Beberapa bulan lalu, setelah pelantikan Ketua DPD PKS Kota Kendari Sulkarnain menjadi Walikota Kendari, saya menulis tentang dua ujian yang akan dihadapinya. Pertama, terobosannya dalam membangun kota. Kedua, kemampuannya memenangkan PKS dalam kontestasi pemilu legislatif.
Ujian pertama masih akan berlanjut hingga periodenya selesai tahun 2022 mendatang. Ada dua tolok ukur kesuksesannya. Pertama, warga kota merasa puas dengan kinerjanya. Kedua, terpilih lagi pada periode berikutnya.
Ujian kedua, menang pileg. Meski belum ada pengumuman resmi dari KPU, hitung-hitungan internal sudah mengerucut pada keunggulan PKS. Partai ini menyabet tujuh dari 35 kursi yang diperebutkan di lima daerah pemilihan.
Pada Pemilu 2014, PKS hanya berhasil menempatkan empat kadernya di parlemen kota. Artinya ada kenaikan 75 persen perolehan kursi.
Ini pencapaian luar biasa. Melampaui perolehan PAN Kendari yang hanya meraih enam kursi pada Pemilu 2014 –dan merengkuh kursi ketua dewan– dimana saat itu PAN sedang kuat-kuatnya.
Sulkarnain bersama PKS dengan low profile style-nya, mampu menyabet bukan hanya ketua parlemen, tapi juga bakal mengusung calon walikota tanpa harus berkoalisi dengan partai manapun. Mengulang kisah yang pernah ditorehkan PAN.
Apa makna bagi Sulkarnain dan partai yang dipimpinnya? Pertama, ini pembuktian pertama Sulkarnain atas ujian untuknya. Capaian ini akan membawanya pada level yang lebih tinggi dalam kancah perpolitikan Kendari dan Sultra.
Kedua, Sulkarnain dan PKS akan lebih “merdeka” menjalankan agenda politiknya membangun Kota Kendari tanpa tersandera beban-beban politik masa lalu.
Apa harapan kita sebagai warga kota? Kepemimpinan Sulkarnain di eksekutif dan dominasi PKS di legislatif berarti akselerasi pembangunan kota yang lebih progresif. Di luar itu, tidak ada.
Jika ada, itu bukan untuk kepentingan warga kota. Ujung-ujungnya, kemenangan ini adalah ujian lagi. Selamat menempuh ujian berikutnya. ***
Oleh : Andi Syahrir
Penulis merupakan pemerhati sosial & alumni UHO