Beri Pemahaman Tentang Radikalisme, Densus 88 Tekankan Mahasiswa Menerima Perbedaan

Beri Pemahaman Tentang Radikalisme, Densus 88 Tekankan Mahasiswa Menerima Perbedaan
CERAMAH UMUM - Salah satu anggota Densus 88, Ajun Komisaris Besar Polis (AKBP), Imam Subandi (kemeja putih) saat berfoto bersama civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO) usai menjadi pembicara dalam ceramah umum di aula FISIP UHO, Selasa (21/3/2017). (SRI RAHAYU/ZONASULTRA.COM)
Beri Pemahaman Tentang Radikalisme, Densus 88 Tekankan Mahasiswa Menerima Perbedaan
CERAMAH UMUM – Salah satu anggota Densus 88, Ajun Komisaris Besar Polis (AKBP), Imam Subandi (kemeja putih) saat berfoto bersama civitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO) usai menjadi pembicara dalam ceramah umum di aula FISIP UHO, Selasa (21/3/2017). (SRI RAHAYU/ZONASULTRA.COM)

 

ZONASULTRA.COM, KENDARI – Anggota Densus 88 Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Imam Subandi memberikan ceramah umum terkait terorisme dan radikaliseme kepada mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari  di Aula FISIP UHO, Selasa (21/3/2017).

Saat ditemui usai menjadi pembicara dalam ceramah umum tersebut, Imam mengungkapkan mahasiswa diberikan pemahaman terkait nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai keanekaragaman yang bersifat toleran yang memang harus disebar dimana saja, tanpa harus menunggu di daerah tersebut terjadi peristiwa terorisme.

“Jadi kehadiran kami itu bukan menjadi indikator bahwa wilayah tersebut rawan terorisme, melainkan menyebarkan nilai-nilai penting yang harus ditanamkan dalam konteks Pancasila, yang bisa menerima semua perbedaan,” kata Imam.

Menurutnya, orang-orang yang enggan menerima perbedaan dan cenderung merasa dirinya paling benar dapat menjadikan semacam justifikasi baginya ataupun kelompoknya untuk kemudian melakukan kekerasan terhadap orang lain. Kata dia, selama radikal yang dilakukan dalam konteks mencari kebenaran sampai keakar-akarnya itu tidak ada masalah.

“Beragama itu memang harus radikal, dalam artian harus mencari yang sebenar-benarnya dari berbagai sudut pandang pendektana, termasuk mencari referensi-referensi. Intinya satu jangan semua perbedaan lalu hasil dari pemikiran itu membenarkan kita untuk melakukan kekerasan,” ungkapnya.

Baginya, penting bagi mahasiswa untuk berpikiran radikal positif, dalam artian mencari tau kebenaran akan sesuatu dari berbagai sudut pandang, dan tidak dengan mudah menerima apapun yang mengajak kearah perpecahan.

Sementara itu, Dekan FISIP UHO Bahtiar mengungkapkan kegiatan ceramah umum ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa, agar mahasiswa bisa terhindar dari paham-paham radikal yang berbau negatif.

“Dengan adanya ini mudah-mudahan mahasiswa bisa terbuka cakrawala berpikirnya agar menjadi paham, dan terhindar dari hal-hal radikal negatif,” kata Bahtiar. (B)

 

Reporter: Sri Rahayu
Editor: Jumriati