghuni karena suhunya yang begitu panas. Protes ini pun sampai di ranah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Bombana saat menjelang akhir tahun 2019 lalu.
Sebelumnya, salah seorang warga Kelurahan Dongkala, Kecamatan Kabaena Timur mengeluh atas kondisi baruga moico yang cukup panas.
“Kami sudah menjadi penghuni baruga moico sejak pertengahan tahun 2019. Tapi, selama ini kami sering kepanasan,dan rumah bantuan ini seperti rumah oven,” kata warga Dongkala yang enggan menyebutkan namanya, beberapa waktu lalu.
Menanggapi persoalan itu, Pelaksana Tugas (Plt) Kadis Perumahan dan Pemukiman Rakyat Kabupaten Bombana, Sulaiman Fachrani menegaskan bahwa baruga moico didesain berdasarkan beberapa cakupan yang mempertimbangkan rancangan anggaran biaya (RAB) dan total jumlah unit yang dibangun. Total keseluruhan anggaran yang digunakan per unit adalah Rp 17.500.000.
“Kami terima semua kritikan itu, tapi kami sudah rumuskan pembangunannya, di bolak-balik bagaimanapun tidak akan bisa diubah karena jika diubah, maka malah akan melebihi target hingga hampir mencapai 50 juta rupiah,” kata Sulaiman di ruang kerjanya, Jumat (7/1/2020).
Menururnya, kritikan warga soal rumah baruga moico mirip oven ialah saran yang cukup membangun. Namun, ia pula menyarankan agar masyarakat tidak terlalu manja serta mampu membenahi sendiri bantuan yang telah diberikan dari pemerintah karena anggaran terbatas.
“Desain dindingnya kan menggunakan spandek dan rangka baja yang memang panas. Tapi setidaknya masyarakat bisa mengganti sendiri menggunakan papan atau atau batu bata. Kami sudah cukup berupaya meringankan beban masyarakat kita yang kurang mampu,” tandasnya.
Olehnya itu, lanjut Sulaiman, pihaknya telah merencanakan dua model pembangunan baruga moico di tahun 2020. Pertama, baruga moico yang dibangun oleh dinas, diperuntukkan bagi kawasan kumuh berdasarkan hasil survei tim, terutama bagi masyarakat yang sangat membutuhkan bantuan rumah. Misalnya, warga yang mengalami bencana alam seperti kebakaran dan warga yang sangat membutuhkan.
Kedua, Dinas Perumahan telah menjalin koordinasi ke seluruh kecamatan untuk program bedah rumah yang juga bersumber dari dana APBD Pemda Bombana. Bedah rumah yang dimaksud Sulaiman adalah warga yang memiliki rumah disertai lahan, fondasi dan rangka. Jika, tidak memenuhi persyaratan itu, maka warga belum bisa mendapatkan bantuan tersebut.
“Jadi bedah rumah ini kami menyesuaikan dengan kondisi rumah warga. Kalau sudah ada fondasi dan rangka, maka kami melengkapinya dengan penambahan lantai, atap dan dinding serta sangat prioritas pada atapnya. Jika ditotalkan, biaya per unit sebanyak Rp17,5 juta,” katanya.
Sulaiman berharap agar pemerintah desa (pemdes) lebih mengutamakan kepentingan warganya. Artinya, pemdes tak sekedar menggenjot pembangunan di sektor infrastruktur jalan dan deker tetapi melihat seperti apa kondisi rumah warganya.
“Ada dana desa yang bersumber dari dana APBN. Jadi, kenapa tidak dimanfaatkan dana tersebut untuk bantuan bedah rumah. Kalaupun ada desa yang membenahi rumah warganya, kami harap desa-desa lain juga perlu menerapkan itu agar bisa meminimalisir setiap keluhan terkait tempat tinggal warga,” pungkasnya. (B)