ZONASULTRA.COM, KENDARI – Kurang lebih 95 hari lagi, masyarakat Sulawesi Tenggara (Sultra) akan melakukan pencoblosan di Tempat Pemungutan Suara (TPS) dalam perhelatan mencari gubernur dan wakil gubernur periode 2018-2023.
Ada tiga kandidat yang akan bertarung pada 27 Juni 2018 mendatang. Mereka adalah pasangan nomor urut 1 ada Ali Mazi dan Lukman Abunawas (AMAN), pasangan nomor urut 2 ada Asrun dan Hugua (Berkah) dan pasangan nomor urut 3 Rusda Mahmud dan Sjafei Kahar (RM-SK).
Pertarungan merebut hati dan suara rakyat Bumi Anoa sudah dijalankan ketiga paslon dengan melakukan kampanye, dialog dan komunikasi lintas sektor serta tokoh masyarakat di 17 kabupaten/kota di Sultra. Berbagai jualan politik sudah disampaikan mereka kepada para pendukung dan simpatisan, hal itu dilakukan untuk meyakinkan kepada masyarakat bahwa meraka adalah pilihan yang terbaik untuk mempin Sultra lima tahun hingga sepuluh tahun kedepan.
Penjangkauan komunikasi hingga ke masyarakat tingkat bawah, setiap paslon membentuk tim pemenangan dan satker disetiap kabupaten/kota hingga pada tataran tim pemenang kecamatan. Mengapa? Karena satker inilah yang diharapkan dapat menjaga suara agar tidak beralih ke pasanga lain.
Saat ini setiap paslon masih saling mengklaim bahwa berdasarkan hasil survey mereka unggul disbanding paslon lawan. Ungkapan ini mungkin bisa saja sebuah kebenaran atau hanya retorika untuk memperkuat posisi, sebab sekelas lembaga survey pun untuk keakuratan datanya masih dipertanykan dan dipersoalkan oleh masyarakat.
Contoh kasus mungkin saat Pilpres 2014 kemarin antara Jokowi dan Prabowo, meskipun Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI telah menyatakan Jokowi sebagai pemenang namun berdasarkan versi hitung cepat yang dilakukan sejumlah lembaga survei menyatakan Prabwo yang memenangkan Pilpres 2014, tapi kenyataan akhir, Jokowi lah yang dilantik sebagai Presiden Indonesia.
Kendati demikian, apapun itu usaha dan kerja keras dari setiap paslon pun terus dikobarkan dan bergeriliya sebelum memasuki masa tenang, seperti pepatah tidak ada hasil yang menghianati proses. Tujuannya hanya satu merebut dan meraup suara sebanyak-banyaknya untuk menang. Lantas seperti apakah saat ini peta kekuatan setiap paslon menjelang hari pemilihan.
#Pengamat Politik dan Sosial
Pengamat Politik Universitas Halu Oleo (UHO) Bahtiar menilai pasca ketiga pasangan calon mendapatkan pintu dari partai politik dan ditetapkan sebagai calon, ia melihat semua memiliki peluang yang sama untuk menang.
Alasannya, yang maju dalam Pilgub 2018 masing-masing memiliki track record sebagai mantan kepala daerah sehingga memiliki basis masa yang jelas dan apabila digabungkan akan memberikan peluang untuk menang.
Meski demikian, Dekan FISIP UHO ini menjelaskan, dari semua nama ini otomatis akan ada yang paling menonjol dan figurnya dapat jual di masyarakat.
“Bayangkan semua mantan Kepala Daerah dan punya jejak karir dan kerja yang menurut saya bagus. Sekarang tinggal bagaimana itu dapat dijual dengan baik ke publik,” ungkap Bahtiar.
Sementara itu, Pengamat Sosial UHO Darmin Tuwu beranggapan jika track record dari masing-masing paslon adalah salah satu modal utama untuk mempengaruhi masyarakat, terutama para pemilih rasionalitas.
Kata dia, track record bukanlah suatu hal mudah untuk dibentuk. Ia lahir sesuai perjalanan waktu. Apabila track recordnya saat menjabat tidak baik atau buruk, maka akan sangat berpengaruh, begitu pula sebaliknya.
“Ya, susah juga kita mau prediksi sekarang. Karena politik di Sultra ini tidak ada duanya di Indonesia. Menarik dan selalu memberikan kejutan yang diluar perkiraan kita,” ungkap Darmin kepada zonasultra.
#Peta Kekuatan Paslon
1.Ali Mazi- Lukman Abunawas (AMAN)
Ali Mazi- Lukman Abunawas (AMAN) adalah pasangan calon yang diusung oleh partai Golongan Karya dan Nasdem dengan jumlah kursi di DPRD Provinsi Sultra sebanyak 10 kursi masing-masing 7 kursi dan 3 kursi.
Menurut Bahtiar, kekuatan dari Paslon nomor urut 1 adalah salah satu paslon yang kuat karena perpaduan antara kepulauan dan daratan. Apalagi Ali Mazi sendiri adalah mantan Gubernur Sultra satu periode. Sehingga nilai jualnya di masyarakat menjadi perhitungan untuk terpilihnya kembalinya ia menjadi gubernur bersama Lukman Abunawas (LA).
“Saya pikir masih banyak basisnya Ali Mazi dia mantan Gubernur, dan pasangannya juga mantan Bupati Konawe dua periode jadi ini satu pasangan yang cukup kuat,” ungkap Bahtiar.
Sementara Darmin Tuwu melihat pasangan ini sebagai salah satu ancaman buat paslon yang lain, sebab ia menjelaskan masyarakat tidak bisa menutup mata dan melawan lupa melihat buah tangan karya pa Ali Mazi seperti Bandara Halu Oleo dan Kawasan Menara MTQ Kendari. Kendati demikian itu bukan menjadi jaminan utama bagi AMAN untuk memenangkan Pilgub 2018.
Pasalnya kompetitornya seperti Asrun dan Rusda Mahmud adalah mantan kepala daerah dua periode yang juga sukses membangun daerahnya dan meraih sejumlah prestasi nasional. Asrun sukses membangun Kota Kendari dan Rusda Mahmud menjadikan Kolaka Utara (Kolut) maju seperti saat ini.
“Wakil Ali Mazi Lukman Abunawas saya pikir keluarga besar di basis Konawe Raya dan Kolaka Mekongga juga tidak sedikit setidaknya dapat meningkatakan basis suara Ali Mazi yang berasal dari kepulauan,” ungkap Darmin.
2.Asrun-Hugua (Berkah)
Pasangan selanjutynya adalah Asrun-Hugua (Berkah), keduanya diusung oleh Partai Amanat Nasional (PAN) 9 kursi , PDIP 5 kursi , PKS lima kursi, Gerindra empat kursi dan Hanura tiga kursi sehingga jumlahnya 26 kursi.
Menurut Bahtiar, paslon nomor 2 ini merupakan paslon lawan terkuat dari kedua paslon lainnya. Dilihat dari dukungan Parpol, merekalah yang terbanyak dan itu menjadi salah satu respresentatif perwakilan masyarakat yang ada di Sultra. Jadi tak heran, jika kinerja tim pemenangan Paslon ini terlihat begitu terstruktur rapih an berjalan efektif dibandinng tim paslon yang lain.
Kemudian, sosok Asrun yang menjadi perwakilan daratan dari pasangannya Hugua, menjadi nilai jualan politik yang menjanjikan untuk duduk sebagai gubernur Sultra. Apalagi banyak masyarakat yang menilai jika paslon ini memiliki peluang lebih besar.
“Sosok Asrun yang cerdas dan bekerja secara sistematis bersama tim, dan saya pikir dia sudah lama juga menyiapkan ini. Sehingga sudah jalan kedaerah-daerah, bahkan ketika paslon lain lagi cari pintu dia sudah kampanye kan,” ungkap Bahtiar.
Darmin Tuwu pun senada dengan pernyataan Bahtiar. Dia menganggap, Paslon nomor 2 adalah lawan terkuat untuk paslon lain terutama nomor 1, sebab berbicara basis, Asrun dan Ali Mazi ini terbesar dibandingkan Rusda. Separti pertarungan Head to Head antara kepulauan dan daratan.
“Hugua wakil dari Asrun adalah mantan Bupati Wakatobi, saya pikir dia juga berprestasi memperkenalkan wisata di Wakatobi sehingga terkenal sampai sekarang dan menjadi TOP destinasi Bali baru di Indonesia, jadi perpaduan yang menarik dengan Asrun,” jelasnya.
3.Rusda Mahmud- Sjafei Kahar (RM-SK)
Selanjutnya pasangan Rusda Mahmud-Sjafei Kahar, mereka diusung Partai Demokrat enam kursi, PPP dua kursi, dan PKB satu kursi, total otal sembilan kursi, menariknya meraka adalah paslon yang mendapatkan kursi atau kendaraan untuk bertarung di Pilgub dipenghujung waktu batas akhir yang ditetapkan KPU.
Bahtiar menilai pasangan ini dapat menjadi kuda hitam antara paslon nomor 1 dan 2, sebab mereka juga adalah perpaduan antara kepuluan dan daratan. Rusda dari Kolaka Utara (Kolut) dan Sjafei Kahar dari Buton yang juga mantan Bupati Buton.
“Paslon lain harus berhati-hati dengan paslon nomor urut 3, sebab saat ini mereka terlihat lebih tenang dan diam serta tidak terlalu muncul di media massa. Saya tidak tahu ada strategi apa tapi ini bisa menjadi cara mereka untuk menang,” ungkap Bahtiar.
Kendati demikian, ia menjelaskan apabila Head to Head antara AMAN dan Berkah, Bahtiar menilai Berkah memiliki peluang yang besar, namun dengan adanya RM-SK memecah suara daratann menjadi tiga bagian. Rusda sendiri dapat meraih suara khsususnya mereka yang dari selatan dan mereka bisa menjadi pemilih tetap dan fanatik.
Darmin Tuwu menjelaskan, kalau head to head kemungkinan Berkah yang akan memenangkan Pilgub tahun ini. Adanya Rusda adalah sebuah ancaman yang harus menjadi perhatian paslon lain agar tetap konsisten menjaga suara dan basis masa masing-masing.
“Politik di Sultra ini luar biasa, beda dan tidak ada samanya dengan daerah lain,” tukasnya.
#Sama-sama Punya Peluang Menang
Bahtiar menarik kesimpulan jika diawal pendaftaran dan ketiga paslon mendapatkan pintu, peluang mereka sama untuk menang. Karena semua adalah mantan kepala daearah. Namun semakin kesini mendekati hari pemilihan ada hal yang menarik dan seperti merubah komposisi potensi kemenangan masing-masing paslon.
Ia mengatakaan, pasca Asrun ditetapkan sebagai tersangka OTT oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Hal ini setidaknya memberikan keuntungan kepada paslon lain dan kerugian bagi paslon nomor 2 untuk memenangkan Pilgub.
“Menurut saya pasti berpengaruh, sedikit banyaknya akan menurun. Bicara soal tim pemenangan, otomatis mereka akan selalu optimis untuk menang, meski mantan Wali Kota Kendari dua periode itu ditahan KPK,” ungkap Bahtiar.
Mengapa? Karena dalam politik tidak ada isitilah buang handuk, meski Asrun sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan. Masih ada tim yang bekerja untuk menang di daerah, misalnya para pimpinan partai politik pengusung serta satker yang sudah bekerja selama ini menjaga basis suara Berkah.
Selain itu dalam Parpol kata Bahtiar banyak kepentingan bukan hanya kepentingan satu orang atau sekelompok orang tapi kepentingan bersama yang terkadang harus diperjuangkan meski ada korban. Jadi, bukan alasan bagi Parpol dan tim pemenang untuk tidak bertarung meski figure 01 tidak dapat melakukan kampanye, apalagi masih ada 02.
“Biarkanlah masyarakat yang menilai dan memilih,” tukasnya.
Secara kajian ilmu sosial, menurut Darmin Tuwu seseoarang public figure atau tokoh masyarakat yang sebelumnya telah menjadi idola di masyarakat saat tersandung kasus hukum akan memberikan dampak terhadap citra orang tersebut.
“Seperti kasus pak Asrun ini, ini akan memberikan dampak menurunya dukungan masyarakat yang sudah ada misalnya mereka para pemilih rasional dan swing voter (pemilih yang belum menentukan pilihan) saya akan berpengaruh,” ungkap Darmin.
Yang saat ini menjadi perhatian adalah kemana suara Berkah pasca Asrun ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di KPK ? Damrin menjelaskan hal ini tergantung bagaimana figur paslon 1 dan 3 memanfaatkan momentum ini untuk merebut suara para pemlih rasional dan swing voter tadi, sebab baginya pemilih tradisional yang memiliki kedekatan emosional dengan paslon nomor urut 2 akan tetap memberikan pilihan dan dukungannya kepada Berkah. (A)