ZONASULTRA.COM, KOLAKA – Berbagai cara dilakukan dinas kesehatan Kolaka untuk mengatasi stunting di wilayah itu.
Kepala seksi (kasi) Kesehatan Keluarga (Kesga) dan Gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Kolaka, Ruhaeda mengatakan, hasil pengukuran tinggi dan berat badan dengan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat, balita rawan stunting di Kabupaten Kolaka sebesar 26 persen.
“Stunting itu kan diukur berdasarkan tinggi badan menurut umur dengan z-score. Anak bisa diketahui stunting ketika sudah berusia di atas 2 tahun,” ujarnya ditemui di Kantor Dinas Kesehatan, Senin (26/3/2019).
Dia menjelaskan, bahaya jangka pendek stunting terlihat pada pertumbuhan fisik anak yang berbeda dengan anak-anak seusianya. Di mana anak terlihat lebih pendek dari tinggi badan anak seumurannya (gagal tumbuh). Sementara, jangka panjangnya stunting mempengaruhi pertumbuhan otak anak (kecerdasaan otak) secara permanen bila dewasa nanti.
Ruhaeda memaparkan, penanganan stunting dimulai 1000 hari pertama mulai dari kehamilan ibu. Sebab, bisa saja anak menderita stunting karena terlahir dengan berat badan rendah. Lanjutnya, bayi lahir berat badan rendah ini kalau ditarik ke belakang, bisa saja dikarenakan ibunya menderita gizi kurang.
Selain itu, ibunya menderita penyakit infeksi, yang bisa menyebabkan anak menjadi stunting.
“Gizi kurang bagi ibu hamil itu dikenalnya sebagai kurang energi kronis. Itu kan kekurangan gizi yang lama. Ibu bisa melahirkan bayi yang mungkin nantinya itu menjadi stunting,” jelas Ruhaeda.
Katanya, Dinas Kesehatan Kolaka terus berupaya melakukan pencegahan terhadap peningkatan penderita stunting. Salah satunya, dengan mengimbau kepada masyarakat agar mengubah perilaku untuk mengonsumsi makanan bergizi, pola pengasuhan terhadap anak, serta perilaku hidup bersih dan sehat.
Ia menambahkan, pencegahan dan penanganan stunting ini tak hanya dilakukan oleh Dinas Kesehatan, tetapi hampir semua institusi juga bergerak untuk melakukan pencegahan dan penanggulangan. (b)