ZONASULTRA.COM, KENDARI – Pada Rabu (1/5/2019) sekitar 20 paguyuban yang ada di Kota Kendari turut meramaikan acara pawai budaya dalam peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Kendari ke 188. Paguyuban tersebut bukan hanya berasal dari Sulawesi, melainkan dari luar Sulawesi, seperti Jawa hingga Papua.
Pada pawai tersebut, masing-masing paguyuban berpakaian khas daerah atau adat masing-masing, serta menunjukkan berbagai penampilan khas tradisional dari paguyuban tersebut.
Pada beberapa momen, terlihat Walikota Kendari Sulkarnain yang didampingi oleh sang istri mengenakan pakaian adat Tolaki berwarna merah muda keunguan yang dibalut manik-manik berwarna biru. Mereka ikut menerima ajakan menari dari beberapa paguyuban.
Berikut adalah beberapa potret budaya yang ditampilkan para paguyuban baik dari Sulawesi maupun luar Sulawesi yang bermukim di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra).
Paguyuban Muna Barat
Pada pawai budaya peringatan HUT Kota Kendari, paguyuban Muna Barat (Mubar) menampilkan pertunjukan silat serta Tari Linda. Tari Linda merupakan jenis tarian tradisional masyarakat Muna. Tari ini lahir sebagai aplikasi dari rangkaian acara pingitan bagi gadis-gadis yang sudah disyarati dengan urutan-urutan tertentu.
Tari Linda diiringi dengan irama Rambi Wuna (pukulan gong) yang memiliki keunikan tersendiri karena antara gerak tari bertolak belakang dengan kecepatan irama gong. Ini mengandung makna bahwa para gadis yang telah disyarati dengan ‘tutura karia’ tidak boleh terpengaruh dengan pengaruh lingkungan.
Tari Linda adalah jenis tarian kerajaan karena berpakaian unik yang tidak bisa digantikan pakaian lain karena tarian ini merupakan simbolik dari penobatan wanita remaja menjadi dewasa.
Selain penampilan Tari Linda, para peserta paguyuban Mubar melakukan tradisi mengangkat Wali Kota Kendari Sulkarnain. Tradisi ini merupakan salah satu bentuk penghormatan kepada seseoarang.
Paguyuban Campur Sari Jawa Timur
Paguyuban Campur Sari Jawa Timur, pada kegiatan tersebut menampilkan pertunjukan Reog Ponorogo serta Tarian Gandrung yang merupakan khas Banyuwangi, Jawa Timur. Tarian tersebut dibawakan sebagai perwujudan rasa syukur masyarakat usai panen. Gandrung merupakan seni pertunjukan yang disajikan dengan iringan musik khas perpaduan budaya Jawa dan Bali. Tarian ini merupakan kebudayaan dari Suku Osing yang merupakan penduduk asli Banyuwangi.
Tarian ini dipentaskan dalam bentuk berpasangan antara perempuan (penari gandrung) dan laki-laki (pemaju) yang dikenal dengan paju.
Kerukunan Keluarga Bulukumba (KKB) Sultra
Pada acara pawai, KKB Sultra memperlihatkan replika dari perahu Pinisi. Perahu Pinisi sendiri merupakan kebanggaan masyarakat Bulukumba. Keberadaanya juga kini telah diakui dunia sebagai warisan dunia oleh UNESCO.
Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya digunakan untuk pengangkutan barang antar pulau. Dua tiang layar utama tersebut berdasarkan 2 kalimat syahadat dan tujuah buah layar merupakan jumlah dari surah Al-Fatihah.
Pinisi adalah sebuah kapal layar yang menggunakan jenis layar sekunar dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang dan juga mempunyai makna bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi lima samudra besar di dunia. Pinisi adalah kapal layar tradisional Bugis terbesar.
Himpunan Mahasiswa Papua Kota Kendari
Paguyuban dari ujung timur Indonesia ini juga tak kalah antusias berpatisipasi pada pawai budaya memperingati HUT Kota Kendari. Lengkap dengan pakaian khas papua, mereka menampilkan Tari Seka.
Tari Seka sendiri merupakan salah satu tarian adat masyarakat di Selatan Papua, yang meliputi wilayah Timika, Kaimana dan Fakfak. Tarian yang melambangkan ucapan rasa syukur kepada Sang Pencipta ini hadir mewarnai kehidupan masyarakat pesisir.
Pada awalnya, tarian ini dilakukan sebagai ucapan syukur di kala hasil panen melimpah serta prosesi adat pernikahan, yaitu mengantarkan gadis ke calon mempelai laki-laki.
Di Kaimana, suku Napiti dan Suku Miere masih menggunakan tari Seka dalam denyut aktivitas sehari-hari. Sama halnya seperti di Timika, Suku Kamoro menghidupkan irama budaya melalui tarian ini. Namun, di Suku Komoro tari Seka juga melambangkan semangat ketika akan berperang, pada waktu lampau.
Etnis Tionghoa Kendari
Etnis Tionghoa Kendari, menampilkan dua pertunjukan yakni pertunjukan barongsai serta pertunjukan bela diri Wushu. Kedua pertunjukan ini merupakan pertunjukan khas etnis Tionghoa. Untuk pertunjukan barongsai, bisa sering kita saksikan saat perayaan Imlek. Pertunjukan tersebut diiringi oleh tabuhan drum khas pertunjukan barongsai.
Kerukunan Keluarga Gorontalo
Paguyuban ini menampilkan Tari Saronde yang merupakan salah satu tarian tradisional yang berasal dari Gorontalo. Tarian ini diangkat dari tradisi masyarakat Gorontalo saat malam pertunangan dalam rangkaian upacara perkawinan adat mereka. Tarian ini biasanya ditampilkan oleh para penari pria dan penari wanita yang menari dengan gerakan yang khas dan menggunakan seledang sebagai atribut menarinya.
Tari Saronde merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di masyarakat Gorontalo. Selain menjadi bagian dari acara pernikahan adat, Tari Saronde juga sering ditampilkan dalam acara seperti penyambutan, pertunjukan seni, dan festival budaya.
Pada kesempatan itu, para penari juga sempat menyematkan selendang di leher Wali Kota Kendari, Sulkarnain. Hal itu menandakan para penari mengajak orang nomor satu di Kendari itu untuk ikut menari. Terlihat, Sulkarnain menari kecil bersama sang penari di atas panggung.
Kerukunan Keluarga Daerah Barru
Paguyuban ini menunjukkan Mappalette Bola yang merupakan salah satu tradisi khas suku bugis. Tradisi ini merupakan tradisi pemindahan rumah. Jika biasanya pada saat pindahan rumah hanya mengangkat barang-barangnya saja, kali ini berbeda. Yang dipindahkan benar-benar rumahnya, yang diangkat secara gotong royong oleh warga.
Hal inilah yang ditampilkan oleh Kerukunan Keluarga Daerah Barru yang menetap di Sultra. Terlihat para peserta menggotong sebuah rumah yang terbuat dari bambu secara bersama-sama.
Itulah beberapa potret kebudayaan yang ditampilkan dalam pawai budaya peringatan HUT Kota Kendari ke-188. Jumlah paguyuban yang turut meramaikan HUT Kota kendari sekitar 20 paguyuban. (A)
Video : Kemeriahan Pawai Budaya HUT Kota Kendari 2019
Kontributor : Sri Rahayu
Editor : Muhamad Taslim Dalma