Berawal dari Game Berakhir di Jeruji Besi

717
Berawal dari Game Berakhir di Jeruji Besi
Wa Ode Sukmawati

Siapa yang tidak suka dengan game. Hampir semua orang diseluruh dunia menyukai game. Game merupakan salah satu alat yang bisa digunakan untuk bersenang-senang dan menghabiskan waktu luang. Seperti PUBG, Free Fire, Mobile Legend, dll. Games tersebut tentunya sangat terkenal dikalangan masyarakat. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa.

Meskipun game tidak mempunyai manfaat sama sekali. Tetapi tidak sedikit yang rela duduk berjam-jam berhadapan dengan HP atau komputer untuk bermain game. Tak tanggung-tangung, para penikmat game ini juga rela menghabiskan uangnya untuk bermain game. Bahkan sampai melakukan hal yang tidak bisa ditolerir lagi.

Di Pontianak seorang gamers online berinisial YS ditangkap oleh jajaran Ditreskrimun Polda Metro Jaya. Perempuan berusia 26 tahun ini ditangkap setelah membobol bank sebesar Rp. 1,85 miliar lewat sebuah game online mobile legend. “Tersangka perempuan YS, tidak bekerja, asal Pontianak, berhasil bobol bank sehingga salah satu bank ini mengalami kerugian Rp. 1,85 miliar, ” kata Wakil Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Besar Polisi Ade Ary Syam Indradi di Mapolda Metro Jaya, di Jakarta. Viva 18/05/19.

Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkan. Seperti itulah yang dilakukan oleh tersangka YS asal Pontianak. Demi bisa membeli fasilitas yang ada di Mobile Legend, ia nekat membobol salah satu bank yang menyebabkan kerugian pada bank tersebut dengan jumlah rupiah yang sangat besar.

Atas perbuatannya tersebut YS dikenakan pasal 362 KUHP dan atau pasal 85 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2011 tentang transfer dana dan atau pasal 3, pasal 4, pasal 5 ayat (1) Junto pasal 2 ayat (1) huruf p dan huruf z UU RI Nomor 8 tahun 2010 tentang pencegahan dan pemberantasan.

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak peminat terhadap game, terutama game online. Mulai banyak bermunculan game online dengan inovasi-inovasi yang sedemikian rupa. Yang semakin memikat hati para pecandu game. Tak heran, jika anak muda di Indonesia terobsesi dengan game online. Mengingat, game tersebut sangat mudah diakses dan didapatkan.

Namun, apa jadinya jika anak muda di Indonesia terlalu berlebihan terhadap game. Tentunya hal ini bisa berdampak buruk. Game dijadikan sebagai prioritas utama. Maka terciptalah sikap individualis. Apabila seseorang terlalu sering bermain game, maka dapat menimbulkan adiksi (kecanduan) yang kuat. Sebagian besar game yang beredar saat ini memang didesain supaya menimbulkan kecanduan pada para pemainnya. Semakin seseorang kecanduan pada suatu game maka pembuat game semakin diuntungkan karena peningkatan pembelian gold, karakter atau sejenisnya. Tetapi keuntungan produsen ini justru menghasilkan dampak yang buruk bagi kesehatan psikologis pemain game.

Game juga dapat mendorong seseorang untuk melakukan hal-hal negatif. Mulai dari mencuri ID pemain lain dengan segala cara, pencurian akun, hingga pembobolan bank seperti kasus diatas. Inilah hasil dari liberalisme lifestyle . Gaya hidup yang bebas membuat orang-orang ini melakukan hal-hal yang mereka sukai tanpa memikirkan dampak dari perbuatan mereka. Hukum syara’ pun tak dihiraukan.

Pemerintah seharusnya bisa membuat tindakan preventif, agar hal-hal buruk yang bisa saja terjadi dapat dicegah. Alhasil, seperti inilah yang terjadi. Hal yang dianggap sepeleh seperti bermain game ternyata dapat membuat masalah yang cukup besar dan dapat merugikan pihak lain.

Masyarakat juga harusnya lebih bijak dalam menjalani sesuatu. Bermain game hanya menyia-nyiakan waktu. Akan lebih baik jika waktu yang digunakan untuk bermain game dipakain untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Imam syafi’i berkata “jika dirimu tidak tersibukkan dengan hal-hal yang baik (haq), pasti akan tersibukkan dengan hal-hal yang sia-sia (batil)” oleh karena itu jangan biarkan diri kita disibukkan oleh hal-hal yang tidak berguna.

Namun faktanya yang terjadi adalah, kita malah disibukkan oleh hal yang sia-sia, membuang-buang waktu. Padahal waktu ibarat pedang yang apabila tidak digunakan dengan baik, maka pedang tersebut dapat melukai kita. Inilah gambaran dari hasil liberalisasi lifestyle yang menumbuhkan perilaku kriminal dan tidak menutup kemungkinan akan ada bibit-bibit baru dari hasil paham tersebut.

Islam sangat menganjurkan manusia untuk memanfaatkan waktu yang dimiliki sebaik-baiknya, dan menyibukkan diri dengan yang haq. Seperti memperbanyak ibadah, belajar bahasa arab membaca buku islami, dll. Siapa yang tak kenal dengan Muhammad Al-Fatih, beliau adalah seseorang yang mampu menaklukkan konstatinopel diusia 21 tahun. Usamah bin zaid yang menjadi panglima diusia 18 tahun. Dan Umar bin Abdul Aziz yang menjadi gubernur diusia 23 tahun. Kira-kira apa yang bisa membuat mereka mampu sukses diusia yang begitu muda. Tentunya mereka adalah orang-orang yang pandai memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Yang menyibukkan diri dengan yang haq, ditambah lagi dengan sisetm islam yang diterapkan pada masa itu. Semakin membuat mereka menjadi manusia yang soleh lagi cerdas.

Berbeda dengan sistem saat ini. Normalnya, diusia 21 tahun adalah usia yang masih duduk dibangku kuliah semester 6. Dan lulus diusia 22 tahun. Lalu bagaimana dengan orang-orang yang hanya membuang-buang waktu. Bisa jadi karena terlena dengan hal yang tidak bermanfaat seperti bermain game, urusan dunia nyata mereka menjadi terbengkalai, dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikan pendidikan mereka.

Kemudian, apakah dengan adanya hal ini dapat membuat kualitas SDM semakin meningkat? Jawabannya tentu tidak. SDM yang berkualitas adalah SDM yang mempunyai keahlian, keterampilan dan kemampuan. Tentu bukan keahlian bermain game. Namun, usaha pemerintah untuk menghasilkan SDM yang berkualitas harusnya bisa lebih baik dengan mencegah hal-hal apa saja yang bisa menimbulkan dampak buruk terhadap SDM tersebut.

Oleh karena itu gunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Dan kita harus kembali kepada sistem islam, sistem yang langsung berasal dari sang Khaliq. Yang apabila diterapkan terdapat keberkahan, rahmatNya bisa dirasakan oleh semua mahkuk, dan mampu menjaga kualitas setiap insan.

Wallahu’alam.

 


Oleh Wa Ode Sukmawati
(Anggota Menulis untuk Peradaban)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini