ZONASULTRA.COM, KENDARI – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mencatat jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan (GK) di Sultra pada Maret 2017 adalah 331,71 ribu orang (12,81 persen). Bila dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2016 yang berjumlah 327,29 ribu orang (12,77 persen), berarti jumlah penduduk miskin naik 4,42 ribu orang.
Kepala BPS Sultra Atqo Mardiyanto mengatakan faktor yang mempengaruhi garis kemiskinan (GK) yaitu masyarakat yang dapat memenuhi kebutuhan dasar makanan sebesar 2.100 kkal per kapita per hari (52 komoditi) dan bukan makanan sebanyak 51 komoditi (kota) dan 57 komoditi (desa).
Dia menyebutkan kebutuhan dasar makanan mempengaruhi GK sebesar 75 persen, sedangkan sisanya bukan makanan. Dari 75 persen kebutuhan dasar makanan tersebut, yang paling mempengaruhi adalah ketersediaan dan kestabilan harga beras.
Menurutnya, ada dugaan dari BPS bahwa di golongan penduduk miskin, kebutuhan dasar makanan (beras) tadi memberikan pengaruh yang sangat besar. Berdasarkan survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), penyaluran beras miskin (raskin) atau beras sejahtera (rastra) pada Februari-Maret sangat kecil.
Sementara itu, berdasarkan penelitian secara nasional, rastra bisa mengatasi kemiskinan sampai 0,6 persen. Sehingga, ada kemungkinan dengan keterlambatan penyaluran rastra menyebabkan penduduk miskin bukannya berkurang malah bertambah.
“Itu kajian kami, karena beras ini memang sangat berpengaruh signifikan sekali baik itu untuk kemiskinan maupun inflasi. Walaupun kemarin-kemarin harga beras stabil, tetapi penyaluran sempat terlambat pada Januari hingga memasuki April,” jelas Atqo di Kantor BPS Sultra, Senin (17/6/2017).
Atqo menerangkan bahwa garis kemiskinan mengalami kenaikan sebesar 1,22 persen, yaitu dari Rp 282.161 per kapita per bulan pada September 2016 menjadi Rp 285.609 per kapita per bulan pada Maret 2017. Sedangkan, penduduk miskin di daerah pedesaan berkurang 5,15 ribu orang, sementara di daerah perkotaan bertambah 9,57 ribu orang.
“Persentase penduduk miskin antara daerah perkotaan dan perdesaan terjadi sedikit perubahan,” tambahnya.
Dia menuturkan pada Maret 2017, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan 7,56 persen, naik 0,69 poin dibandingkan September 2016 (6,87 persen). Sementara di daerah pedesaan pada Maret 2017 persentase penduduk miskin sebesar 15,29 persen menurun 0,02 poin dibandingkan September 2016 (15,31 persen).
Selain itu, indeks kedalaman kemiskinan (P1) dan indeks keparahan kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan penurunan. Ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga semakin mengecil. (B)
Reporter: Sitti Nurmalasari
Editor: Jumriati