Cegah Penyakit DBD Disekitar Kita Melalui PSN

43
La Ode Muh. Arsyi
La Ode Muh. Arsyi

Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah untuk kebanyakan masyarakat Indonesia. Kekhawatiran akan terjangkitnya penyakit yang berasal dari gigitan nyamuk ini semakin bertambah saat musim penghujan tiba. Deteksi dini dan penanganan yang terlambat mengakibatkan meningkatnya kasus yang berakhir dengan kematian. Demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam serius yang ditularkan oleh nyamuk betina Aedes aegypti yang menyerang sistem peredaran darah manusia. Oleh karena itu, penyakit ini bisa menjadi lebih serius jika seseorang tidak segera mendapat penanganan yang tepat. Perawatan terlambat hanya akan memperbesar risiko dampak buruk hingga kematian.

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang ditularkan oleh infeksi Dengue melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan penularannya sangat cepat dari pukul 06.30 hingga 17.00. Demam berdarah tidak terbatas di seluruh hutan, dengan varietas di lingkungan yang kemungkinan dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, dan urbanisasi. Frekuensi demam berdarah telah berkembang secara drastis di seluruh planet ini dalam beberapa tahun terakhir. Sebagian besar kasus tidak menunjukkan efek samping dan selanjutnya jumlah nyata kasus demam berdarah dengue terungkap, jumlah kasus yang diumumkan meningkat dari 2,2 juta pada tahun 2010 menjadi lebih dari 3,34 juta pada tahun 2016 (WHO, 2018)

Guna menekan ancaman penyebaran dan penularan DBD, The World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta yang dijalankan oleh Prof. Adi Utarini melakukan penelitian terkait pengendalian virus dengue dengan menggunakan nyamuk aedes aegypti yang telah berbakteri WolbachiaBakteri Wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue, sehingga apabila ada nyamuk aedes aegypti menghisap darah yang mengandung virus dengue akan resisten sehingga tidak akan menyebar ke dalam tubuh manusia.  Uji coba penyebaran nyamuk ber-Wolbachia telah dilakukan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul, rencananya akan terus diperluas. Monitoring dilakukan oleh perawat dan peneliti untuk melihat efektivitas bakteri Wolbachia terhadap penyebaran virus dengue.

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mencatat terjadi penurunan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di tahun 2023. Di mana tahun 2023 terjadi 98.071 kasus, sementara pada 2022 tercatat ada 143.176 kasus DBD. Situasi DBD di Indonesia saat ini menunjukkan bahwa tren dengue empat tahun terakhir pernah terjadi peningkatan sampai dua kali lipat pada tahun 2022. Kemudian di tahun 2023, Indonesia mencapai tren penurunan dengue hingga 98 ribu kasus. Sementara itu, angka kematian dengue tahun 2022 tercatat tinggi, yaitu sebanyak 1.236 jiwa. Sedangkan pada 2023, kasus kematian DBD mencapai 764 jiwa (Kemenkes RI, 2023). Persebaran kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2017 sebesar 32,4 per 100.000 penduduk. Ekspansi pada tahun 2018 sebesar 38,4 per 100.000 penduduk dan pada pokoknya meluas menjadi 63,5 per 100.000 penduduk sedangkan pada tahun 2020, kasus demam berdarah dengue (DBD) sebesar 70,5 per 100.000 penduduk (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara, 2020).

Berdasarkan data Pemprov Sultra, hingga 25 Maret 2024, jumlah kasus demam berdarah di provinsi tersebut sebanyak 3.287 kasus. Sebanyak 16 pasien di antaranya meninggal (Dinkes Provinsi Sultra, 2024) Selain Kendari, sejumlah daerah lain di Sultra juga mengalami kenaikan kasus yang tinggi. Dilihat dari laju kejadian kasus demam berdarah dengue di Puskesmas Se-Kota Kendari tahun 2024 Berdasarkan Data Dinkes Kendari, sejak Januari 2024, total kasus demam berdarah di kota itu mencapai 1.505 kasus. Sebanyak 1.452 pasien dilaporkan telah sembuh, sedangkan sebanyak 10 orang pasien meninggal (Dinkes Kota Kendari, 2024).

Banyak orang tidak mengalami tanda atau gejala DBD. Ketika gejala benar-benar terjadi, ini sering dikira sebagai penyakit lain, seperti flu. Biasanya gejala DBD akan muncul mulai empat hingga 10 hari setelah mendapat gigitan nyamuk.  Penyakit ini bisa menyebabkan demam tinggi hingga 40 derajat Celsius. Selain itu, beberapa gejala lainnya, antara lain:

  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot, tulang atau sendi.
  • Mual dan muntah.
  • Sakit di belakang mata
  • Kelenjar bengkak.
  • Ruam.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, demam berdarah dengue alias DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi virus dengue. Jika tidak ditangani dengan tepat, pasien berisiko mengalami komplikasi DBD yang bisa berakibat fatal. Pencegahan DBD penting untuk dilakukan agar Anda terhindar dari risiko tersebut. Mungkin Anda sendiri sudah sangat familiar dengan slogan pencegahan demam berdarah (DBD) yang berbunyi 3M: menguras, menutup, dan mengubur. Namun, prinsip pencegahan DBD bukan cuma itu. Cara yang paling utama adalah dengan memastikan Anda tidak digigit nyamuk Aedes aegypti untuk menghindari penularan demam berdarah. Ini bisa dilakukan dengan menjaga lingkungan tetap bersih, juga menggunakan penangkal nyamuk agar tidak berkembang biak di rumah.

  1. Menguras bak mandi seminggu sekali Genangan air merupakan tempat bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.
  2. Bersihkan juga wadah penampung air lainnya Jangan hanya berhenti sampai di kamar mandi.
  3. Pasang kasa dan kelambu nyamuk Untuk cara mencegah nyamuk DBD masuk ke dalam rumah,
  4. Jangan menumpuk atau menggantung baju terlalu lama
  5. Gunakan lotion atau krim antinyamuk Lindungi diri dengan mengoleskan losion antinyamuk setiap kali akan bepergian keluar rumah atau ke tempat terbuka.
  6. Gunakan pakaian tertutup saat keluar rumah Anda akan lebih rentan digigit nyamuk Aedes pada pagi dan sore hari.
  7. Fogging Selain rutin melindungi rumah pakai obat nyamuk semprot atau obat nyamuk bakar, penting juga untuk membiasakan kegiatan fogging.

NAMA : LA ODE MUH. ARSYI
PRODI : S2  KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini