ZONASULTRA.COM, KENDARI – Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat tingkat kebahagiaan orang di Sultra berada pada angka 71,22 dari 0-100 persen.
Kepala BPS Sultra Atqo Mardiyanto menjelaskan, indeks kebahagiaan diukur berdasarkan tiga dimensi yaitu kepuasan hidup, perasaan, dan makna hidup.
Kata dia, tingkat kebahagiaan berdasarkan kepuasaan hidup sebesar 71,05 dengan kontribusi 34,80 persen. Terbagi pada sub-dimensi personal sebesar 63,60, sedangkan sub-dimensi sosial sebesar 78,50 persen.
Menurutnya, kepuasaan hidup sosial masyarakat Sultra itu membentuk kebahagiaan paling tinggi. Selain itu, salah satu indeks yang membuat orang Sultra bahagia adalah adanya keluarga yang harmonis. Sementara yang paling membuat, orang Sultra tidak bahagia adalah pendidikan dan keterampilan.
“Mungkin karena pendidikan mahal, sekolahnya tidak ada, keterampilan tidak ada atau pada saat selesai sekolah susah cari kerja,” jelas Atqo saat rilis resmi berita statistik di Kantor BPS Sultra, Senin (4/9/2017).
Sedangkan untuk dimensi perasaan (affect) berada pada titik 68,77 persen dengan kontribusi 31,18 persen. Dan dimensi makna hidup (eudaimonia) 73,63 dengan kontribusi 34,02 persen.
“Untuk mengukur bahagianya susah banget. Padahal kadang-kadang kebahagiaan itu kalau gajiannya tepat waktu, uangnya cukup, gaji naik,” tambahnya.
Indeks kebahagiaan merupakan ukuran komposit yang dihitung secara tertimbang, menggunakan dimensi dan indikator dengan skala 0-100 persen. Semakin tinggi nilai indeks, menunjukkan tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia. Sebaliknya, semakin rendah nilai indeks maka semakin merasa tidak bahagia.
Dia menyebutkan kepuasaan hidup personal mencakup pendidikan dan keterampilan, pekerjaan, pendapatan rumah tangga, kesehatan, dan kondisi rumah dan fasilitas rumah. Kepuasaan hidup sosial mencakup keharmonisan keluarga, ketersediaan waktu luang, hubungan sosial, keadaan lingkungan, dan kondisi keamanan,
Selanjutnya, perasaan mencakup perasaan senang, tidak khawatir dan tidak tertekan. Sementara, makna hidup mencakup kemandirian, penguasaan lingkungan, pengembangan diri, hubungan positif dengan orang lain, tujuan hidup dan penerimaan diri.
“Inilah yang ditanyakan, subjektif perasaan, objektif kepuasaan hidup. Makna hidup memang banyak,” jelas dia.
Selain itu, dia mengungkapkan survei pengukuran tingkat kebahagiaan (SPTK) 2017 dilakukan setiap tiga tahun sekali. Pelaksanaan pendataan dilakukan pada April 2017 kepada 1.540 rumah tangga sampel yang tersebar di 17 kabupaten dan kota di Sultra. (B)
Reporter : Sitti Nurmalasari
Editor: Abdul Saban