REKA ULANG – Foto dokumentasi reka ulang dari kuasa hukum tersangka AE. (Istimewa)
ZONASULTRA.COM, KENDARI – Simpang siurnya informasi tentang alasan AE (37) melayangkan pisau ke tubuh suaminya, almarhum Musakkir Sarira, Ketua DPRD Kolaka Utara (Kolut) kini terjawab.
Pihak kepolisian telah melakukan reka ulang (Rekonstruksi) kasus ini di tempat kejadian perkara yakni rumah jabatan Ketua DPRD Kolut, pada Rabu (25/10/2017) lalu. Reka ulang dilaksanakan secara tertutup, sehingga awak media serta masyarakat tidak dapat melihat secara langsung adegan yang diperagakan oleh tersangka AE.
Hanya pihak kepolisian, jaksa, serta kuasa hukum tersangka AE yang menyaksikan secara langsung reka ulang tersebut.
Kuasa hukum AE, Nurleli Sihotang kepada zonasultra.id mengatakan, tersangka memperagakan 22 adegan dalam reka ulang tersebut. Dari reka ulang itu, kata Nurleli, terungkap jika AE melayangkan pisau ke bagian perut Musakkir secara tidak sengaja.
“Jadi, reka ulang yang diperagakan tersangka sesuai dengan hasil Berita Acara Penyidikan (BAP) pihak kepolisian, memang sesuai dengan apa yang kita jelaskan sebelumnya,” ucap Nurleli saat ditemui zonasultra.id di salah satu Hotel Kendari, Jumat (27/10/2017) sore.
Sebelumnya, Nurleli yang juga advokat dari Aliansi Perempuan Sulawesi Tenggara (Alpen Sultra) menjelaskan, jika kronologi yang beredar di media jauh berbeda dengan kronologi yang dijelaskan tersangka AE kepadanya.
Menurut Nurleli, pada Selasa (17/10/2017) malam, AE dan suaminya terlibat cekcok namun tidak sampai terjadi tindakn fisik. AE hanya bertanya kepada suaminya terkait penyebab perseteruan almarhum dengan rekannya di media sosial (akun Facebook suami).
Padahal selama ini AE menilai teman tersebut telah menjadi bagian dari keluarga mereka. Rekan-rekan almarhum pun dikatakan selalu berkunjung ke rumahnya. Akibat konflik itu, teman-teman suaminya ini tidak lagi datang bersilaturahim ke rumah.
Ketika ditanya dan diingatkan oleh AE, suaminya pun marah karena menganggap istrinya lebih membela rekan-rekannya dibanding dirinya sendiri.
“Malam itu keduanya memang bertengkar tapi tidak sampai terjadi kekerasan fisik,” kata Nurleli.
Suaminya kemudian pergi keluar rumah untuk menenangkan pikiran dan meninggalkan AE di rumah. Setelah beberapa jam, AE kemudian masuk ke kamar untuk menidurkan anak-anaknya dan juga beristirahat. Dikatakannya lampu di kamar dipadamkan karena sudah menjadi kebiasaan saat tidur lampu kamar dipadamkan.
Beberapa saat kemudian, lanjut Nurleli, pintu (gerendel pintu) teralis besi kamar bergoyang. AE sempat berdiri dan melihat siapa yang membuat pintu tersebut bergoyang, namun tidak ada orang. AE pun kembali ke tempat tidurnya. Tak lama setelah itu, pintu teralis besi kembali bergoyang namun ketika AE mengecek, lagi-lagi tidak ada orang.
Untuk ketiga kalinya gerendel pintu kembali bergoyang, AE kemudian bangun dan mengambil pisau pemotong buah yang selalu ada di kamar mereka sambil menghampiri arah suara dari pintu.
Masih dalam keadaan menggenggam pisau, AE kaget ketika tiba-tiba ada sosok tubuh mengenakan baju putih maju mendekat ke arahnya. Sosok tubuh itu tidak lain adalah suaminya. AE pun kaget dan refleks melepas pisau itu dari genggaman tangannya.
“Jadi berdasarkan pengamatan kami saat reka ulang, memang tersangka melepaskan pisau karena kaget. Jadi ini udah berdasarkan apa yang kami telah jelaskan sebelumnya. Dan itu sesuai dengan pengamatan kami saat rekon dilakukan, ucap Nurleli.
Dijelaskan Nurleli, dalam reka ulang, tidak ada alat bukti gunting yang diperagakan. Yang ada hanyalah pisau pemotong buah yang tersimpan di kamar pasangan suami istri tersebut.
Selain itu, Direktur Alpen Sultra, Hasmida Karim menjelaskan, saat ini keadaan AE sehat-sehat saja. Hanya, tiga orang anaknya masih mengalami tekanan psikologis yang begitu kuat.
“Kita selalu berusaha agar anaknya ini tidak tertekan secara psikologis. Karena, anaknya yang ke tiga ini sudah jarang makan. Anaknya yang ke dua, kadang bersifat reaktif,” ucap Hasmida di tempat yang sama.
“Saya berharap masyarakat di Sulawesi Tenggara, terutama yang di Kolut, agar berhenti menghembuskan isu yang bisa membuat anak anak ini semakin shok,” pinta Hasmida. (B)
Reporter : Lukman Budianto
Editor : Kiki